Chapter 16 : Destroyer

46 18 47
                                    

"Heejyo ... Heejyo bangun. Ayo bangun."

Aku mendengar suara itu dengan jelas namun pendengaran dan tubuhku sulit untuk sinkron saat ini. Aku tidak bisa bangun seolah aku sedang di bangunkan untuk pergi ke sekolah. "Heejyo bangun. Sudah jam sembilan malam. Kita tidak bisa berada di sini terus."

Aku bangun begitu mendengar ucapan Soobin dan Beomgyu tadi dan mencoba untuk mengumpulkan nyawaku sebentar. "Jam sembilan? Sudah berapa lama aku tidur?" tanyaku melihat wajah mereka yang juga seperti baru bangun tidur.

Soobin melihat jamnya sembari berbicara. "Kita terjebak di sini saat jam empat sore dan masuk ke sini jam enam. Itu artinya sudah lima jam lebih mungkin kita berada di sini dan tertidur selama tiga jam." Wah bisa kalian bayangkan itu pemirsa? Lima jam kami terkunci di sini.

Aku diikuti Soobin dan Beomgyu segera berdiri, mengambil tas masing-masing, lalu mulai berpikir. "Geureom, apa tidak ada pintu darudat di sini?" Tanya Soobin menatapku penuh harap. (Kalau begitu)

Aku mengangguk namun dengan arti yang berbeda dari anggukan ku. "Sebenarnya ada. Hanya saja aku tidak pernah tahu ada dimana tepatnya letak pintu darurat itu." Soobin menghela napas saat mendengar pernyataanku.

Namun bukankah ini juga tidak wajar. Aku sudah menjadi seorang siswi sejak lama di tempat ini tapi tidak pernah tahu di mana tepatnya pintu darurat itu berada.

"Kalau begitu..."

Aku dan Soobin segera melirik Beomgyu yang sepertinya mengucapkan sesuatu. "Kenapa kita tidak coba memanjat pohon yang ada di dekat gerbang?"

Hujan dan petir sedang berkolaborasi di atas langit malam ini. Dan kami bertiga sekarang tidak peduli dengan semua itu saat ini kecuali untuk keluar dari gedung sekolah ini.

Sekarang kami telah berada di depan pohon tinggi yang sangat dekat dengan tembok gerbang yang memungkinkan jika seseorang bisa keluar dengan memanjat pohon ini. "Wah yisaekki. Kenapa tidak bilang dari tadi hah?!!" Teriak Soobin menatap Beomgyu marah sedangkan yang di tatap hanya menggaruk tengkuknya. "Entahlah. Rencana itu baru terpikirkan olehku." (Berengsek)

Aku memilih tidak ikut menanggapi ide Beomgyu seperti Soobin dan segera bertindak. "Baiklah cukup. Ayo cepat. Aku ingin keluar." seruku tanpa pikir panjang langsung memeluk pohon di depanku bersiap untuk memanjat. Namun tindakanku barusan berhenti karena ucapan Soobin.

"Kau yakin ingin duluan?" yah setelah di pikir-pikir akan berbahaya juga bagi aku yang seorang wanita ingin memanjat duluan. Siapa yang ingin menahan tubuhku dari atas sana nanti jika aku ingin keluar? "Ah iya benar. Soobin, Duluanlah."

Setelah mendengar aba-aba dariku, Soobin akhirnya maju namun kalah cepat dari Beomgyu yang sudah memeluk pohon itu. "Aku akan pergi duluan."

"Yak Yoon Beomgyu! yang di suruh duluan sebenarnya siapa?!"

"Berisik! Aku tidak peduli. Terserah diriku."

Lagi. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat mereka yang bisa-bisanya masih bertengkar di antara suara bising hujan sekarang. "Aku akan naik sekarang eoh?" seruku melihat Beomgyu yang sudah agak jauh ke atas. (Ya)

Demi apapun itu. Aku benar-benar ketakutan kalau boleh jujur. Tentu saja bisakah kalian bayangkan memanjat pohon tinggi malam-malam dengan hujan dan petir yang konser di atas langit. Rasanya aku ingin buang air kecil sekarang.

Di sela-sela memanjat, aku mencoba menatap ke atas dan ku lihat Beomgyu sudah melompat melewati tembok gerbang membuatku termotivasi juga agar cepat tiba di ujung pohon.

ANTI-ROMANTIC | †×†Место, где живут истории. Откройте их для себя