11. Memeluk Ketika Berboncengan

433 87 8
                                    


Wonwoo tersenyum ketika Jennie keluar dari rumah dengan membawa tas laptop. "Taro aja di keranjang. Kurasa akan muat."

Tangan Wonwoo dengan cepat merah tali selempang dan mengaitkan pada stang sepeda ketika Jennie meletakn tas laptop ke dalam keranjang. "Biar aman."

Jennie mengangguk. Di komplek perumahan mereka terdapat polisi tidur yang berjarak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Saat sepeda yang ditumpanginya melewati polisi tidur, tangan Jennie memegang kuat kedua ujung kaos Wonwoo karena takut jatuh. Namun, ternyata Wonwoo memelankan laju sepeda hingga posisi duduknya tidak terpantul.

"Jen. Pegangan yang kuat, ya? Aku sepertinya tidak akan mengurangi kecepatan seperti tadi. Aku harus sedikit berhati-hati ketika membawa benda penting berisi nasib masa depanmu ini," ucap Wonwoo menengok ke arah Jennie.

"Nasib masa depan?" tanya Jennie tidak paham, tetapi mulutnya terbuka ketika melihat Wonwoo menunjuk laptop miliknya. "Berarti nyawa dan nasibku ada di tanganmu, Won."

Angguk Wonwoo. "Tangan kanan nyawamu dan tangan kiri takdirmu. Keseimbanganku adalah nyawaku."

Kening Jennie mengerkit. Tidak paham dengan kalimat yang diucapkan oleh laki-laki bermarga Jeon itu. Pegangannya semakin erat pada kaos Wonwoo ketika laki-laki itu mulai mengayuh sepeda.

"Ah." Jennie dengan spontan berteriak ketika tubuhnya terankat saat melewati polisi tidur. Benturan antara tempat duduk dengan bagian tubuh belakangnya terasa sakit.

"Jen?" Wonwoo menghentikan sepedanya. "Ada apa?"

"Pantatku sedikit sakit karena mendarat pada tempat duduk sepeda milik ibumu ketika terangkat saat di polisi tidur tadi," jawab Jennie.

Wonwoo mengangguk paham. "Maaf kalau sedikit lancang," katanya yang langsung meraih tangan Jennie dan menariknya untuk memeluk tubuhnya. "Dulu ketika aku masih di kelas 1 SD, ibuku memintaku untuk memeluknya seperti ini ketika bersepeda. Katanya biar tidak terpental saat melewati polisi tidur."

Jennie mengangguk mengerti. Sedikit malu, tapi Jennie mengeratkan pelukannya. Ia tidak ingin terpental seperti tadi.

Wonwoo tersenyum kecil. Ia kembaki melajukan sepedanya. Punggungnya terasa sedikit berat ketika menyadari kepalda Jennie menyender padanya. Sepertinya dia masih takut, batinnya.

Sepeda yang dikendarai oleh Wonwoo sedikit demi sedikit mengurangi laju sepedanya ketika melewati polisi tidur. Pelukan Jennie semakin erat ketika roda depan melewati polisi tidur sampai merenggang ketika roda belakang melewatinya.

"Woah! Aku tubuhku tidak terpental seperti tadi."

***

November 14th, 2021

Abang Warnet (Jennie Wonwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang