IX-Volitient

1.5K 159 8
                                    

Gadis itu menatap tajam lelaki yang tengah berdiri di depannya ini. Nafas lelaki itu terlihat memburu menatap gadis ini seakan-akan gadis ini adalah mangsanya, harus cepat-cepat dibunuh. Posisi mereka bisa dibilang cukup berbahaya, diarea belakang sekolah yang sepi dan dengan pergerakan gadis itu yang terkunci dengan kedua lengan lelaki tersebut yang membuat pagar di kedua sisi tubuhnya. Saling melemparkan tatapan membunuh satu sama lain.

"Kau sungguh mahkluk kurang ajar yang sangat menyebalkan." Gadis itu melemparkan ucapan pedasnya pada lelaki di depannya ini. Lelaki itu hanya menyeringai, merendahkan gadis di depannya ini.

"Diam atau aku akan menghabisimu sekarang juga."

"Siapa takut?" Xerena dapat melihat mata hazel milik Gevano menggelap, tanda bahwa dirinya sudah tidak dapat mengendalikan amarahnya pada Xerena.

BUAGH!

Xerena memejamkan matanya dengan erat, sedikit terkejut bahwa tidak merasakan sakit sama sekali. Ia pun berniat membuka matanya secara perlahan, ingin melihat apa yang baru saja terjadi. Matanya melirik kearah tembok yang sudah sedikit retak disebelahnya akibat tinjuan keras yang dilayangkan oleh Gevano. Xerena dapat merasakan hembusan nafas Gevano tepat berada di atas dahinya.

"Scared?" Xerena menggeleng keras, tidak dirinya tidak takut. Melihat respon Xerena, rahang Gevano menjadi mengeras.

"Benar, aku tidak akan membuatmu takut, tidak sekarang." Gevano semakin mempersempit jarak mereka berdua, mengangkat jari telunjuknya dan menaruhnya dibawah dagu Xerena.

"How about we play a game?"

"It will be fun right?"

"Just you and me." Mata Xerena menajam menatap dalam mata Gevano. Setelah dipikir-pikir secara diam-diam, Xerena pun menampilkan senyum jahatnya. Dirinya melipat kedua tangannya di dadanya, memberi kesan menantang pada Gevano.

"Lalu apa hadiahnya?"

"Aku tidak akan tertarik jika itu hanya sekedar hadiah murahan." Gevano tertawa meremehkan. Sungguh gadis yang menantang baginya.

"Itu tidak sekedar murahan, tapi ini hadiah yang gila." Xerena mengernyitkan dahinya, tidak paham dengan apa yang dimaksud Gevano.

"Aku mendengarkan." Xerena mengehela nafasnya pelan, bersiap mendengar hadiah yang akan dipertaruhkan dalam game ini.

"Hadiahnya, kamu yang memutuskan." Xerena melototkan matanya tidak percaya.

"Apapun?"

"Apapun yang kamu mau." Xerena terlihat merenung sejenak. Memikirkan apa yang mungkin menguntungkan baginya. Seketika dirinya mendapatkan ide.

"Bagaimana jika kau berhenti mengganguku?" Gevano terlihat sedikit terkejut namun sedetik kemudian ekspresi itu tergantikan oleh senyuman meremehkannya.

"Hanya itu?" Gevano pun tertawa kecil, meremehkan gadis yang dibawah kurungannya ini. Katharine mengangguk pasti.

"Itu sudah lebih dari cukup." Setidaknya dengan hal itu, Xerena akan berusaha semaksimal mungkin agar tidak terlibat apapun pada lelaki didepannya ini. Dengan memenangkan permainan gila ini, dirinya akan bebas.

"Fine, now my turn." Gevano mendekatkan wajahnya pada telinga sebelah kanan Xerena, berdeham. Tubuh Xerena sedikit merinding dikarenakan jarak tubuhnya dengan Gevano semakin dekat.

"If I win, I want you to be my girlfriend." Telinga Xerena menjadi buta tidak bisa berjalan seketika, hanya ada suara nginggg yang terdengar. Matanya melotot tidak percaya menatap Gevano dengan jijik. Apakah dia sudah gila?

[2] Our Universe : I Hate U |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang