Assalamu'alaikum. Selamat hari rabu. Jumpa lagi kita di lapak baru, cerita baru dan konsep yang juga baru. Sedikit cerita mengenai Amin Yang Sama, ini adalah cerita yang mengusung tema perjodohan pertama yang aku tulis.
Barangkali aku memang kurang jago menulis novel-novel mariage life, tapi aku terus berusaha dan belajar untuk membuatnya. Jadi ini semacam tantangan tersendiri buatku. Maka dari itu, kuharap kalian bisa meninggalkan kritik dan saran membangun di kolom komentar seiring cerita ini berjalan.
Kupersembahkan prolog, semoga kalian suka, ya!
Selamat membaca!
Jangan lupa tapi bintangnya dulu, ya!
Best regards,
Ikko Williams
🤲🤲🤲
"Sir, pasien ingin bertemu dengan anda dan anak-anak."
"Baik, Dokter."
Seorang pria tampan bertubuh tinggi menarik napas dengan berat seraya memasuki sebuah ruangan ICU Rumah Sakit ternama di Kota Istanbul, Turki. Ia tidak sendiri. Kedua tangannya tampak menuntun dua anak kecil, putra-putrinya. yang satu gadis berjilbab biru dengan baju hangat nan tebal, yang satu lagi laki-laki tembam bersweater cokelat dengan wajah murung.
Memasuki ruangan serba putih yang beraroma antiseptik itu, sang pria terus menuntun kedua anaknya mendekati ranjang pasien yang penuh kabel-kabel rumit dan terhubung ke sebuah alat medis robotic di sudut ruangan.
Terbaringlah di sana, seorang wanita paruh baya kurus berkepala plontos dengan masker oksigen yang tampak membuatnya tersiksa. Ia begitu kurus dengan kulit pucat nan kering yang terlihat hampir menyatu dengan tulang belulangnya.
"Mas," lirih wanita berpiyama biru muda longgar itu sambil melirik kehadiran sang suami dan putra-putrinya.
Senyum sang pria tersungging tipis di antara wajah frustasinya. Anak-anak mulai merengek dan memeluknya erat-erat, tak sanggup menatap ibu mereka yang dulu pernah merawat mereka sebelum kanker pankreas itu menyerangnya.
"Shhh. Jangan takut ya Dek ya, kan kalian yang minta pengen dateng membesuk Mommy," ucap sang pria sembari mengusap-usap kepala putra-putrinya.
"Kenapa Mommy jadi begini, Dad? Adek takut," ucap si kecil dengan tatapan disembunyikan di pinggang ayahnya.
Hening. Sang pria menatap istrinya di atas ranjang yang berekspresi tegar dengan mata berkaca-kaca. Baginya, sang istri tetap cantik seperti saat pertama bertemu dulu. Sebab, cintanya begitu tulus dan ia mencintai sang istri bukan hanya karena paras, melainkan juga soal hati dan sikap luhur yang dimiliki.
Wanita itu tersenyum di antara lelehan air mata kerinduannya akan anak-anak. Hari inilah hari terakhir kemoterapi baginya, dengan dosis anti-kanker tertinggi. Hari ini seperti penentuan apakah ia akan kuat atau tidak menghadapi penyakit mematikan tersebut. Penyakit yang ternyata sudah ada sejak ia masih lajang, namun baru terdiaknosis di tahun-tahun setelah ia punya anak.
Sungguh berat memang. Enam kali kemoterapi yang begitu menyiksanya lahir bathin. Namun ia tampak tegar di hadapan suami dan anak-anak nya, sebab merekalah sumber baginya untuk tetap semangat bertahan hidup.
"Aku takut, Mas. Tapi aku tidak akan menyerah. Tubuhku harus kuat menghadapi kemo terberat ini," lirihnya ke sang suami ketika anak-anak mereka sudah dibawa keluar oleh baby sitter mereka.
Sang suami duduk dan menangkap tangan istrinya lalu menciuminya. Air matanya turut terurai. "Kamu harus bertahan, demi keluarga kecil kita. Aku janji, saat kamu sembuh nanti, akan kuajak kamu bertemu orang tuaku di Indonesia."
Sang istri mengangguk-angguk sambil terisak, memikirkan pernikahan siri dan rahasia mereka. Sebagai wanita yatim piatu, ia cukup beruntung dipersunting pria Indonesia yang sedang menyelesaikan studinya di sebuah Universitas Negeri Istanbul tersebut, sampai dikaruniai dua anak kembar. Namun, Allah SWT sepertinya memang sedang mengujinya dengan tempaan masalah baru, yaitu mengenai kanker yang dideritanya.
Para Dokter berdatangan untuk mengurus semua keperluan kemo, membuat sang suami harus keluar dari ruangan itu. Sebelum berpisah, sang istri berpesan.
"Mas, jika aku mati nanti. Dan kamu ingin menikah lagi. Tolong cari wanita yang bisa dan mau membesarkan anak-anak kita."
Air mata sang pria tak terbendung lagi, ia berusaha menyangkal kata-kata istrinya. Hingga sejam kemudian, di ruang tunggu rumah sakit yang ramai tersebut, sambil memeluk anak-anak, ia mendapat kabar dari sang dokter bahwa istrinya menghembuskan napas terakhir akibat gagal jantung karena tubuhnya tak sanggup menerima obat anti-kanker yang disuntikkan.
Kota Istanbul yang begitu ia cintai, kota impian yang ia dambakan sejak kecil, mulai hari ini berubah jadi kota yang muram baginya. Semuram perasaannya yang merumit dan bagai dihempaskan ke dasar jurang terdalam.
Anak-anak mulai menangis histeris dengan kabar itu, dan itu membuat dunia seakan menggelap bagi pria tersebut.
Bersambung...
Jangan lupa masukkan ke Readinglist dulu ya, Mantemans!
Sampai jumpa di bab berikutnya!
Wassalamu'alaikum!
Tetap terhubung:
Wattpad & Instagram
@ikkowilliams
ESTÁS LEYENDO
AMIN YANG SAMA √ (Selesai - Epilog)
RomanceAYUMA SYAHIRA RUBY adalah gadis terpandang, putri seorang kyai ternama. Ia dijodohkan dengan JABBARA ALI ASSIDQI yang dingin dan tak menyentuhnya sama sekali. Seharusnya AYUMA bahagia karena meski ini adalah murni kehendak orang tua masing-masing, n...
