22. Perasaan Langit untuk Awan.

321 52 15
                                    

Awan pernah bertanya waktu itu, ketika Langit meringsuk masuk kedalam selimutnya mencari kenyamanan dengan saling mendekap, Awan bertanya dengan harap cemas.

"Kita itu apa?" 

Tidak ada kejelasan yang Awan dapat dari tingkah Langit yang begitu berlebihan, tapi Langit selalu diam ketika orang-orang menyebut mereka pasangan.
Hanya saja, Awan butuh kejelasan yang tidak pernah keluar dari mulut Langit.
Dia ingin menjadi tempat Langit pulang, bersandar melepas semua lelah padanya. Tapi tempatnya seakan terkikis setelah mengetahui Langit melarikan diri pada orang lain.

Nabella.

Gemuruh di dada begitu kuat memendam cemburu yang sangat kentara, sampai Langit mendatanginya.
Dia berkata Bella bukan tujuannya, tapi Bibi Wina.
Maka itu, Awan memasukan keluarga Bibi Wina dalam daftar orang-orang baik untuk Langit, lagipula. Bella sepertinya tertarik pada Anta.

Sudah merasa tenang, jika saja kehadiran lain tidak mengganggu. Awan tau Imelda adalah gadis periang yang suka berbaur dengan banyak orang. Salah satunya Garuda, Imelda terlihat jelas sekali menaruh hati pada temannya yang petakilan itu. Tapi semuanya usai ketika di damprat langsung oleh Saputri di depan seluruh penghuni kelas.

Waktu itu Awan ingin berteriak.
"Mampus!" Tapi tidak jadi, sebab wajah nelangsa Garuda cukup membuatnya geli.

Tapi rupanya Imelda tidak berhenti di situ, usai dengan Garuda. Gadis itu mulai mencari tempat baru yang akan menjadi target berikutnya.

Langit Dirganthara.

Iya, Langit yang menjadi tujuan berikutnya.

Awan bukannya tidak tahu seberapa perhatian Imelda pada sosok yang selama ini selalu berada di posisi pertama sebagai pria yang paling di kaguminya.
Dan Imelda berniat mencuri itu, bagaimana tingkahnya ketika Langit kembali memasuki sekolah. Dengan riang dia menghampiri Langit, mengatakaan maafnya atas sikap pengecut yang tidak bisa membela ketika Langit di ejek satu kelas.

Tapi Awan menangkap sirat lain dari sorot gadis itu, sirat rindu dengan genangan penuh harap yang di tampungnya.

Dia bahkan memberikan sekotak nasi udang yang katanya buatan sendiri, Langit tidak menolak hanya mengucap terimakasih dan mulai menduduki kursinya.

Di detik itu, Awan merasa dirinya begitu asing. Seperti berada di tempat yang salah ketika Langit menepuk-nepuk kepala Imelda.

Jadi setelah istirahat tiba, seperti biasa mereka memonopoli atap sekolah, Awan menatap dalam wajah Langit yang bersembunyi di dalam lipatan tangan.

"Lang-"

Dia berujar cukup pelan, tapi perhatian yang teralih justru milik Garuda, dia mengangkat sebelah alis sebelum menepuk bahu Langit.

Rupanya Langit tertidur.

Langit yang tersentak buru-buru mendongak, menatap Garuda dengan wajah pongah sampai mendapati dagu Garuda mengendik mengarah pada Awan yang masih saja diam sambil menatapi Langit.

Seolah detik jam berhenti, Awan diam saja ketika Langit bertanya ada apa.

"Nggak jadi lah."

Sukses membuat tawa Langit keluar, tawa seperti biasa yang selalu bisa buat Awan berdebar.

"Aneh lo, ayo kantin. Laper gue."

"Mager!" Tolakan keras milik Anta menyahut, anak itu langsung saja meniduri bangku semen yang tertara di ujung pembatas atap.

"Yaudah lo sendirian ye disini, gas lah." Langit berdiri dengan tampang menjengkelkan, dengan menggenggam Awan bersamanya, membiarkan Garuda menyusul.

Pada Langit || Choi YeonjunHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin