XXIII-Leucaspis

1.8K 184 17
                                    

Seorang gadis tengah duduk di taman bermain ditemani dengan teman lelakinya yang duduk di atas kursi kayu yang panjang tepat disampingnya. Angin sore hari meniup rambut mereka.

"Ak-aku takut," Gadis kecil tersebut mengeratkan lengannya pada bocah lelaki tersebut," Bagaimana jika aku tidak mempunyai teman disana?" Raut wajah gadis itu terlihat sangat sedih.

Seketika air mata mengalir di pipi tembam bagian kirinya. Menangis, sebab dirinya akan pergi jauh dari tempat ini. Lelaki tersebut pun mengusap pelan pucuk kepala gadis kecil tersebut.

"Hey, jangan takut."

"Jika kau merasa sendirian, kembalilah padaku." Gadis kecil tersebut mendongakkan wajahnya menatap teman lelakinya yang sedang tersenyum manis padanya tersebut.

"Aku akan selalu menunggu dan menemanimu, jadi jangan takut."

"Kembalilah padaku dan peluk diriku ini." Tangis gadis tersebut semakin menjadi-jadi. Dirinya tidak siap berpisah dengan temannya ini.

•○•

CTAKK!

"Jangan pergi!" Gevano terkejut tatkala Xerena dengan reflek memeluk erat tubuhnya, membenamkan wajahnya pada dada Gevano.

Gelap, Xerena sangat takut pada gelap. Merutuki keadaan saat ini, mengapa saat malam hari harus terjadi pemadaman listrik? Nafas Xerena menjadi terengah-engah.

Gelap, sangat gelap. Dadanya terasa sesak. Keringat dingin mulai muncul membasahi seluruh tubuh Xerena. Tubuhnya bergetar hebat menandakan bahwa dirinya benar-benar takut.

"Hey jangan takut."

Gevano mengeratkan pelukannya pada Xerena, mengelus lembut punggung Xerena. Berusaha menenangkan gadis yang bergetar di pelukannya ini.

"Aku ada disini, tenanglah."

"Semua akan baik-baik saja, tarik nafas yang dalam dan hembuskan secara perlahan." Xerena mengikuti apa yang Gevano katakan. Mengambil nafas yang dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

"Xerena." Xerena mendongakkan wajahnya keatas. Berkat cahaya bulan yang menembus pintu kaca balkonnya, dirinya masih dapat melihat wajah Gevano walaupun tidak terlihat secara jelas. Gevano menangkup pipi kiri Xerena dengan satu tangannya, mengelus pipi itu perlahan.

"Ak-aku takut." Tubuh Xerena bergetar hebat.

"Aku takut gelap."

"Sssstt tenang Xerena tenang." Gevano menepuk-nepuk lembut punggung Xerena. Berusaha menenangkannya kembali.

"Jangan takut, jika kau merasa sendirian, kembalilah padaku."

"Aku akan menunggu dan selalu menemanimu, jadi jangan takut."

"Kembalilah padaku dan peluklah diriku ini."

"Hah?" Xerena menatap Gevano dengan polos, tidak mengerti apa yang dimaksud dengan Gevano. Benar-benar, rasanya sekarang Gevano ingin melempar dirinya sendiri kearah jendela.

Gevano menghela nafasnya kasar, mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Memasang ekspresi jengkel pada Xerena yang menatapnya dengan heran.

"KAU INI BENAR-BENAR BODOH YA?" Xerena mengernyitkan dahinya, merasa tidak terima karena dibentak secara tiba-tiba.

"APA MAKSUDMU?"

[2] Our Universe : I Hate U |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang