3. Liontin perak

33 12 18
                                    

Pukul 02:00 WIB

Astaga. Siapa coba yang ngirim notif wa jam segini. Ganggu orang tidur. Berisik.

Tama meraih ponselnya yang tergeletak di nakas.

Sebenernya gak peduli siapa pengirim notif itu, tapi siapa tau saja penting.

Tama membuka matanya setelah ponsel itu ia hadapkan di depan wajahnya. Tangannya lalu menekan notif wa yang dari tadi tak kunjung berhenti.

Gino? Ngapain tu anak ngabsen jam segini. Mau ngajakin solat tahajut? Kapan tobatnya?

Gino
P
P
P
P
P
P
P
KECEWA GUA AMA LO PADA
P
P
KATANYA TEMEN
P
P
P
ANJING
Kucing
MONYET
KAMBING
Sapi
BABI
P
P
P
EMOSI GUA
😭😭😭

Tama kini mengubah posisinya dari telentang menjadi duduk.

Ni anak beneran emosi? Batin Tama.

Jelas saja Gino marah, ia pasti tersinggung karena Tama dan Farhan tidak mengajaknya sepulang sekolah tadi.

Tama memutuskan tidak membalas chat Gino di grup, takutnya Gino nanti malah tambah salah paham. Padahal niatnya tidak mengajak Gino itu baik, biar Gino gak kena tonjok aja.

Tama meraup selimut menutupi seluruh tubuhnya. Sudah tau dingin masih saja pakai Ac.

•••••

Suara kicauwan burung mengusik tidur Nindy. Sinar matahari pagi juga menembus menerawang masuk ke kamarnya.

Malas sekali rasanya bangun sepagi ini. Ini kan hari minggu, apa salahnya jika Nindy bangun kesiangan, toh tidak ada yang menghukumnya juga, kan?

Nindy benar-benar tidak bisa memejamkan kedua matanya lagi. Sinar matahari dan kicauwan burung telah merusak rencana tidur panjangnya sampai jam 12:00 siang nanti. Btw kebo juga si Nindy. Ah, sudahlah, pokoknya Nindy udah gak bisa lanjut tidur lagi.

Penampakam Nindy sekarang persis 99% mirip singa pas bangun tidur. Persis sekali.

"Bi..." Panggil Nindy, masih dengan posisi wenak, alias rebahan.

"Bibi..." panggilnya lagi.

Biasanya setiap pagi datang, bibi selalu membawakan susu hangat untuknya.

Tapi kenapa sampai sekarang bi Essy belum juga ke kamarnya? Atau jangan-jangan bi Essy masih tidur? Ah, tidak mungkin bi Essy masih tidur. Sudah ah, daripada menebak-nebak, mending langsung lihat.

Nindy lalu beranjak dari kasur, keluar dari kamarnya.

"Bi?" Panggil Nindy, kini berjalan ke arah dapur. Siapa tahu bi Essy ada di dapur.

Nindy celingak-celinguk mencari bi Essy di sana, tapi kedua matanya sama sekali tidak melihat bi Essy.

Kini Nindy mencari bi Essy di kamarnya, tapi bi Essy juga tidak ada di sana.

Nindy kemudian mencari bi Essy di halaman belakang, barangkali bi Essy sedang membersihkan halaman belakang, tapi setelah mencari ke sana, bi Essy juga tidak ada.

Kini Nindy duduk di sofa ruang tamu, menempelkan kepalanya ke sandarang sofa itu.

Belum hampir tiga menit, Nindy membuka kedua matanya yang tadi terpejam sebentar. Kedua panca indra pendengarannya menangkap suara mobil yang sepertinya baru saja datang di garasi depan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Behind The Hate (ON GOING) Where stories live. Discover now