First Love End (1)

4 0 0
                                    

Hai, Aku Rika. Seorang siswi biasa di salah satu SMA favorite di daerahku. Aku pandai dalam seni, di sekolah ini aku makin menyukai seni karena dapat bertemu dengan anak photography. Iya, ada seseorang dari klub photography yang aku sukai.

Namanya Alit, salah satu kakak kelas dari klub photography yang bagi orang orang biasa saja, tapi tidak bagiku. Setelah tahu bahwa klub seni design akan bekerja sama dengan klub photography, aku takjub tak menyangka, seolah mimpi yang jadi kenyataan dapat bertemu setiap Jumat dengan sang pujaan hati.

"Kak Alit itu selain jago pegang kamera, dia juga jago main basket," ujar Laras sambil memakan ketoprak yang ia beli. Kami dikantin sekarang. Laras itu orangnya pintar Bahasa Inggris. Lain sepertiku yang hanya main dibelakang, ia lebih memilih berbicara langsung didepan umum mengemukakan pendapatnya.

Kami memang sangat berbeda dari segi sifat dan mental. Tapi kami dapat berteman dengan baik hingga saat ini.

"Laras kan?" Tanya seseorang dibelakangku. Suaranya samar samar terdengar familiar di otakku. Saat mendongkak ke arah pelaku, jantungku mulai berdetak dengan kencang. Kak Alit, dibelakangku, dengan senyum yang memperlihatkan lesung pipinya.

Aku berusaha menyembunyikan wajahku yang memerah. Sementara itu, Kak Alit mendudukkan dirinya disampingku. Tahu perasaanku sekarang? Jangan ditanya, ingin rasanya sekarang kabur dan lari 7 kali keliling lapangan.

"Yang jadi ikut lomba Bahasa Inggris se-kabupaten itu kan?" Tanya nya lagi. Laras mengangguk. "Kenapa ya kak?" Tanya Laras.

Lagi lagi Kak Alit tersenyum. Membuatku tersedak saat mencoba meminum es susu coklat. Dari yang mulanya ingin terlihat cuek dan biasa saja, malah terlihat seperti sedang menghindari sesuatu. Argh, malunya.

"Gue disuruh sama Buk Tari buat belajar bareng sama Lo. Persiapan buat Lomba Bahasa Inggris nanti," kata Kak Alit. Aku sedikit menahan histeris, belajar bareng dengan kak Alit?! Ahh, andaikan aku bisa Bahasa Inggris juga.

"Kapan kak?" Tanya Laras. "Sekarang, ayok," ajaknya dengan menggenggam tangan Laras kemudian pergi meninggalkan aku sendirian di meja itu.

Karena sudah tidak ada lagi kerjaan di kantin. Aku pergi menuju gerbang. Ini sudah jam pulang sekolah, hanya saja aku dan Laras memutuskan untuk makan dikantin sebentar. Tapi dia pergi duluan, parahnya bersama seseorang yang aku sukai. Ahh, iri nya.

###

"Rikaaa," panggil Laras dari arah belakangku. Dia dengan tas berlari mengarah padaku, tak lupa senyum yang menghiasi wajahnya. Sepertinya dia terlihat senang.

"Kenapa kok seneng banget?" Tanyaku ikut merasakan kesenangan yang rasanya dialami temanku ini.

"Coba Lo tebak, Gue di tembak Kak Alit!"

Aku menatapnya terkejut. Mencoba untuk terlihat biasa saja, aku menarik napas kemudian kembali tersenyum. "Yang bener?! Ihhh, padahal Ika suka sama Kak Alit, malah dia pilihnya Laras," ujarku dengan nada sedikit merajuk.

Laras tertawa. "Yang sabar ya Ka, mungkin dia emang jodoh Gue," ucapnya sambil menepuk punggungku. "Eh itu Kak Alit, Gue kesana dulu ya," Pamitnya meninggalkanku menuju seseorang yang aku sukai.

Dari jauh, aku melihat mereka sangat bahagia. Saling bergandeng tangan, menyapa dengan senyum, tak kadang aku melihat kemesraan mereka selama di lorong dalam perjalanan menuju kelas.

'Mungkin memang takdir,' gumamku dalam hati.

Special StoryWhere stories live. Discover now