02. KUNJUNGAN ALERON

800 62 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arasya membanting diri di kasur kesayangannya, berusaha memejamkan mata untuk tidur walau sebentar karena rasa lelah yang dominan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arasya membanting diri di kasur kesayangannya, berusaha memejamkan mata untuk tidur walau sebentar karena rasa lelah yang dominan. Ia meletakkan tangannya di atas kepala membiarkan kakinya bergelayut di antara ranjang dan lantai. Saat ingin menyelam ke dunia mimpi, ketukan dari pintu depan mengalihkan perhatiannya. Arasya berdecak kecil mengumpati seseorang yang bertamu sesiang ini.

Dengan ogah-ogahan dan mata yang setengah tertutup Arasya bangkit dari, menuju ke ruang depan untuk membukakan pintu. Rumahnya yang sepi membut ia harus beranjak sendiri. Pembantunya sedang pulang kampung dan ayahnya belum pulang kerja, ia hanya sendiri di rumah sebesar ini.

Saat pintu itu terbuka Arasya sedikit terkejut melihat Aleron berada di hadapannya. Lelaki dengan alis tersayat itu tengah mengemut permen batang di mulutnya. Arasya dibuat dongkol, ia tidak ingin di ganggu siapapun. Arasya hendak menutup pintu, tapi tangan Aleron dengan sigap menghalangi.

"Gue haus sweetie harusnya lo siapin gue minum," ucapnya pertama kali. Lelaki itu berlenggang masuk, menghiraukan Arasya yang masih berdiri di depan pintu.

Aleron berdecak kecil saat gadisnya hanya bergeming, ia mendekati Arasya dan menarik pelan tangan sang empu dengan lembut. Arasya menepisnya, "Keluar!" titah Arasya membuat Aleron mengacak surainya.

"Lo gemes kalo lagi marah marah sayang, tapi sekarang bukan waktunya buat marah. Gue capek, lo liat disini ada luka," ucap Aleron seraya menunjuk sudut bibirnya. Arasya menatapnya datar, toh itu bukan urusannya.

"Lo cuman orang asing. Bahkan gue lupa nama lo!" sinis Arasya. Emosinya sudah tidak bisa di kendalikan. Melihat Aleron datang kerumahnya, menarik tangannya lalu memanggilnya sayang cukup membuat Arasya muak.

Ia tidak mengenal Aleron, tapi pria itu seolah bersikap Arasya adalah kekasihnya. Arasya hanya ingin hidup damai, walaupun ia meragukan apakah kedamaian dalam hidupnya akan terus ada sejak ia berani menapakkan kakinya sekolah barunya.

Aleron terkekeh singkat, gadisnya ini sangat manis. "Lo tambah manis sweetie. Gue kesini cuman pengen ketemu lo."

"Dan gue kangen."

ARASYAWhere stories live. Discover now