20: Oh ternyata

41 10 26
                                    

"Papa, apa benar yang aku dengar tadi Papa bunuh Mama kandung aku?" tanyaku memastikan.

Papa menunduk " Iya, benar"

Aku menggeleng kan kepala, terkejut sekali mendengar Papa membunuh.

"Atas dasar apa, Papa bunuh Mama sampai selingkuh dengan pelakor seperti dia!" sentak ku menunjuk-nunjuk Mama tiri ku.

"Heh! denger ya, saya bukan pelakor. Saya menikah dengan Papa kamu disaat Papa kamu sudah membunuh Ibu kamu. Papa kamu yang cerita dan minta pendapat sama saya. Kamu mau dibuang, atau diurus. Papa kamu takut dilapor polisi jadi terpaksa urus kamu, ternyata kamu dari bayi sudah jadi malapetaka buat kita. Kebakaran lah, usaha bangkrut terus lah, ketipu lah itu semua gara-gara bayi haram yaitu kamu! mengerti kamu?!" sentak Mama tiri menjelaskan lalu pergi keluar.

Aku terdiam sejenak, lalu melihat wajah Papa yang memijit kepalanya dan menendang tembok.

"Maksud bayi haram, Papa..." aku menangis terisak-isak.

"Papa ternyata sama bejadnya kaya Kak Deri! Papa jahat, aku gak nyangka Papa memerkosa perempuan lalu Papa bunuh setelah lahiran. Papa bilang aku malapetaka? justru itu balasan Tuhan buat Papa!! bukan aku, tapi kesalahan Papa!" sentak ku.

"STOOOP!! kamu yang beban, kamu adalah beban! kehadiran kamu didunia ini bikin semuanya kacau. Papa gak pernah mengharapkan kamu hadir di hidup ini, kalau saja kamu gak hadir Papa dan Mama kandung kamu sampai sekarang masih ada!" sahut Papa.

"Justru Papa yang buat aku hadir didunia ini, kalau saja Papa dan Mama gak berhubungan seks diluar nikah, Mungkin aku gak hadir dan gak membuat semuanya kacau Pa!" teriakku bersimbah air mata.

"Sekarang aku mau pergi, aku gak mau tinggal sama pembunuh!!" ucapku pergi.

Papa menarik tangan ku menahan agar aku tidak pergi.

"Sini kamu masuk kamar! masuk!!" Papa menyeret ku untuk masuk kedalam kamar.

"Aku gak mau Pa!" teriakku.

"Diam kamu!!" sahut Papa sambil mengunci pintu kamar dan mendorong ku hingga terjatuh ke kasur.

"Papa mau ngapain? m-maksud Papa apa kunci pintu kamar?" tanyaku terbata-bata.

"Papa mau praktek in bagaimana kejadian Papa dan Mama kamu dulu hahahaha," ucap Papa.

Mataku melotot, ini gawat. Papa memiliki sifat yang sama dengan Kak Deri. Aku harus apa? teriak minta tolong hanya membuat tenaga ku habis.

"Ayo buka sayang, kamu sangat cantik sama seperti Mama kamu" Papa menyentuh pipi ku.

Aku menepis tangan Papa, dan menendang kelamin Papa. Papa terjatuh, aku segera lari. Papa memegang kaki ku, hingga aku sulit berjalan dengan terpaksa aku menendang wajah Papa. Papa pun kesakitan, aku teriak minta tolong belum ada tetangga yang melewati rumah ku. Papa berjalan mendekati ku, aku melangkah mundur ke belakang hingga kepentok kulkas. Papa semakin dekat, aku membuka pintu kulkas dan mengambil sambal pedas dan aku melempar sambal itu tepat pada matanya. Papa menjerit kesakitan, aku berlari kabur tak sadar Rey dan Ayu  datang.

"Heh! jangan kabur!" teriak Rey.

Aku harus pergi dari daerah sini, aku benar-benar takut. Disini, aku gak punya siapa-siapa lagi.

Melihat uang ku hanya tersisa 200 ribu rupiah. Aku tidak bisa pergi dengan jarak yang jauh sekali. Rasanya ingin berkabar dengan Daniel, tapi handphone ku terjatuh dikamar.

Daniel, aku minta maaf kita pisah dengan seperti ini. Saat situasi kita baik-baik saja, aku meninggalkanmu. Aku terpaksa, karena aku merasa tidak aman disini dan aku ingin menginap kembali dirumah kamu Daniel. Tapi sayangnya, Tante sudah berubah semenjak Daniel celaka karena aku. Rahma, aku minta maaf aku harus pergi. Terimakasih sudah menjadi sahabat ku.

