Bab 24

2.5K 67 9
                                    

Zelin keluar kamar dengan jantung yang berdebar cepat, keringat dingin membasahi punggung dan telapak tangan. Meskipun pendingin ruangan sudah full, tapi rasanya ruang tengah rumahnya menjadi panas bahkan suhunya dua kali lebih panas dari biasanya.

Kevin dan ibunya menoleh saat Zelin berdiri beberapa meter dari mereka.

"Sayang, kenapa lagi?" Kevin mendekati Zelin, tapi justru Zelin menjauh. Dan sekali lagi, Kevin merasa sangat sangat menyedihkan. Merasa terabaikan dan tak dianggap.

Zelin menatap ibu mertuanya lalu menatap suaminya. Perlahan meletakkan amplop kecoklatan berlabel rumah sakit di atas meja. "Mandul atau tidak, aku akan tetap bercerai dengan Kevin. Jadi, Ibu tenang saja."

Kevin kalang kabut, pria itu berjalan cepat ke arah istrinya dan menatap tidak suka. Wajahnya memelas. "Sayang, kamu sadar dengan ucapanmu kan?"

"Seratus persen sadar, aku masih sehat dan waras. Kenapa? Kamu pikir aku tidak bisa hidup tanpamu? Kamu salah, aku bisa. Untuk apa ada pernikahan ini, kalau kalian hanya menyakitiku." Zelin menatap nanar ke arah Kevin. "Harusnya kamu bisa memberikan pengertian kepada ibumu kalau kamu mencintaiku. Membelaku saat keluargamu mencemooh ku. Itu berarti mereka mencemooh mu juga. Tapi, yang kamu lakukan malah berbalik meninggalkan ku dan selingkuh di belakangku."

"Ya karena kamu memang pantas untuk menerima itu semua. Sudah sejak awal aku tidak sudi melihatmu sebagai menantuku. Aku najis," ucap Ibunya Kevin sambil berdecih.

Zelin menanggapi hanya dengan dengkusan.

"Bu, kenapa Ibu seperti itu kepada Zelin? Padahal aku mencintainya, Bu," ujar Kevin dengan suara lemah. Lalu berbalik ke arah Zelin, " Sayang, maafkan aku sungguh. Jangan tinggalkan aku."

"CUKUP KEVIN! kamu itu laki-laki, jadi tidak usah ngemis-ngemis pada wanita yang tidak tahu diri." Ibunya tidak tega melihat putra kesayangannya memelas kepada wanita selain dirinya.

Zelin terkekeh dan merasa geli sendiri. "Bukankah Kevin seperti Ibu? Memohon untuk tidak ditinggalkan?"

"Jangan sembarangan bicara pada Ibuku, Zelin!" Kevin marah ketika istrinya menyinggung perihal ibunya.

Zelin dengan tenang berjalan ke arah sofa dan duduk. Untuk meredakan emosinya lalu kembali menatap kembali ibu dan Anak yang sedang menatap dirinya tajam. "Aku tidak bicara sembarangan. Kamu tidak tahu apa yang terjadi di dalam keluargamu bukan? Karena kamu lah yang memintaku untuk berbakti kepada keluargamu, sedangkan kamu enak-enakan sibuk dan tidur dengan wanita lain."

"ZELIN!" baru kali ini Kevin membentak istri dengan suara begitu keras.

"Hei, hei… dengarkan. Cukup dengarkan saja apa yang aku katakan. Setelah itu, silakan ambil keputusan, aku jamin setelah semua yang aku katakan selesai, hubungan kita selesai." Zelin masih berusaha tenang, meskipun jantungnya sudah tidak sehat.

"Aku tidak mau mendengar apapun. Kita tidak akan bercerai. Ingat itu!"

Zelin bukannya sedih malah justru mentertawakan nasib pernikahannya. Suami dan ibu mertuanya menatap aneh ke arah Zelin.

"Lucu sekali keluarga ini, Ya Tuhan." Zelin menutup wajahnya, lalu kembali menatap. "Aku tahu Ibu tidak merestui aku karena aku yatim-piatu, dan anggapan Ibu aku akan menyusahkan anakmu. Tidak kok, Bu. Selama ini aku sendirian. Aku sakit aku pergi berobat sendiri, aku butuh apapun usaha sendiri. Tidak menyusahkan Kevin putra kesayangan Ibu. Saat aku diminta untuk mengurus suami Ibu yang sakit, aku tahu Ibu tidak mau merawatnya karena Ibu sakit hati karena suami Ibu sudah selingkuh. Ibu merasa benci tapi tidak ingin berpisah. Karena kalau berpisah otomatis kekayaan ini hancur begitu saja."

Wanita Simpanan! [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang