Twist

860 88 17
                                    

New yang membuka mata lebih dulu, tubuhnya telah tertutupi kaus hitam dan celana pendek santainya, bibirnya melengkungkan senyum setelah berhasil mengingat kejadian semalam. Memikirkan bagaimana malam panas mereka.

"Hin, udah bangun?" Suara serak Tay yang menyapa indra pendengaran, membuat si manis tersentak, lalu dengan cepat membalikkan tubuh karena sedari tadi ia membelakangi pria itu dengan lengan besar yang melingkupi pinggulnya.

"Udah—Te, kamu yang semalem b-bersihin?"

Lelaki tan itu menatap mata bulat milik New, tanpa suara, hanya anggukkan sebagai jawaban dari pertanyaan yang sesungguhnya kedua orang tersebut telah ketahui jawaban tersendiri.

"Maaf ya, aku ngantuk banget semalem."

"Nggak papa, tugas aku juga, kan. Aftercare, hehe."

Keduanya masih saling memandang, mengagumi tiap lengkung di wajah insan di hadapan, dan tanpa sadar saling mendekat. Mempertemukan belahan bibir, menyalurkan rasa yang membuncah dalam dada.

Lumatan kecil dilayangkan lelaki berkulit tan, sesekali kecupan-kecupan kecil juga diberikan, kembali dipertemukan dengan hangat.

Tidak lama tautannya terlepas, Tay yang lebih dulu mengulurkan satu tangan untuk merapikan sedikit anak-anak surai milik sang kekasih.

Cantik. New itu benar-benar indah, sampai-sampai ia ingin berteriak pada dunia, memberi tahu mereka semua bahwa ada insan semengagumkan ini yang bernapas di sampingnya, memandang wajah Tay dengan mata jernih yang kerap membuat lelaki itu seakan lupa diri. Mabuk. Merasa dihargai.

"Hin, hari ini, aku mau ngenalin kamu ke seseorang. Mau ikut, kan?" Kalimat yang dilontarkan Tay setelahnya telah dipikirkan lelaki itu matang-matang. Seseorang yang dimaksud di sini adalah tumpuannya dulu, orang yang acapkali menguatkan jiwa serta raga dalam hal menghadapi hidup penuh enigma.

Yang membuat Tay semakin yakin, bahwa apa yang diharap harus digapai, karena konon katanya, tidak ada hal yang mustahil di dunia.

Untuk itu, selama dua tahun ke belakang, ia berusaha. Berjuang demi seorang New Thitipoom yang keras sekali ditaklukkan.

Sampai pada hari ini, Tay bahkan tidak yakin bagaimana perasaan si manis.

New mengerutkan kening, "Ngenalin ke siapa?"

"Ada deh, the one that become my role model. Panutanku. Aku setiap ke sana janji mau ngenalin kamu ke dia soalnya."—sebelum akhirnya tanggal 14, seenggaknya aku harus nepatin janjiku ke dia kan, New?

"Oke, boleh." Tidak ada saalahnya juga, kan? Lagipula kemarin Tay juga sudah melakukan banyak hal untuknya, kali ini biarkan New yang menyenangkan hati lelaki itu. Biarkan ia membalas hal-hal yang telah Tay lakukan untuk hidupnya.

---

Tubuh New mematung ketika melihat bagaimana mobil yang dikendarai Wawan, memasuki kompleks kawasan pemakaman elite di kota mereka, membuat si manis bertanya-tanya, siapakah gerangan yang dimaksud Tay tadi pagi. Role model? Berjanji untuk mengenalkan dirinya pada orang tersebut?

Apa... orang itu bekerja di sini?

"Mas Tay, Bapak tunggu di sini aja apa ikut masuk?" Wawan melirikkan mata pada cermin di hadapannya, berniat mengalihkan atensinya pada sepasang kekasih yang terdiam selama perjalanan tadi. New sibuk dengan pemikirannya dan Tay yang sibuk dengan ponsel di tangan.

"Terserah Bapak, Tay nggak papa kalo Pak Wawan mau ikut."

"Nanti Bapak nyusul aja deh ya, Mas Tay."

Right From The Start ✓Where stories live. Discover now