Part 11

398 4 0
                                    

Dianna's POV

“Dianna, itu ada apa di pipi kamu?”

“Hah? Apa?” kataku sambil mengusap pipiku.

“Sini deh.” Aku mendekat ke arahnya, dia juga mendekat ke arahku. DEG! Dia mencium pipiku. Detak jantungku meningkat 10 kali lipat. “Ih mukanya langsung merah hahahaha.” Katanya.

“Ih apaan sih hahaha. Malu tau banyak orang.”

“Haha maaf. Pulang yuk? Aku yang anterin.” Katanya. Aku melihat jam tanganku, ya memang sudah larut malam.

Sampai di rumah..

“Dari mana kamu? Kayaknya di luar tadi bukan mobilnya Harry.” Kata kak Toby.

“Iya, tadi aku sama kakak kelasku. Kenapa emang?” jawabku sambil mengambil kotak susu di kulkas.

“Yakin kakak kelas? Kamu kan pendiem banget. Maksudku, ya kamu jarang kan bergaul sama kakak kelas.”

“Ah sok tau.” Aku duduk di depan tv, dan meminum susu.

“Hahahaha. Yaudah. Aku ke kamar dulu. Jangan tidur malem-malem.” Daaan dia pergi.

Setelah menulis diary singkat, aku membuka iPhone ku. Ternyata ada sms.

From :  James

Hei. Tadi tuh asik banget.

Mau jalan-jalan lagi nggak? Mungkin Sabtu siang.

Hah? Dia ngajak aku jalan lagi? Haaah, mukaku merah.

 To :  James

Sabtu? Boleh kok.

Nanti aku kabarin lagi ya hehe.

From :  James

Oke :D 

Eh kamu belum tidur?

Tidur sana, udah malem banget. Bye x

Sebenarnya, aku ngga tau apa maksud ‘x’ di akhir sms itu. Mungkin tandanya aku ngga usah bales lagi. Yaudah, akhirnya aku langsung tidur.

Next day…

“Dianna!” Harry memanggilku sebelum pulang.

“Kenapa?”

“Jalan-jalan yuk Sabtu! Aku yang traktir deeeeh.”

Mati aku. Hari Sabtu kan aku jalan-jalan sama kak James. “Harry, maaf banget ya. Tapi aku gak bisa kalo Sabtu. Gimana kalo Minggu?”

“Yah. Hari Minggu aku gak bisa. Kamu mau ngapain emang hari Sabtu?”

“Mau jalan-jalan haha. Udah ya aku duluan, mau ke toko buku haha. Daaaahhh!”

“Hmm oh yaudah, hmm..da..dadaaaah.” Katanya, dan aku berjalan keluar.

Harry’s POV

Mendadak galau stadium akhir, kronis banget. Dia pergi sama siapa? Seengganya aku kan bisa diajak juga, huft. Tumben aku gak dikasih tau, apa dia…..Hah mungkin aja dia ada urusan sama keluarganya. Terus aku sendirian? Aku berjalan ke arah bangku panjang di taman kampus dan duduk. Beberapa detik aku memejamkan mataku dan mengambil nafas panjang. Ketika ku buka…

“Harry!” ternyata Marissa. Huft, seengganya ada yang temenin aku. Walaupun padahal sebenarnya aku berharap Dianna yang menghampiri aku.

“Hei. Kamu ngapain?”

“Gapapa. Kamu sendirian, jadi aku temenin. Boleh kutemenin?”

“Boleh…”

“Kenapa?” Marissa bertanya padaku.

“Yah, engga kok gapapa. Hmm, cuma tadi aku ngajak seseorang jalan-jalan gitu, dia ngga bisa ternyata.”

“Dianna, ya? Haha paling dia sama kak James.” Aku mulai memikirkan yang dia katakan. “Emang maunya kapan?”

“Sabtu ini sih.”

