2,2

162 34 1
                                    

Hari ini ada lamaranya salah satu tetangga Jelova. Minggu sih, jadi ga perlu bolos. Elvash udah siap, Maura ga ikut soalnya nanti daripada Aca merusuh — kalian yang lebih tahu mana yang lebih rusuh di antara anak dan emak itu.

Acaranya ada di rumah sebelahnya Milan, iya, rumahnya Doyeon. Tamu yang diundang juga cuma sederet aja. Jelova memakai blouse berwarna putih dengan bawahan rok span berwarna hitam. Dah kek anak magang, awkwkw!

“Milaan!” serunya di depan gerbang rumah Milan.

Tapi tidak ada balasan atau pun tanda tanda kehidupan di rumah besar itu. Jelova dengan wedgesnya berjalan cepat menuju ke teras depan dan memutar gagang pintu.

“Mil! Ayo berangkat ke Doyeon!” teriaknya memantul ke seluruh rumah.

“Hih, kemana si ni anak?!”

Jelova melangkah lebih jauh ke dalam rumah itu. Akhirnya setelah mengecek dapur, ruang tengah, ruang tamu dan kamar mandi bawah, ia memilih pasrah hendak keluar dari rumah itu.

Kayanya emang Milan lagi pergi.

Kalo lagi pergi kenapa ngga dikonci pintunya ya busrek?

“Haa?"

“Astaghfirullah, bunda kejengkang kalang kampret!” latah cewek itu saat berbalik dan Milan sudah ada di belakangnya.

Plak!

BISA GA GAUSAH NGAGETIN TERUS! KALO GUE JANTUNGAN GIMANA?!” amuk sang gadis setelah menggaplok pemuda itu.

Bukannya gentar, takut atau ciut, Milan malah ketawa seolah kesal Jelova adalah komedi baginya. Tapi emang sih, bikin cewek itu ngamuk adalah salah satu kesenangan pribadi baginya.

“KOK MALAH KETAWA! NGESELIN BANGET! DASAR Sus scrofa domesticus!!”

Jelova tertawa jahat, dia tebak Milan gatau nama ilmiah babi. Ya secara gitukan, dia anak IPA sedangkan Milan IPS. Pasti taunya tentang kebumian, ekonomi, sosiologi dan sejarah.

“Daripada elu, Proboscis monkey!”

Meski saling mengejek, keduanya tetap berjalan keluar dengan tangan Milan melingkar di pundak Jelova yang lebih pendek darinya. Pun ketika Jelova melotot karena mendengar nama ilmiah bekantan, cowok itu hanya bisa terkekeh.

“Eh, Milan! Masuk aja, yang lain udah di dalem. Ini siapa?" Tanyanya menunjuk Jelova secara terang terangan.

“Pacar gue," sahut Milan menarik bahu Jelova lebih dekat. Atas kelakuannya barusan, dia dihadiahi sebuah sikutan oleh duplikat Tante Maura itu.

“Gue Jelova, anaknya Bapak Elvash. Beda 6 nomer dari rumah ni anak," paparnya sambil melirik Milan.

“Oh, anaknya Om Elvash." Doyeon manggut manggut kemudian memperkenalkan diri balik kepada Jelova.

Keduanya lantas masuk diantar Doyeon di belakangnya. Milan memilih kursi yang agak pinggir karena tau kalau di tengah tengah nanti bakalan ribet kalo bareng sama Jelova.

Cewek itu kalau diajak kondangan banyak ngeluh. Mana kegerahan, mana kebelet, mana pengen ini itu tapi kejauhan. Jadi ya untuk keamanan dan kenyamanan bersama mending duduk di pinggir deket kipas angin.

“Pinjem game dong,” pinta Jelova, “Suntuk banget ga sih?”

Baru juga duduk. Udah ngeluh kan. Namanya juga cewek. Harus dimaklumi.

Tanpa membalas ucapan cewek itu, Milan mengeluarkan hpnya dan memberikan benda pipih itu ke Jelova. Dengan semangat cewek itu kemudian mengscroll fitur menu pada gawai tersebut.

“Ih, kok angela gue udah gede..”

Milan melirik ponselnya yang ada di tangan cewek itu. “Dimainin Lucas kemaren.”

“Huuh, padahal gemoy kalo masi kecil,” sungut cewek itu tampak ga rela karena virtual pet nya udah gede.

Acara pun dimulai dalam beberapa saat setelahnya. Seserahan dan lain sebagainya. Semuanya lancar dan tidak ada gangguan apa pun.

Saat sedang makan makan, Doyeon menghampiri Milan. Dilihatnya Jelova dan Milan sedang rebutan kulit ayam.

Iya kulit ayam.

Sampai akhirnya Doyeon mengintervensi, “Sorry gue ganggu sebentar. Milan, ikut gue ke belakang yok!"

“Di sini aja,” putus cowok itu, “gue masih harus jagain ni bocah.”

“Ih, apaan sih! Gue udah gede ya!” sewot Jelova nggak terima.

Mau nggak mau, Doyeon nurut. Dia duduk di salah satu kursi yang ada di deket Milan. Cewek dengan rambut panjang terurai itu tanpa basa basi langsung menjelaskan hasil investigasinya ke Milan.

“Kemarin gue liat Jeno dijemput sama temen lo yang tinggi banget itu. Motornya Jeno kan diremukin sama anak SESKA buat balas dendam gara gara pas itu kan. Nah si Marka pas itu sempet ketahuan sama Felix, temennya Hyunjin. Jadilah dia dikejar terus gatau akhirnya gimana nasib tuh anak,” tutur Doyeon.

Jelova memelankan kunyahannya mendengar nama Marka. Ada rasa 'deg!' yang menyerang hatinya. Milan melirik gadis itu kemudian tangannya mengusak lembut kepala Jelova, “Marka gapapa, tenang aja.."

“Apa hubungan dia sama Marka?" Doyeon tidak tahan untuk bertanya.

“Pacarnya,” tanggap Milan.

Doyeon membelalak sambil mendecak kagum, “Woah, keren banget! Gue kayanya tinggal di tempat yang salah. Sebelah gue rumah pentolan SESKA, tetangga gue malah pacarnya Marka, yang jelas jelas ketua geng yang musuhnya itu geng sekolah gue.”

“Dan lo malah ember ke gue,” tambah Milan kemudian tersenyum kecil.

Jelova masih melanjutkan makannya, tapi pikirannya tidak terlepas dari omongan Doyeon tadi. Kalau Milan dikejar di luar Wiramandala saja bonyoknya bisa sampe luar dalam, apa kabar Marka yang nekat nelusup dan ketahuan ? Apa nggak jadi santapan empuk anak WM?

“Doy!” panggil seseorang dengan kebaya biru, itu Mama nya.

“Iya, Mah!” balas Doyeon, “Gue kesan dulu ya!”

Milan mengangguk singkat. Dengan garpunya, dia lalu menaruh kulit kulit ayam hasil rampasan itu ke piring Jelova.

“Makan yang banyak! Jangan terlalu dipikirin omongan Doyeon tadi. Marka pasti baik baik aja,” kata Milan lembut, “nanti balik mampir ke rumah gue dulu ya. Gue mau ajak lo ke suatu tempat.”

— C O U P L E   G O A L S —

[✓] How To Be A Couple GoalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang