Extra Part

1.9K 78 16
                                    

Menikahi Pria (tak) Sempurna
Extra Part
Open PO Novel ke-7

Angin malam yang berhembus sepoi membuat suasana makin terasa dingin. Di angkasa bintang bertaburan dengan bulan separuh yang tertutup awan.

Devin mematikan rokok di asbak ketika Kamalia menghampiri sambil membawakan segelas jahe hangat dan diletakkan di atas meja balkon.

"Ini minumnya."

"Terima kasih."

Kamalia hendak masuk lagi, tapi lengannya di tahan Devin. "Tunggu sebentar," cegahnya.

"Duduklah dulu, ada yang ingin aku tanyakan."

Kamalia duduk di kursi yang berseberangan dengan Devin.

"Tadi siang mampir ke rumah kakakmu, ya?" tanya Devin pelan dan dingin. Kamalia menghindari tatapan tajam suaminya. Pasti Devin tahu karena tanya ke Pak Karyo. Kalau Sumi tidak mungkin cerita.

"Ya."

"Untuk apa?" Setelah membaca pesan-pesan Eva dan Willy, juga pertemuan tadi siang dengan Ragil membuat Devin tahu kalau mereka menghendaki dirinya dan Kamalia berpisah.

"Aku membelikan baju untuk calon anak Mbak Eva."

"Hmm."

"Kamu marah?"

Devin menggeleng. "Aku masih punya hati. Tidak mungkin marah hanya masalah beli baju saja."

"Tadi aku juga enggak bertemu Mbak Eva dan Mas Ragil. Mereka sedang keluar."

Devin diam. Istrinya jujur, karena dalam waktu yang bersamaan ia bertemu dengan suami istri itu.

"Saudaramu menginginkan kita berpisah. Benar bukan?"

"Kamu tahu darimana?"

"Tidak usah tahu aku tahu darimana. Apa kamu menyetujui keinginan mereka?"

"Aku tidak menjawab apa-apa."

"Mereka butuh jawabanmu segera. Seminggu lagi genap empat bulan pernikahan kita. Gugatan cerai bisa diajukan jika sejak ijab qobul aku belum menyentuhmu. Itu bisa dijadikan alasan di pengadilan agama."

"Aku akan pergi jika kamu menyuruhku pergi," ucap Kamalia pelan.

Devin memandang sejenak. Kemudian menarik lagi sebatang rokok dan menyalakan.

"Bilang pada saudaramu, aku akan mengembalikan sertifikat hak milik kalian, tanpa tuntutan penyelesaian hutang."

"Hutang harus tetap dibayar, 'kan?"

"Aku sudah mengikhlaskan. Bilang sama mereka juga, jangan suka mencampuri urusan rumah tangga orang lain."

Kamalia terdiam.

🌷🌷🌷

Kamalia baru saja salat Ashar, saat Eva menelepon. Diambilnya ponsel di nakas dan di bawa ke balkon kamar.

"Halo, Mbak."

"Lia, kamu baik-baik saja, 'kan?"

"Iya. Aku baik-baik saja. Mbak sendiri bagaimana?"

"Syukurlah. Mbak juga sehat."

Ada nada lega di suara Eva. Ucapan Devin "Sekarang terserah aku. Mau kuapakan adik kalian." Benar-benar mengganggu selama seminggu ini. Eva sangat khawatir.

"Mbak nunggu kabar darimu. Semua berkas sudah siap, tinggal menunggu tanda tanganmu. Tidakkah kita bisa bertemu untuk membahas ini?"

"Mbak," panggil Lia kemudian diam sebentar. Wanita itu menarik napas hingga dadanya longgar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menikahi Pria (tak) SempurnaWhere stories live. Discover now