Tak pernah terlintas di benakku
Saat pertama kita bertemu
Sesuatu yg indah tumbuh dalam gundah
Harum dan merekahTulus hatimu buka mataku
Tegar jiwamu hapus raguku
Membuncah di hati harapan nan suci
Menyatukan janjiBunga bunga cinta indah bersemi
Diantara harap pinta padaNya
Tuhan tautkanlah cinta di hati
Berpadu indah dalam mighrab cintaCintai aku
Sayangi aku
Kasihi aku
Miliki aku
Bukan langit, bukan bumi
Bukan pula bulan dan matahari
Yang kau jadikan saksi cinta kita
Hanya Allah sang Maha Cinta
Bukan harta, bukan rupa
Bukan pula kehebatan
Melainkan Iman dan takwamu
Mencintamu aku tenang
Ku jadikan engkau imamku
Bimbing aku ke jalan yang di ridhoiNya
Kuingin menggapai surgaNya
Dengan abdiku padamu
Sebagai kekasih hatimu
Tak ada manusia yang sempurna
Tapi kehadiranmu mampu menyempurnakan hidupku.
Kuharap aku pun mampu menyempurnakan hidupmu.
Rasa haru dan bangga masih terpatri dengan jelas di hatiku, bagaimana kesungguhannya dan ketulusannya mempersembahkan satu surat yang begitu indah untukku. Yang aku tahu, dia adalah sosok yang menakjubkan, meskipun sebelumnya dia pernah salah melangkah tapi kesungguhannya untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik patut dihargai.
Sebagai wanita yang sudah resmi dinikahinya, aku tak akan menunda apa yang memang sudah menjadi kewajibanku dan aku akan dengan senang hati memberikan apa yang memang sudah menjadi haknya. Aku menikmati setiap sentuhannya yang begitu lembut di malam pengantin kami.
Aku benar-benar merasa dihargai olehnya, aku benar-benar merasa dicintai olehnya.
"Kenapa Mas memilih surah An-Nisa sebagai mahar pernikahan kita?" Tanyaku saat kami selesai melakukan jima', beberapa jam sebelum masuk waktu shubuh.
"Karena di surah itulah Islam memuliakan makhluk yang bernama wanita. Sebelumnya aku tidak pernah tahu kalau Agamaku, agama kita begitu mengistimewakan kalian, aku hanya tahu sebatas surga di bawah telapak kaki ibu. Itu saja." Jawabnya sambil menarikku kembali kedalam dekapannya.
Jujur aku masih sering terkejut dengan skinship yang dia lakukan terhadapku, apalagi saat ini dia masih bertelanjang dada. Aura panas langsung menjalar di sekujur tubuhku ketika kulit kami kembali bersentuhan, dadaku berdesir dan membuat lidahku kelu seketika.
"Heii.. kenapa wajahmu memerah begitu?"
Aku mendelik ke arahnya, kenapa dia masih menggodaku saja. Apa dia tidak ingat peristiwa beberapa jam lalu, aku hampir tak percaya kalau dia pernah menjadi seorang playboy. Caranya menghadapiku sangat kaku dan sangat tegang, kalau saja bukan aku yang mencairkan suasana aku pastikan kami tidak akan langsung berjima' tadi malam.
Dia tertawa sambil mengeratkan pelukannya pada tubuhku, ternyata benar yang dibilang Raihan, dia memang menyebalkan. Dan aku harus terima kalau pria menyebalkan ini adalah suamiku.
YOU ARE READING
Sebening Cinta Nadira
RomanceJalan takdir mempertemukan aku dengan lelaki ajaib ini, baru bertemu tiba-tiba saja dia mengajakku berpacaran. Tentu saja aku menolaknya, karena memang itu tidak ada dalam ajaran agamaku. Tapi ternyata penolakanku tidak membuatnya mundur, dengan nek...