Kunjungan Prabu Guntara

352 56 1
                                    

Tiga bulan berlalu dengan cepat, Rinata beserta orang-orang kepercayaannya telah betah tinggal di Panca Arga. Prabu Guntara sendiri telah memperketat perbatasan negerinya untuk mencegah masuknya  orang-orang yamg berniat mencelakai anak dan istri Prabu Dygta itu.

"Ayahanda, apakah ayahanda prabu benar-benar akan tetap melakukan kunjungan kenegaraan ke negeri Rahuning?" Di malam yang tenang di taman kaputren Pangeran Sentarum bertanya pada Prabu Guntara.

Di taman itu tengah berkumpul keluarga raja, mulai dari Prabu Guntara, Pangeran Cakradana, Pangeran Sentarum, dan Pangeran Purana serta Danum Suarga.

Sementara di balai-balai lain masih di kaputren duduk pula Permaisuri, Dewi Intani, istri Pangeran Cakradana dan istri Pangeran Sentarum, dan tak lupa Rinata turut diundang pula. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Semuanya tengah bermain menghibur Esa Kanagara yang mulai mencoba belajar berjalan.

"Benar Sentarum, tadi Mahapatih Munding Laya telah mengirimkan surat meminta agar kunjungan itu tetap terwujud. Selain itu ayahanda juga bermaksud ingin melihat keadaan Rahuning sekarang seperti apa, terutama Prabu Dygta"

"Aku ikut ayah" Sahut Pangeran Cakradana cepat, anak tertuanya.

"Tidak! Kau itu berkepala panas, cepat naik darah. Bisa-bisa malah membuat masalah di negeri Rahuning. Ayah akan mengajak Purana dan Danum" Jawab Prabu Guntara.

Danum terkejut mendengarnya, itu artinya dia akan bertemu dengan Dygta lagi. Ah bagaimana kabar mantan kekasihnya itu? Benarkah cerita Rinata bahwa pria yang dulu berjiwa ksatria luhur itu telah terjebak dalam gairah nafsu dengan Retno Arumi? Semua pertanyaan itu memenuhi benaknya.

"Dinda..." Tegur Pangeran Puran begitu melihat Danum melamun.

"Hah iya kanda" Jawab Danum kaget tersadar dari lamunnya.

"Bagaimana apa kau mau ikut bersama ayahanda menuju Rahuning? Bagaimanapun juga Rahuning adalah negeri leluhurmu, apa kau tak kangen dengan tanah kelahiranmu itu?" tanya Prabu Guntara.

"Tentu ayahanda prabu, saya kangen dan ingin nyekar dikubur orang tua saya" Jawab Danum.

"Itu artinya kau akan ikut serta kan?" Tanya Prabu Guntara memastikan.

"Baik ayahanda prabu" Jawab Danum dengan hormat.

"Baik, kalau begitu ayah, bersama Purana dan Danum, juga Dandi serta juga senopati Damar Aji akan berangkat ke Rahuning. Lima hari lagi. Selama kepergian ayah, Sentarum kau yang mengambil alih tugas ayah, sedangkan kau Cakradana, tugasmu menjaga keamanan negeri Panca Arga"

Pangeran Sentarum susun tangannya menerima perintah itu.

"Apakah ibunda ikut?" Tanya Pangeran Purana.

"Tidak Purana. Ibumu sudah sakit-sakitan, tak dapat melakukan perjalanan jauh lagi"

Keputusan telah dibuat. Rombongan kunjungan kenegaraan telah ditentukan. Lima hari lagi mereka akan langkahkan kaki ke negeri Rahuning, negeri yang tengah terpuruk karena rajanya telah menjadi budak nafsu seorang Dewi Pemikat.
***

Di sebuah ruangan baru di istana Rahuning, ruangan yang dibuat khusus untuk sang permaisuri sesat Arumi, tampak sesosok perempuan tengah melakukan semedi telanjang di depan sebuah patung berwujud perempuan, bau harum dupa dan asapnya begitu semerbak. Agaknya sosok perempuan bugil yang tak lain adalah Arumi  itu tengah melakukan ritual untuk memperkuat ilmu kesaktiannya. Setelah lewat tengah malam terdengar suara berkereketan, ruangan yang hanya diterangi lampu minyak itu mendadak menjadi seram. Patung dimana Arumi bersemedi bergerak-gerak aneh. Luar biasa, patung itu mendadak hidup, menjelma menjadi sosok perempuan cantik berwujud bayang-bayang roh. Dia adalah Ratu Gelap Batin yang selama ini menjadi junjungan Arumi.

RENJANA DUA PRIA [SELESAI]Where stories live. Discover now