HAMPIR NIH SI TANTE

5.6K 533 93
                                    

Anggi berjalan menuju Lidya yang menunggunya sambil tersenyum sejak kepergian Kartika tadi. Seniornya itu sudah amat sangat merindukan nya. Maka tak heran jika ia langsung memeluknya sebegitu erat hingga membuat Kartika cemburu.

Lidya kembali meraih tubuh Anggi namun gagal saat Anggi menolaknya dengan halus. Gadis itu nampak kurang nyaman dengan sikap Lidya yang makin hari makin berlebihan. Lidya seperti kembali ke Lidya yang dulu. Yang agresif dan semaunya.

"Nggak enak dilihat orang kak" ucapan Anggi membuat Lidya mengerutkan dahinya.

"Emang kenapa sih?" Protes Lidya.

"Sorry aku ke kelas duluan kak" ucap Anggi.

Gadis itu pun berlalu dan nampak memanggil seorang temannya.
Lidya yang merasakan perubahan Anggi pun berdecak kesal. Ia hanya menatap kepergian Anggi dengan wajah masam.

****

Anggi sedang duduk di kantin bersama Debby. Sahabatnya itu sedang sibuk membuka beberapa oleh oleh dari nya dengan ekspresi wajah yang berubah ubah.

Sementara Anggi duduk melamun. Ia menopang dagunya dimeja. Matanya menatap ke langit langit kantin itu. Tidak peduli dengan Debby yang sesekali berteriak kegirangan dengan oleh oleh yang didapatnya.

"Koreng?" Panggil Anggi pada sahabatnya itu. Namun matanya masih asyik menatap langit langit.

"Hah?" Debby pun sama juga. Ia hanya menimpali sekenanya karena fokusnya masih pada oleh oleh di tangannya.

"Junior kita ada yang udah kawin loh. Padahal umurnya belum ada 20 tahun" ucap Anggi.

"Yang penting udah punya KTP" jawab Debby.

"Tapi dia kawinnya sama orang yang lebih tua Weh"

"Ya gapapa. Itu mah wajar"

"Tapi jauh banget Deb. Sepuluh tahun an coba bayangin"

"Alah segitu doang. Namanya juga orang cinta"

Kedua sahabat itu masih saja dengan fokusnya masing masing. Bedanya sekarang Anggi menatap oleh oleh yang ada di tangan Debby. Hanya menatap saja karena pikirannya masih kemana mana.

"Deb, elu pernah naksir orang yang umurnya jauuuuh diatas elu nggak?"

"Pernah sih pernah. Tapi nggak terlalu jauh juga sih. Elu lagi demen sama orang berumur Weh?"

"Nggak tahu. Gue juga masih bingung, emang suka atau sekadar kagum doang"

"Ya yang elu rasain gimana? Kalau elu kepikiran dia terus, yang elu rasain apaan?"

"Intinya ada sesuatu yang bikin gue merhatiin dia terus. Keknya ada yang salah sama hati gue akhir akhir ini.
Tapi kalau naksir dia, gue juga bakal nyakitin orang"

Anggi menyeruput jusnya sejenak lalu kembali berkisah.

"Gue beneran takut nyakitin orang itu Deb"

"Emang siape sih? Orang itu siape?
Tadi lu bilang lu demen orang berumur, terus takut karena ada orang lain yang bisa tersakiti. Jangan jangan lu demen laki orang ye? Wah nggak bener nih. Lu bukan sohib gue kalau gitu. Sohib gue bukan pelakor"

Mendengar ucapan Debby barusan, dirasanya seperti sedikit tamparan. Walaupun ucapan Debby ada benarnya juga, tapi ia tidak merebut laki orang. Mungkin tepatnya...... Ah sudahlah.
Jalani saja dulu apa adanya.

****

Kartika duduk didalam mobilnya menunggu Anggi yang sebentar lagi keluar. Ia memang sedang menjemputnya seperti yang sudah ia janjikan pada Anggi pagi tadi.

Sesaat kemudian seseorang yang ditunggunya telah nampak dari kejauhan. Ia pun tersenyum dan keluar dari mobil.

Senyumnya semakin lebar saat anak tirinya itu sedikit berlari kearahnya. Menyambut kedua tangannya yang terulur untuk memberinya pelukan.

Anggi memeluk punggung wanita itu dengan posesif. Ia menenggelamkan wajahnya di pundak wanita itu. Rasanya sangat nyaman melepas lelah pada wanita ini. Entah mengapa, mama tiri yang sempat dibencinya ini malah membuatnya kian susah untuk berpaling.