“Aku nggak ada acara hari Sabtu. Mau aku temenin ngga? Ya, kesian juga sih ya Dianna ninggalin kamu cuma buat kakak kelas yang lebih ganteng dari kamu. Menurut aku sih kamu lebih ganteng kok dari dia.” Katanya.

“Eh? Haha makasih. Yaudah deh, Sabtu siang aku jemput ya…”

“Oh okeeee.”

Dianna’s POV

Huft, aku gak yakin aku menolak ajakan Harry. Yah, tapi mau gimana. Kak James duluan yang mengajakku. Lagipula, aku udah sering jalan-jalan sama Harry. Apa salahnya aku jalan-jalan sama kak James?

Hari Sabtu! Mengingat aku ada jalan-jalan sama kak James, ya aku harus bangun pagi. 11am, dia menjemputku di rumah. Aaaah akhirnya.

“Dianna…” katanya ketika dia di depan rumahku.

“Kenapa?” aku melihat matanya memandangku.

“Eh gapapa, kamu cantik deh. Yuk jalan.”

“Hah? Oke…”

“Ohiya, aku nitip mobil disini boleh? Kita jalan kaki aja, mentok-mentok kalo kamu capek kan bisa naik taksi atau aku gendong…. Eh.”

“Haha apasih kak. Yaudah parkir aja depan rumah.”

Aku berjalan-jalan. Beneran, kak James orangnya asik banget, baik, ganteng pula. Ya ampun. Ketika sampai di depan café, aku bertemu dua orang yang tak seharusnya ku lihat.

“Eh Dianna, kak James! Ih kebetulan banget bisa ketemu.” Ternyata Marissa. Dan Harry.

“Hei. Oh kalian berdua aja?” kataku. Aku melihat tangan Marissa memegang lengan Harry. Apa mereka…

“Ya dong, emang kalian doang yang bisa berdua haha.” Kata Marissa.

“Hush. Jangan gitu ah.” Kata Harry ke Marissa.

 “Maaf. Udah ya kita duluan. Have fun!” kata Marissa sambil menarik tangan Harry, lalu mereka pergi.

Aku berusaha mencerna apa yang tadi ku lihat. Apa mereka… Ah, mengucapkannya saja aku tidak bisa.

“Mereka pacaran?” kata kak James, sambil makan es krim, di depan rumahku.

“Aku gatau, dia ngga cerita apa-apa ke aku.”

“Oh. Eh kapan-kapan jalan lagi yuk. Asik loh ternyata ngobrol sama kamu.”

“Hmm oke haha.” Dan aku memeluknya.

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Aku dan Harry semakin menjauh. Kadang, ketika aku sendiri aku sering sekali memikirkannya, mungkin aku merindukannya, sudah lama aku tidak bermain bersama Harry lagi, entahlah. Perasaan ini semakin  rumit, aku masih bingung dengan apa yang aku rasakan kepada Harry dan kak James. Harry, satu-satunya orang yang mengerti apa yang aku rasakan sekarang. Tapi kulihat dia makin sering berdua sama Marissa. Sekarang, yang sering dan hanya disampingku itu kak James… Aku ingin seperti dulu. Dekat dengan Harry, bermain bersamanya…

“Dianna?” ucapan kak James mengacaukan renunganku. “Kamu ngga kenapa-kenapa?”

“Oh ngga apa-apa, kak.”

“Gausah panggil ‘kak’ deh, kedengerannya tua. Udah panggil nama aja.”

“Iya, hmm, James? Haha.”

“Ohiya, nanti aku mau ajak kamu ke taman. Mau ya? Please…” katanya, agak berlutut di hadapanku.

“Haha iyaaa. Mau ngapain?”

“Liat aja…”

Mungkin aku hanya memakai baju yang sederhana seperti t-shirt dan jeans, aku nggak tau apa yang mau dilakukannya. Jadi aku dijemput James di rumahku.

Sesampainya di taman…

“Dianna…” kata James, kita duduk di bangku taman.

Diarry [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang