13

6K 65 1
                                    

"Liong kamu kenapa?!" tanya Alice panik ketika melihat wajah lebam Liong.

Liong memalingkan wajahnya. "Gak apa-apa."

"Tapi—"

"Kamu, ikut aku." ucap James yang tiba-tiba menarik lengan Alice.

Alice mendelik. Buru-buru ia menarik lengannya kembali. "Aku mau ke kantin!" sergah Alice.

"Ya udah ayok!"

"Sama Liong!" ucap Alice tak kalah ketus dari James.

James tersentak. Rahangnya mengeras dan sorot matanya menajam. Alice menunduk. Takut melihat wajah James.

"Dibilang ikut, ya ikut!" bentak James.

Saat James akan menggandeng lengan Alice, Liong langsung menepis tangannya. "Lo gak denger tadi Alice bilang apa hah? Dia maunya sama gua, ya sama gua!"

Liong menggenggam erat tangan Alice dan membawanya pergi dari hadapan James. Alice menggigit bibir bawahnya, menahan tangis. Liong makin menggenggam tangan Alice, berusaha menenangkannya.

Alice menahan lengan Liong, dan mereka berdua berhenti di lorong sekolah yang jarang dilewati orang. "Aku takut …." cicit Alice.

Liong menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. Dia menangkup pipi Alice dan mengangkatnya, menatap wajahnya. "Gak perlu takut, 'kan ada aku."

Alice menatap bola mata Liong yang memperlihatkan ketulusan. "A-aku mau putus sama James," ucap Alice lirih, Liong bahkan hampir tak bisa mendengarnya.

"Pikirkan lagi, Alice. James masih ada sisi baiknya kok. Dia posesif sama kamu, karena dia sayang sama kamu." nasihat Liong.

Alice menggosok sikunya. Wajahnya terlihat khawatir. Liong yang melihat itu langsung memeluk Alice erat. Kehangatan yang tak pernah dirasakan Alice sebelumnya pun membuat Alice terhipnotis oleh pelukannya.

* * * *

Alice memandang tanah yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Pikirannya sedang melayang, entah ke mana perginya. "Nungguin siapa?" tanya Liong.

"Nunggu Papa. Katanya mau jemput." jawab Alice tanpa melihat wajah Liong.

"Aku, duluan ya?"

Alice mengangguk. Lagi-lagi tanpa melihat wajah Liong. Liong hanya menggedikkan bahu sambil berjalan menjauhi Alice. Jantung Alice berdegup kencang. Sebenarnya bukan Papanya yang ia tunggu, tapi ….

"Alice." panggil James.

Alice menghela napas. Sebenarnya James yang ia tunggu. Bukan Papanya.

"Ikut aku." ucap James tanpa menghentikan langkahnya.

Alice menggertakkan giginya. Dirinya masih terdiam di tempat meskipun James memanggilnya. "Aku capek, mau pulang." tolak Alice.

James menahan lengan Alice. Dia menatap tajam gadis itu dengan tatapan mengintimidasi. "Aku gak nerima penolakan." tegasnya.

"Sial!" Alice mengumpat dalam hati. Dia harus mengikuti perintah James lagi?! Alice muak!

Alice melihat sekeliling. Kondisi sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak, dan parahnya lagi tidak ada Liong di sana.

Alice menghela napas, lalu dengan langkah berat mengikuti James. Laki-laki itu ternyata tidak mengajak Alice masuk ke dalam sekolah—ke ruangan yang sepi—tapi justru ke dalam mobilnya. Entah apa yang ingin dibicarakan James.

James mulai mengemudikan mobilnya dengan tenang. Belum ada pembicaraan yang terbentuk di sana. Mereka masih kalut dalam pikiran masing-masing.

"Aku gak suka kamu dekat sama dia." James mulai membuka pembicaraan.

Alice menoleh mendengar suara James. Raut wajahnya tenang dan pandangannya masih fokus ke depan kemudi.

"Maksud kamu, Liong?" tanya Alice memastikan. Dan James mengiyakan dengan sebuah anggukan saja.

"Aku sama dia cuma temen, James." tandas Alice kemudian. Mencoba untuk meyakinkannya. Namun tampaknya Alice tidak pandai mengelabuinya.

"Tapi aku gak lihat kamu nganggap dia sebagai teman." sahut James. "Matamu gak bisa bohong. Kamu suka dia 'kan?"desak James berusaha memojokkan Alice.

"James …."

"Selama ini kamu anggep aku apa? Kita udah jalin hubungan ini lama. Tapi kamu lebih perhatiin dia?" potongnya cepat. Ia menghentikan mobil dengan mendadak, membuat Alice kaget. Untung saja dia selalu memakai safety belt, kalau tidak apa jadinya.

James marah. Alice melihat amarah terlukis jelas di wajahnya. Tapi ia masih bersikap tenang seperti biasa.

"Aku cinta kamu …." ucapnya kemudian. Masih seromantis biasanya. "Aku sadar gak mudah buat kamu cinta aku. Tapi jangan kayak gini sama aku." ucapnya membuat Alice merasa bersalah.

"Dia gak baik buat kamu." ucap James kemudian. Alice tercekat mendengarnya. Karena rasa cemburu, James bisa berkata seperti itu pada Alice.

"Dia baik sama aku, James. Dia juga sering ngajarin aku mata pelajaran yang aku gak bisa …."

"Jadi sekarang kamu belain dia?! Karena kamu udah jatuh cinta sama dia?!" teriak James.

"James!!!" Alice balas berteriak. Amarah James turut memancing emosi Alice.

Alice buru-buru keluar dari mobil James. Lama-lama Alice muak berada di sana dengannya. Alice memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tak peduli teriakan James memanggil nama Alice.

James ikut keluar dan mengejar Alice. Dia tarik lengan Alice sampai gadis itu menatap wajahnya. "Ayo putus!" ucap Alice keras.

James tersentak. Dia melepaskan tangan Alice perlahan. Kepalanya menunduk, seolah tak percaya apa yang baru saja Alice katakan.

- To Be Continued -

MY SWEET HEART (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang