Bab 16

4.1K 71 7
                                    

Hubungan Sely dan Rendi berjalan dengan lancar. Karena Rendi akhirnya lebih memilih percaya dengan alasan yang Sely berikan padanya. Dan hubungan mereka juga malah semakin intim. Sely mulai berani mencium Rendi lebih dulu saat diantar pulang ke rumah Kevin. Siapa yang tidak suka, Rendi pun menerima dengan senang hati keberanian Sely yang menciumnya lebih dulu.

"Hati-hati di jalan ya, Ay."

"Iya, Sayang. Kamu juga langsung masuk sana. Udah malem juga." Rendi meminta Sely masuk ke dalam rumah. Karena hari juga sudah mulai larut.

Sely mengangguk dan masuk ke dalam, meninggalkan Rendi yang masih memperhatikannya. Dan saat Sely menutup pintu, ia pun mendengar motor Rendi menjauh dan perlahan hilang. Saat Sely berbalik, betapa kagetnya ia karena Kevin sudah menunggunya sambil melipat tangannya di dada.

"Kita butuh bicara, Sel." Suara Kevin begitu dingin di pendengaran.

"Nanti istrimu bangun. Besok aja di kafe," ujar Sely.

"Sekarang!"

Sely menurut, karena tidak mau salah satu aset berharga nya marah. "Ya udah, dimana?"

"Di garasi saja," ucap Kevin yang langsung jalan mendahului Sely. Juga akhirnya Sely mengekornya.

Setelah sampai di garasi, Kevin menyalakan lampunya dan menarik kursi yang ada disitu. Memberikan satu kursinya pada Sely dan satunya lagi untuk dirinya.

"Kev, aku takut istrimu bangun."

"Enggak, Zelin habis minum obat dan tidur pulas. Gak perlu cemaskan istriku. Yang perlu dicemaskan di sini itu kamu. Dari mana saja kamu? Siapa pria yang menjawab teleponku? Kamu selingkuh?" Kevin memberondong pertanyaan kepada Sely.

"Hei, Kevin. Dengarkan aku dulu. Jangan banyak tanya gitu. Bisa gak sih satu persatu nanyanya." Sely ikut terbawa emosi. Ia lelah, ingin istirahat tetapi Kevin malah mengubah moodnya menjadi buruk.

"Oke, jawab aku. Darimana kamu enggak pulang?" Kevin mencoba bersabar dan akhirnya melembut.

Sely sudah mempersiapkan jawaban yang sama seperti yang ia berikan untuk Rendi. "Aku dari rumah saudaraku, terus menginap di sana."

"Terus pria yang menjawab teleponku siapa?"

"Ya pamanku. Dia juga bilang kalau ada telepon, tapi nggak bilang kalau dari kamu. Terus dari sana aku kerja. Baru pulang diantar Rendi." Sely berusaha meyakinkan Kevin.

"Terus kenapa gak ngabarin? Segitu susahnya ya chat aku?" Kevin mulai posesif.

Sely mengerutkan keningnya,"kamu kan ada Zelin. Nanti kalau dia tahu gimana? Aku juga kan nunggu kode dari kamu. Tapi, gak ada kode apapun. Ya sudah, aku pikir kamu juga lagi asyik-asyiknya sama istri kamu itu."

"Kamu cemburu?"

Sely meringis, "aku cemburu? Gak salah kamu, Kev! Ngapain aku cemburu sama suami orang. Udah resiko jadi simpanan. Kamu bisa asyik sama istrimu, aku juga bisa dong asyik sama pacarku." Sely kesal karena Kevin mulai posesif dengannya.

"Jadi kamu gak cemburu kalau aku sama istriku? Padahal aku cemburu lihat kamu dengan Rendi. Rasanya aku ingin mukul Rendi." Kevin berkata jujur tentang perasaannya.

Apa? Kevin cemburu? Wah, awal yang bagus untuk mulai menaklukkannya.

"Ya udah, maaf ya Sayang. Besok aku bakalan izin sama kamu. Aku senang deh kamu cemburu gitu. Itu tandanya kamu sayang sama aku." Sely yang semula duduk di kursi, kini sudah duduk di atas pangkuan Kevin. Dan perlahan tangannya meraba dada lalu turun ke bawah, memegang kejantanan Kevin yang hanya diselimuti dengan celana pendek.

Wanita Simpanan! [End] ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora