♢Perasaan Apa Ini?♢

365 44 16
                                    

03


"Kawaki-kun?"

Sumire menghampiri Kawaki, ia bermaksud mengambil buku catatan yang ada pada pemuda itu.

"Syukurlah, buku catatanku ada padamu. Ariga-" ucapan Sumire terhenti ketika tangannya gagal meraih bukunya. Ya, Kawaki mengangkat tangannya tinggi, sehingga Sumire akan kesulitan untuk meraihnya.

"Kawaki-kun, ada apa?" Manik Amethys milik Sumire bertabrakan dengan onyx kelam Kawaki, terlihat sangat jelas rasa kesal yang terpancar pada diri Kawaki.

"Ada apa? Kau masih menanyakan  ada apa?!"

Prakk!

Mata Sumire terbelalak ketika buku catatannya terbanting dengan keras ke lantai, ada perasaan takut dalam dirinya.
Jantungnya berdetak tidak karuan, ia kembali mengingat ancaman Kawaki waktu itu dan itu membuatnya semakin gusar.

"Ka-kawaki-kun, ma-maafkan aku, wa-waktu i-tu aku ti-tidak bisa menolak pe-permintaan ayah dan ibuku. A-aku ingin me-nolaknya ta-tapi..."

Greb

"Sa-sakit..." pekiknya lirih.

Gadis itu belum menyelesaikan kalimatnya, tapi pergelangan tangannya sudah dicengkram keras oleh Kawaki.

"Sakit? Kamu bilang ini sakit! Lebih sakit mana dengan aku? Kamu dengan santainya bercanda dan berbahagia seperti biasa, sementara aku harus dibebani dengan perjodohan sialan itu!"

Tidak biasanya Kawaki yang notabennya pemuda dingin dan jarang bicara, kini berbicara begitu banyak pada Sumire.

"A-aku..."

"DIAM!" spontan Sumire mengatupkan bibirnya, wajahnya tertunduk dan air mata mulai terbendung di pelupuk matanya.

Srek.

Kawaki menarik kerah Sumire, memaksa gadis itu untuk menghadapnya.

"Aku sudah membaca isi buku sialan itu, dan aku melihat ada nama pemuda disana. "Kagura?" Senyuman tipis terlihat di sudut bibir Kawaki. Tidak, dia tidak tersenyum melainkan menyeringai.

"Jika kamu menyukai Kagura, kenapa kamu harus menerima perjodohan ini, bodoh!"

Kawaki melepas cengkeramannya pada kerah Sumire, ia berpindah mencengkram kedua pundak gadis itu. Memutarnya dan mendorongnya keras hingga punggung Sumire terbentur pada pintu.

"Akh," pekik Sumire, genangan air mata sudah terbendung di pelupuk amethys Sumire.

"Atau... kamu menerima perjodohan ini karna kamu menyukaiku?" 

Seketika pikiran Sumire menjadi konslet, menyukai Kawaki? Sejak kapan gadis itu menyukai Kawaki. Meskipun memang mereka adalah ketua kelas dan wakilnya, tapi Sumire tidak pernah kepikiran untuk menyukai Kawaki.
Kawaki lebih banyak diam jika di kelas, entah kenapa guru Shino menunjuk pemuda pendiam itu untuk menjadi wakilnya. Apa karna Sumire yang lemah, atau karna Kawaki di takuti oleh hampir semua orang di kelas? Ya, anggap saja Kawaki sebagai prisai Sumire.

♡Dia Milikku♡Donde viven las historias. Descúbrelo ahora