Bab 37.B

20.4K 1.9K 164
                                    

Happy reading, semoga suka. Vote dan komen yang banyak ya. Yang menanti lanjutan bab 47 dst di karyakarsa ditunggu ya.

Meanwhile, i uploaded a novella there (part dari The sweetest taboo, jadi kalau udah ada the sweetest taboo, sama aja ya)

Meanwhile, i uploaded a novella there (part dari The sweetest taboo, jadi kalau udah ada the sweetest taboo, sama aja ya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di karyakarsa

Rate: Dark Erotic Romance

Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Prev:

"Kalau begitu cium aku lagi dan cari tahu," tantang pria itu dengan suara serak.

...

Ana-Maria pasti sudah gila. Atau ia tersihir. Atau pria itu melakukan guna-guna. Atau Ana-Maria hanya tidak sadar bahwa ia terpaksa, karena rasa takutnya jadi ia menurut saja. Pasti begitu. Kalau tidak, bagaimana ia bahkan mendekatkan diri, merangkum halus wajah pria itu dengan kedua telapaknya lalu memajukan wajah. Napas Ana-Maria bergetar dan bercampur dengan panas napas pria itu. Ia menghirup aroma jantan Zayyeed yang mengaduk isi perutnya lalu mulai mengecup. Saat bibir mereke menempel, sengatan itu kembali menjalarinya.

"Magic, isn't it?" bisik pria itu di bibirnya dan Ana-Maria bertanya-tanya, mungkinkah pria itu juga merasakan hal yang sama?

'This time, kiss me. I'll surrender all of myself to you.'

Ana-Maria memejamkan mata sementara kata-kata pria itu mempengaruhinya. Ya, ciuman mereka memang seperti sihir ajaib. Ia menghela napas dalam untuk membawa aroma pria itu ke dalam dirinya lalu memberanikan diri untuk mencium lebih kuat. Ana-Maria menguasai bibir pria itu dengan canggung tapi saat Zayyeed melenguh pelan, ia merasa ia tidak melakukannya dengan buruk. Ana-Maria kembali mengecup dan mempelajari tekstur bibir pria itu, senang karena Zayyeed membebaskannya untuk bereksplorasi.

Tanpa tekanan, tanpa paksaan, ciuman mereka mengalir indah hingga Ana-Maria terbuai. Ia tak sadar telah menjadi lebih berani. Ia mencium lebih kuat, berusaha mengecup lebih banyak. Tubuhnya mendekat dan nyaris menempel. Tangan-tangannya mulai mengelus pipi pria itu. Mereka berpelukan. Tangan-tangan Zayyeed membelitnya dan menarik Ana-Maria mendekat, tapi ia terlalu larut hingga tak menyadari apapun. Pria itu lalu membuka mulut dan mengundang Ana-Maria untuk lebih berani dan ia menyambut undangan pria itu tanpa pikir panjang.

Ana-Maria tidak tahu berapa lama mereka saling membelit dan mengecup. Lalu di suatu saat, ia sadar bukan ia lagi yang menguasai permainan. Tangan pria itu kini di tengkuknya memposisikan Ana-Maria sedemikian rupa hingga mulut pria itu bisa lebih leluasa menjelah. Lidah pria itu sudah berada di dalam kehangatan mulutnya, sedang menggoda dan menuntut diikuti erangan pelan. Ada tangan lain yang sedang mengelus punggungnya, sentuhannya seolah ingin mengusap sekaligus merobek penghalang kain di antara mereka.

"Aahhh..."

Itu suaranya, desah manis wanita yang terpuaskan oleh keahlian kekasihnya tapi juga sekaligus menjadi lebih terangsang.

Lalu ada gerungan pelan. Suara berat milik pria yang sedang bergairah. Dalam kebingungannya, ia kemudian mendapati pria itu memaki pelan sambil menjauhkannya.

Awalnya, Ana-Maria merasa terpukul karena tertolak.

Tapi...

"Jika diteruskan, aku takut kita akan melakukannya dengan kau yang terbaring telanjang di bawah tubuhku, Hanaa."

Ana-Maria merah padam. Lalu dengan cepat mendorong pria itu dan beringsut menjauh.

"You... you should left."

"Seandainya aku bisa..." jawab pria itu muram. Suaranya berat, napasnya cepat. Ana-Maria melirik. Pria itu tampak seolah membutuhkan segenap kekuatan untuk bangkit berdiri dan menjauh.

"Ke... kenapa?"

Ya Tuhan, bahkan ia bisa merasakan betapa bergairahnya pria itu.

"Karena aku sudah berkata pada pelayanmu bahwa kau akan melayaniku malam ini. Aku takkan mempermalukan diriku sendiri dengan meninggalkan tempat ini lagi malam-malam."

"Kau!"

Ana-Maria semakin merah padam. Memalukan! Pria itu memang mesum. Berotak kotor.

"Kau tidak bisa tidur di sini!"

Ana-Maria tidak tahu apa yang akan terjadi bila mereka kembali berbagi ranjang. Ia takut... ia takut ia akan membiarkan pria itu melakukan semua hal yang diinginkannya.

Sebagai jawaban, Zayyeed mendengus pelan lalu berjalan ke sofa di seberang. Kemudian... "Jangan cemas, selirku yang cantik. Aku akan tidur di sini malam ini dan membiarkan pemandangan cantikmu mengisi mimpiku. Mungkin aku bisa bercinta dengan selirku sendiri di dalam mimpi. Puas?"

Pria itu kasar. Tapi Ana-Maria mengerti. Ia memang polos. Tapi ia tahu pria bisa jadi makhluk kasar berbahaya bila sedang bergairah.

"Se... sesukamu saja!" bentaknya lalu berbaring cepat dan menarik selimut hingga ke kepala. Kali ini, rasanya jantung Ana-Maria benar-benar meledak.

"Selamat malam, Hanaa."

Suara pria itu menyelinap ke telinganya dan Ana-Maria butuh menenangkan diri selama beberapa detik sebelum menjawab. "Selamat malam, Yang Mulia."

Ia tahu, ia bisa mempercayai pria itu. Zayyeed memang mesum dan mata keranjang, tapi pria itu memegang janjinya. Dia tak akan berlaku rendah dengan menyerah Ana-Maria di tengah tidur apalagi sampai memaksanya. Tapi tetap saja, ia sulit tidur. Setiap kali memikirkan Zayyeed sedang berbaring di sofa di seberang ruangan, jantung Ana-Maria langsung memburu hebat.

Good Lord! Help me!

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang