23. His Lost

454 94 44
                                    

Leave the vote and comment xoxo

"Kamu di rumah aja kalau gitu," sambil menyesap kopi yang dibuat Wanda, Charis menyarankan hal ini.

Bukan tanpa alasan, Charis tahu, akan sulit bagi Wanda berkonsentrasi di dalam ruangan yang sama dengannya. Wanda butuh waktu sendiri. Dan mungkin tidak bekerja adalah sesuatu yang dia butuhkan saat ini.

Sayangnya Wanda tidak memikirkan hal tersebut. Dia justru merengek manja karena tidak ingin dilarang bekerja. "Aku kalau di rumah nanti malah kepikiran itu terus."

"Itu apa?" alis Charis terangkat, membuat Wanda kesal karena merasa digoda.

"Tau ah," jawabnya.

Charis tertawa kecil membuat kursi yang dia duduki terguncang sedikit. "Kenapa sih cantik, kok ngambek."

"Kamu tuh usil."

"Usil kenapa sih?"

"Ish udah nggak usah dibahas. Bener kata kamu, aku nggak masuk aja hari ini."

Charis tidak membalas, dia memilih untuk mengusap rambut Wanda dan beranjak dari sana untuk menyambar jas dan pergi. Meninggalkan Wanda yang pada akhirnya akan menghabiskan waktu di dalam rumah untuk menenangkan dirinya sendiri.

Saat Charis akan benar-benar pergi, Wanda mengantarkannya hingga ke pintu keluar. Kemudian melihat kepergian Charis. Mirip seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah. Pasangan yang baru menikmati buah buah manis di dalam hubungan suami istri.

Charis yang kini sudah duduk di dalam mobil mengusap wajahnya. Keringat dengan butiran sebesar biji jagung keluar di daerah tengkuknya. "Jadi ini yang bikin lo mau menghancurkan gue Charis? Wanda yang manis, yang bisa bikinin lo sarapan. Yang bisa sayang sama lo. Ini yang bikin lo mau bunuh gue?"

Sejak di kamar mandi, saat Charis bercermin, Dika tiba-tiba saja masuk ke dalam tubuhnya. Dia kembali menguasai. Tahu bahwa mungkin Wanda akan kembali membatasi ruang geraknya sebagai Dika, maka dia memilih berpura-pura menjadi Charis. Awalnya kesulitan. Tapi setidaknya dia masih berada di tubuh yang sama. Jadi dia pasti bisa mengecoh.

Entah apa yang dilakukan Charis dan Wanda semalam. Perempuan itu benar-benar tidak menatapnya selain saat dia pamit untuk bekerja. Itu sebuah keuntungan yang dimiliki Dika karena dia tidak perlu mencari alasan jika Wanda bertanya kenapa dia tidak membalas tatapannya.

Sekarang, tentu saja kantor bukan tujuan yang tepat. Karena dia harus mencari tahu, apa yang harus dia lakukan untuk tetap eksis di dalam tubuh ini. Sekalipun dia harus berpura-pura jadi Charis. Dia tidak ingin pergi.

Karena itu, kali ini dia akan mengunjungi kantor Viona, karena mungkin ini cara satu-satunya untuk tetap bertahan, meskipun dia tahu mungkin Viona akan memakinya dan justru melawannya. Sebab, secara teknis dia sudah mengkhianati Viona. Dia hanya perlu memberikan alasan yang diimbuhi bumbu drama agar Viona mau membantunya.

.

"Vi, aku mau ngomong sama kamu," Charis tiba-tiba muncul saat seseorang sedang melakukan konsultasi secara daring dengannya.

Viona hanya mengangkat wajahnya kemudian melambaikan tangan untuk menahan Dika agar tidak bicara apapun. Lalu beberapa saat kemudian dai menyudahi sesi konsultasinya untuk benar-benar memberikan fokus kepada Dika.

"Kamu beneran hilang selama berbulan-bulan atau nggak datang kesini Dika?" wajah Viona dingin seperti seorang kekasih yang sudah lama tidak diperhatikan oleh pasangannya.

Dika berusaha terlihat santai. Meskipun sebenarnya dia takut jika tiba-tiba Charis muncul dan mengganggu konsultasinya untuk menghilangkan Charis selama-lamanya dari tubuh ini.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang