Tawa dan teriakan khas anak kecil terdengar jelas dari ruang tamu berukuran besar yang dipenuhi mainan berserakan. Anak laki-laki tampan itu tengah bermain bersama seorang pria dewasa bertubuh mungil begitu cerianya.
Mereka terlihat begitu bahagia menghabiskan waktu bersama saling membagi canda yang menyenangkan. Atmosfer sekitar pun hangat akan kasih sayang.
"Jeon junior~ kemari~" suara pria itu melambai merdu menarik perhatian anak laki-laki yang berusaha berjalan lurus menjumpai sosok dihadapannya.
Jeon junior bergumam tidak jelas dengan tangan yang ditepuk berulangkali. Langkahnya lamban sekali walaupun teratur.
Pria diujung sana masih dengan setia menunggu dan menyemangati Jeon junior untuk datang menemui dirinya.
"Ayooo~" senyuman manis dipamerkan lucu.
Anak kecil itu semakin dekat menuju akhir. Wajahnya sumringah; mata bambi mengkilap indah dan melodi tawa mengalun sempurna.
"Yeeeaaaahhh~~" tubuh kecil direngkuh hati-hati agar tidak menyakiti, "kau berhasil, baby~" pipi gembil dikecup berulang-ulang dengan gemas.
"Sepertinya kalian sangat bersenang-senang." Suara rendah dengan nada lembut ditangkap pendengaran. Terlihat seorang pria bertubuh tegap berjalan mendekat. Bibirnya tersenyum walaupun raut lelah kentara sekali.
"Woah, lihat baby, daddy mu sudah pulang." Jungkook melebarkan tangannya untuk memeluk kedua sosok yang berharga dalam hidupnya erat.
"Ddyy~" Jeon Yoonjae-- anak dari pasangan yang resmi bercerai tiga tahun lalu ketika dia masih dikandungan papanya. Yoonjae bergerak dalam rangkulan untuk meraih daddy nya.
Jungkook langsung saja membawa sang anak dalam dekapan. Pria itu terlihat sangat bahagia dengan kehadiran Yoonjae di sisinya.
Wajah Yoonjae seperti cetakan Jungkook. Begitu mirip hingga tidak ada yang bisa mengatakan Yoonjae bukan anaknya. Kulitnya putih cerah seperti papanya. Jeon Yoonjae adalah Jungkook junior.
"Aku akan menyiapkan makan malam."
Jungkook menganggukkan kepala singkat-- sibuk bermain dengan anaknya yang begitu menggemaskan.
Hari-hari berlalu seperti biasanya. Jungkook ke kantor dari pukul 7 pagi hingga pulang pukul 6 sore, kemudian menghabiskan waktu bersama anaknya. Waktu kerjanya pun teratur. Dia mengambil cuti di hari Sabtu dan Minggu karena ingin lebih banyak meluangkan waktu untuk melihat perkembangan anaknya sendiri.
Dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama beberapa tahun lalu. Perasaan menyesal dan bersalah menggerogoti hati dan pikirannya. Rasa tak pantas dan hina selalu membayangi hingga menusuk nadi. Tapi kemudian Jeon Yoonjae hadir dalam hidupnya; memberikan sedikit cerah akan hidupnya yang gelap. Walaupun tidak pernah pudar seratus persen rasa mengganjal, dia tetap berusaha tegar.
