The Fat Lady

16 4 0
                                    

Namaku Aprilia Putri Herawan, Aku adalah seorang anak remaja yang menduduki kelas XII, aku bersekolah di salah satu sekolah agama di kota Jakarta, akan sedikit ku perkenalkan siapa diriku. Aku adalah seorang boneka penghilang penat dan sebuah benda pelampiasan untuk teman-teman sekelasku, ketika mereka lelah, mereka akan mulai mengusikku, mulai dari perkataan memuakan mereka, sampai tindakan fisik yang tak jarang membuat asmaku kambuh. Aku hanya bisa menangis di balik topeng senyum lebarku, semuanya kulakukan untuk melanjutkan hari-hariku agar terlihat biasa saja. Aku harus pura-pura tak terbebani dengan semua perilaku mereka kepadaku. Tak apa, sebentar lagi aku akan lulus dan meninggalkan penjara menyeramkan ini.

"Hey Putri!" ujar Avivah menepuk bahuku.

Aku berbalik menghadapnya dan membalasnya dengan senyuman "Iya?" ucapku bertanya.

"Lo udah ngerjain tugas matematika belum?" ucap Avivah merampas tasku, perempuan itu langsung mengacak-acak semua isi tasku. Aku hanya berdiam diri tak melakukan apapun.

"I got it! lain kali kalau lo udah selesai ngerjain PR langsung kirim ke WhatsApp gue, nggak perlu gue minta dulu" ujarnya melempar tasku tepat di depan wajahku.

Ku tundukan kepalaku dan mengangguk, mengiyakan perintah Avivah.

Baru selangkah kakiku berjalan ke arah kelas, rombongan teman sekelasku memanggilku tepat di tengah lapangan.

"Woy... budek! Putri!" ujar rombongan lelaki itu.

Aku kembali berbalik badan, menghadap sumber suara itu.

"Gajah!!! tugas MTKnya mana?"ujar seorang lelaki tinggi kurus bernama Yogi

"Udah di ambil Iva tadi" ujarku mulai khawatir.

"Anjing lu tau fitur di HP yang namanya kamera?" ujar Yogi dengan nada bicara yang mengebu-gebu.

"Sorry gue lupa" ujarku meminta maaf, tak bisa ku tatap wajah anak-anak nakal itu, rasanya tubuhku mulai bergetar, tanganku mulai berkeringat ku remas rok sekolahku dengan kuat.

"Halah bacot, gua nggak mau tau, 10 menit lo udah harus selesai ngerjain tugas kita semua" ucap Yogi melemparkan 8 buku tugas yang harus ku tulis satu persatu.

"Oh ya, ini ada hadiah buat lo" ujar Angga memberikan sebuah kertas yang digulung kepadaku.

 Aku sudah punya firasat buruk, bukan prasangka buruk, tapi, memang siapa sih di dunia ini yang akan bersikap baik kepada perempuan gendut ini?

Perlahan ku buka gulungan kertas itu, tak percaya dengan apa yang ku lihat, kepala ini rasanya sakit sekali, mata ini terasa sangat panas. pipiku memerah, emosiku berguncang saat melihat poster yang bergambarkan wajahku tetapi berbadan gajah, dibubuhi dengan banyaknya kata-kata hujatan, hinaan, caci maki di dalamnya. Bahkan gambaran tangan tak senonoh pun ada di poster itu. Tak kuasa aku menahan air mata yang biasanya selalu berhasil ku kendalikan. Kali ini rasanya kekuatanku sudah habis, kesabaranku sudah dititik habisnya.

"Maksud kalian ini apa?" ujarku tanganku berguncang sambil memegang poster itu. Badanku sangat panas, aku benar-benar sudah lepas kendali.

"Lu udah mulai berani ngelawan?" ujar Yogi tersenyum, senyum yang sangat memuakan. wajahnya tampak begitu memanipulatif, rasanya ingin ku sobek wajah itu.

"Gendut, jangan mancing emosi ya. Masih pagi ga usah banyak tingkah,  buruan lu kerjain PR kita, sebelum gue bikin lo makin malu" ujar Reza mencoba menekanku.

SUDAH, PERMAINAN INI SUDAH CUKUP. AKU SUDAH MUAK DENGAN TINGAH IBLIS MEREKA YANG SELALU BERUSAHA MENYIKSA ORANG YANG MEREKA ANGGAP LEMAH.

"Lo ngerasa paling hebat? paling jago? kalau emang iya, kalian semua gue tantangin datang ke sekolah nanti malam. SEMUA ORANG DI SEKOLAH INI TAMPA TERKECUALI" ujarku menantang.

Please Save MeWhere stories live. Discover now