Pertemuan JaemRen-Sung (2)

705 91 52
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Jaemin keluar dari basement hotel pukul 23:16 KST, dilihatnya mobil dengan plat nomor yang ia hapal di luar kepala berada di depannya. Jaemin memasuki mobilnya dari sebelah kanan, sebelah Renjun-nya yang berada di balik kemudi. Dikecupnya kening pemuda Jilin itu cukup lama, sebelum akhirnya ia lepaskan lalu memasang seatbelt.

"Bagaimana tadi?" Tanya Renjun sambil menyetir.

"Ramai seperti biasa, tapi hari ini bersih tanpa komplain. Kamu sendiri bagaimana?"

"Sama. Bagian restoran memang selalu ramai di jam makan siang dan banyak reservasi masuk juga untuk dinner di menjelang sore."

"Kamu sudah bekerja keras hari ini, Foxie." Puji Jaemin sambil mengusap puncak kepala Renjun lembut.

"Kau juga, Bunny."

"Ngomong-ngomong, setelah mengantarmu tadi pagi, aku bertemu seorang remaja. Sepertinya dia korban buli, lalu sama sekelompok temannya dia dikeroyok bahkan ditusuk sampai dioperasi." Jaemin akhirnya menceritakan apa yang ia alami tadi pagi. Selalu begitu, mereka akan membicarakan semuanya saat perjalanan pulang menjemput Jaemin, bahkan menceritakan hal kecil yang mereka lakukan demi komunikasi tetap berjalan lancar sekaligus membunuh rasa bosan di perjalanan.

Renjun merespon cerita Jaemin dengan raut khawatir. "Ya Tuhan, separah itu? Lalu bagaimana orang tuanya?"

"Dia tidak punya orang tua, dia tinggal di panti asuhan. Pengurusnya tahu perihal buli yang dialami anak itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa."

"Malang sekali." Kesedihan tercetak jelas di wajah rupawan Renjun.

"Foxie, bagaimana kalau kita adopsi dia?" Saran Jaemin antusias.

"Adopsi? Dia kelas berapa memangnya?"

"Kelas 3 menengah atas."

"Dia sudah besar, Bunny. Saat lulus nanti dia pasti sudah bisa dilepas."

"Tapi aku tidak tega, melihat langsung saat dia terkapar di aspal seorang diri dengan tubuh penuh luka sedangkan orang-orang hanya lewat tanpa niat membantu. Aku mau membawanya keluar dari lingkungan jahat itu, aku juga ingin memindahkannya sekolah supaya dia tidak dibuli lagi."

"Tidak ada yang bisa menjamin perubahan itu, Bunny. Lagipula soal sekolah, kamu bisa memindahkannya tanpa perlu mengadopsinya."

"Aku mau dia tinggal dengan kita. Kita juga butuh pelengkap rumah tangga kita, Foxie." Jaemin masih bersikeras.

Renjun menepikan mobilnya, kini atensinya terikat sepenuhnya pada mata serupa rusa milik Jaemin. "Menjadikan dia anak, berarti kita memiliki tanggung jawab besar dan memberi dia kepercayaan penuh. Kamu sanggup? Dia juga masih orang asing yang baru kamu temui sekali, itupun dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan pertemuan untuk berkenalan. Jadi, sudah pasti belum tahu persis pribadinya seperti apa. Anggap ini overthinking-ku, tapi bagaimana kalau ternyata dia mengambil atau memanfaatkan sesuatu dari kita? Atau mengingat umurnya tidak termasuk anak kecil lagi, bagaimana jika dia ternyata tidak mengharapkan memiliki orang tua baru karena ingin hidup mandiri? Atau dia punya pikiran bagaimana jika dia akan diperlakukan buruk meski tentu saja kita tidak akan melakukannya, tapi memangnya dia akan percaya begitu saja?"

Meet To Be Together || 지천 [✓]Where stories live. Discover now