Prolog

20 3 1
                                    

Tubuhku bergerak lemas menyusuri jembatan penyeberangan orang seraya pikiran kabur mengingat pertengkaran dengan kekasihku beberapa menit lalu. Langkahku berhenti tatkala sampai di tengah jembatan penyeberangan orang, lalu bergerak menuju tepi. Terlihat jelas dari atas sini banyak kendaraan yang lalu lalang di bawah.

Ini adalah tempat yang tepat untuk bunuh diri karena hanya ada aku di jembatan penyeberangan orang. Waktu berada di jam kerja serta terik matahari yang menyengat membuat tidak banyak pejalan kaki yang beraktifitas di luar ruangan.

"Langsung mati tidak, ya? Sakit tidak kalau lompat dari sini?" gumamku.

Keraguanku memuncak, antara ingin mati dan takut merasakan sakit. Di lain sisi, aku sudah muak dengan rasa sakit yang hatiku rasakan selama ini.

"Dor! Mau bunuh diri lagi, ya!" kejut seorang wanita sambil menepuk keras bahuku.

"Pasti ada masalah lagi. Adik lo gimana? Kalo dia kenapa-napa, lo cuma bisa ngeliatin dari alam lain, gak bisa bantuin," ucap wanita itu tetapi tidak aku respon.

Selang beberapa menit, wanita itu berjalan meninggalkanku seraya berkata, "Ema masak makanan yang lo suka, noh."

"Kamu tidak mau menahanku lagi?"

"Gak, ah. Bosen. Lompat aja, gak apa-apa."

Aku berlari mendekatinya, tangan sedikit menarik bahu wanita itu. Sepintas aku melihat senyuman di pipinya. "Gua tau, kok, lo laki-laki yang hebat. Gua juga tau, lo orang yang kuat," ujarnya lalu melanjutkan langkah.

"Ah, sudahlah. Ema masak apa?" ucapku sembari mengikuti wanita itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Trying SuicideWhere stories live. Discover now