Entah kita akan bertemu lagi, atau enggak sama sekali aku tidak tahu. Hidupku sudah hancur seperti tidak ada harapan, aku sudah tidak mementingkan sekolah ku lagi.

Aku juga sudah tidak memikirkan akan jadi apa aku kedepannya, yang penting diriku ini bahagia dan jauh dari kata trauma pelecehan seksual.

Mungkin jika aku hidup, tinggal sendiri, cari uang sendiri aku tidak menjadi beban bagi orang lain. Itu benar, ya! Jakarta Barat, akhirnya aku sampai di Jakarta Barat.

Namun, aku bingung harus kemana pergi tanpa tujuan. Tempat tinggal pun aku bingung nanti malam tidur dimana, aku harus mencari pekerjaan apapun itu.

"Permisi Bu, saya boleh kerja disini gak Bu? cuci piring atau masak saya bisa Bu. Gak apa-apa gajinya hanya makan dan tidur disini kok Bu" pintaku.

"Mohon maaf ya Neng, saya lagi belum mau gaji karyawan belum mampu" ucap Ibu Warung Makan.

"Yaudah Bu, terimakasih"

Aku gak boleh nyerah untuk dapat tempat tinggal dan makan hari ini, semangat Meriam Bom.

"Permisi Pak, saya Meriam disini ada lowongan kerja buat saya gak Pak? saya bisa kok jaga toko nya" sapaku.

"Lulusan apa ya?" tanya Pak Toko.

"Lulusan SMP Pak, boleh ya Pak? gak apa-apa gaji nya hanya diberi makan dan tempat tinggal Pak" jelasku bernegosiasi.

"Maaf ya Neng belum bisa," ucap Pak Toko

"Yaudah Pak, terimakasih"

Tuhan, beri aku makan dan minuman yang cukup untuk hari ini dan seterusnya. Semangat kali ini pasti bisa, mana ini sudah jam 7 malam.

Aku harus cari kemana lagi, aku benar-benar lelah ingin istirahat dan lapar.

"Tolong! tolong!" teriak seorang gadis.

Aku mengikuti arah yang terdengar suara minta tolong, dengan pelan aku melangkah. Tak sadar, aku masuk tempat sepi dan kosong. Aku melihat gadis itu tubuhnya terikat tali dan tak berdaya, aku membantunya terlepas dari tali itu. Dia memelukku, aku langsung mengajak nya kabur dan berlari secepat mungkin.

"Terimakasih banyak ya, kamu sudah bantu aku. Nama aku Karin, kamu?" ucapnya.

"Iya sama-sama, nama aku Meriam" jawabku tersenyum kecil.

"Kamu tinggal dimana, boleh aku ke rumah kamu? dan kita bisa berteman mulai hari ini" tanya Karin.

"Umm, euh aku gak punya rumah Karin. Ini aku masih cari tempat tinggal" jawabku.

"Lho kok bisa? orang tua kamu dimana? kamu sendiri disini?" tanya Karin heran.

"Panjang ceritanya Karin, aku belum bisa cerita" jawabku.

"Yaudah, gimana kalau kamu tinggal dirumah aku aja. Aku lagi butuh patner buat urusin bisnis aku," sahutnya.

"Wah, terimakasih banyak Karin atas tawaran nya. Tapi maaf aku belum bisa terima kalau dikasih pekerjaan sebesar itu, aku cuma lulusan SMP" balasku tersenyum kecil.

"Ya ampun gak apa-apa tahu, yang dilihat itu kegesitan nya. Aku mau bantu kamu, karena kamu baik banget sama aku" sahut Karin.

"Maaf Karin, aku ikhlas kok bantu kamu. Aku belum bisa terima tawaran kamu, aku belum bisa jadi patner kamu" jawabku.

"Yaudah kalau kamu berubah fikiran suatu hari nanti, kamu bisa chat aku ke nomor ini ya" sahut Karin memberi ku kertas berisi nomor telepon.

"Aku gak punya handphone Karin,"

"Ya ampun, yaudah ini alamat rumah aku. Kamu bisa kesana, kalau kamu berubah fikiran. Aku tunggu kamu," jelas Karin.

3 Tahun Kemudian...

Hai teman-teman gimana part 20 penasaran gak nih gimana keadaan Meriam di 3 tahun kedepan??

Jangan lupa vote nya ya biar semangat nih ceritain kisah hidup Meriam Bom 🥺🥰

Aku Beban (ON GOING)Where stories live. Discover now