"Kangen..." Ucap Anggi tanpa sadar.

"Hmm?" Kartika mencoba bertanya.

"Nggak kok ma. Bukan apa apa" Anggi berpura-pura.

"Ya udah yuk. Kita ke butik ya? Nanti kamu bisa istirahat di tempat biasa" ucap Kartika setelah pelukan keduanya terlepas.

Keduanya memasuki mobil. Memasang sabuk pengaman dan fokus ke jalanan didepan. Tanpa Anggi sadari, Kartika kembali tersenyum mengingat kata kata Anggi yang terdengar jelas ditelinganya jika gadis itu merindukan nya.

'aku jauh lebih kangen, Anggi'

Kartika meraih telapak tangan Anggi untuk digenggamnya sampai akhirnya mobilnya mulai melaju.

****

Seorang pria duduk di kursi kerjanya. Matanya fokus dan menatap tajam pada laptop didepannya. Layar itu menampilkan video dua orang perempuan berbeda usia tengah berdansa. Keduanya tampak sangat akrab dan intim.
Sama sama tertawa, berpelukan, dan terlihat sangat amat dekat.

Ia meraih ponselnya. Mencari beberapa foto yang ia simpan.
Di foto itu nampak dirinya yang seolah terlupakan oleh anak bahkan istrinya sendiri.

Foto itu diambilnya saat masih berada di Cappadocia. Anak dan istrinya itu malah saling mengabadikan momen berdua saja. Tanpa ada yang mempedulikan dirinya sebagai kepala keluarga.

Ia bahkan ingat saat istrinya itu sering menyelinap keluar dari kamar nya untuk pindah ke kamar anaknya.
Awalnya mungkin ia tidak mempedulikan itu semua. Namun kejadian itu semakin sering dilakukan istrinya. Bukan sekali dua kali, tapi berkali kali. Beberapa kali ia mengintip saat istrinya itu keluar dan masuk ke kamar Anggi.

Ia masih belum bisa mencerna sepenuhnya apa yang terjadi. Ia hanya merasa ia semakin jauh dari istrinya sendiri. Istrinya itu sekarang jauh lebih memperhatikan anaknya.
Ya, ia tak boleh egois. Mana mungkin ia iri pada anaknya sendiri. Meski terkadang rasanya ingin marah.
Tapi ia masih mampu berpikir jernih. Bahwa kedua perempuan itu masihlah seorang ibu dan anak tirinya.

*****

Kartika berdiri disebelah Anggi yang duduk di kursi kerjanya. Ia tengah mengajari gadis itu cara membuat sketsa pakaian.
Sesekali keduanya bercanda. Saling mengobrol kesana kemari seraya mencuri curi pandang sesekali.
Terkadang jika hasil coretan Anggi bagus, Kartika akan memberinya pelukan dan ciuman di pipi.

Pandangan keduanya kini telah saling mengunci. Menatap pada mata yang sama sama menyimpan banyak kisah. Kisah terpendam atau kisah yang memang sengaja disembunyikan.

Kartika mendekat kan wajahnya pada gadis didepannya. Kian dekat hingga ia kini mulai memejamkan mata. Anggi yang melihat itu semua tentu mengerti. Namun ia masih saja menatap wanita itu. Menatap bibir yang kini sudah amat dekat dengan bibirnya sendiri.
Ia menyentuh dadanya yang berdebar tak karuan. Lagi lagi perasaan ini muncul lagi.

Bibir keduanya hampir bertemu kalau saja tak ada suara ketukan pintu yang membuat keduanya terlonjak dan menjauhkan diri masing masing.

"Masuk" Kartika sedikit berteriak saat seseorang diluar bersuara.

"Mbak Kartika, ini data data yang anda minta" ucap seorang pekerjanya.

"Iya makasih. Maaf sudah merepotkan kamu" Kartika meminta maaf.

"Tidak apa mbak. Saya tahu akhir akhir ini mbak Kartika sangat sibuk. Jadi biar sedikit saya bantu. Kalau begitu saya permisi"

Sepeninggal pekerja itu, Kartika duduk dimeja didepan Anggi. Sementara Anggi masih duduk di kursi kerjanya. Keduanya nampak canggung sekarang. Bahkan untuk memulai percakapan saja amatlah membingungkan.
Kalau ciuman tadi benar benar terjadi, mungkin malah akan jauh lebih parah rasa canggung ini.

BERSAMBUNG

Besok lagi insa Allah. Udah malem nih. Sorry dikit n absurd hehe

Yg nyontek, masuk neraka

DADDY'S WIFEWhere stories live. Discover now