36

7K 807 7
                                    

"Nayla!"

"Pa, Bisma udah berubah. Dia nggak akan ngecewain Nayla lagi." Nayla mengarahkan pandangannya ke arah, Bisma.

Iya, kan? Lo nggak akan ngecewain gue lagi?

"Tapi, Nay .... Kalau dia kumat lagi, yang kecewa bukan cuma kamu, tapi Nathan juga."

"Nggak akan, Om. Saya nggak akan mengulangi kesalahan lagi. Saya janji." Bisma mencoba meyakinkan papa Nayla.

Papa Nayla hanya mendengus kasar, kemudian ia masuk ke kamar Nathan.

Bisma segera menghampiri Nayla, "Nay, makasih. Karena udah percaya sama gue."

Nayla mengangguk, "Jangan kecewain gue lagi, Bis. Karena bukan hanya gue yang akan terluka, anak gue juga. Gue udah mempertaruhkan semuanya demi lo."

Bisma mengangguk yakin, ia ingin membawa Nayla ke dalam pelukannya. Ketika tiba-tiba Mama Nayla muncul.

"Nathan nyariin kamu."

Bisma segera masuk ke ruangan Nathan, Nayla memandangi punggungnya yang menjauh.

Mas Anta, keputusan yang Nayla ambil nggak salah 'kan?

Niko menghampiri Nayla yang sedang termenung seorang diri di depan ruangan Nathan. Pria itu segera bergegas menghampiri.

"Kenapa, Nay? Kok di luar?" tanya Niko.

"Nggak papa."

"Oh, gue kira ada apa." Niko tersenyum lega. Pria itu memang sering mengunjungi ruangan Nathan, demi memberi dukungan untuk Nayla. Mencuri waktu disela-sela tugas jaganya di rumah sakit ini.

"Nggak usah sering nengokin ke sini, Nik. Pasien lo 'kan nggak cuma Nathan?" Nayla tersenyum melihat Niko bolak-balik menemuinya.

"Nggak papa. Pasien gue lagi nggak banyak." Niko memasukkan tangannya ke saku celananya. Ia memandang ke pintu sebentar.

"Bisma masih di dalam?"

Nayla mengangguk, "Nathan nggak mau ditinggal. Sedikit-sedikit nyariin."

Niko mengangguk paham, "Masalah kalian udah clear?"

Nayla menghela nafas, mungkin ini saatnya ia menceritakan kepada Niko.

"Udah."

"Syukurlah." Niko tersenyum lega.

"Nik ... Kami memutuskan untuk menikah." Nayla berhenti sejenak untuk melihat reaksi Niko.

Pria itu hanya mengangguk pelan, "Selamat, ya."

"Makasih."

"Mungkin memang itu yang terbaik bagi kalian. Terutama Nathan, dia membutuhkan figur Bisma disisinya." Niko berucap tulus.

"Gue minta maaf ...."

"Buat apa, Nay?" Niko sengaja memotong ucapan Nayla. Ia tak mau mendengarkan permintaan dari dari Nayla. Malah semakin membuat hatinya teriris.

"Mungkin memang kita nggak berjodoh. Nggak papa, aku ngerti." Niko tersenyum bijak.

"Semoga kamu dapat jodoh yang lebih baik dari gue."

"Please, Nay. Apa nggak ada dialog yang lain apa? Yang itu pasaran banget. Tapi nggak papa, tetap aku aminkan."

Nayla tersenyum, Niko juga tersenyum. Mereka sama-sama tersenyum, dengan arti yang berbeda.

***

Nayla masuk ke dalam ruangan Nathan, tinggal Bisma di sana. Orang tua Nayla sudah pulang dari tadi.

"Tadi sama Niko ngomong apa?" tanya Bisma cemburu. Sejak Nayla mengatakan bahwa ingin memberinya kesempatan, sifat posesifnya langsung muncul.

"Rahasia, dong."

Nayla sengaja menggoda. Benar saja wajah Bisma langsung masam.

"Dia titip salam sama kamu." Nayla tak tega menggoda Bisma lebih lama.

(Ini mereka udah pakai aku-kamu, ya. Udah jadian soalnya.)

"Waalaikum salam." Bisma menjawab tak ikhlas. Ia kesal karena Nayla main rahasia-rahasiaan.

"Jangan cemberut gitu, dong. Nanti kamu jadi nggak ganteng lagi." Nayla sengaja menggoda.

"Emang kalau aku udah nggak ganteng lagi, kamu mau berubah pikiran, gitu?"

Nayla mengelus dagunya sambil berpikir, "Em, maybe ...."

"Nay ...." Bisma merengek.

"Nggak lucu, sumpah!" Bisma kesal dengan dirinya yang berubah jadi bucin saat di depan Nayla.

"Dia bilang, dia titip sama kamu. Buat jagain aku dan Nathan. Kalau penyakit kabur-kaburan kamu kumat, dia bakal rebut aku lagi. Gitu."

"Beneran dia ngomong gitu?" Rahang Bisma mengeras.

Dokter sableng!

"Emang kamu mau direbut sama dia?"

Bisma resah karena Nayla tak langsung menjawab.

"Yah, tergantung situasi dan kondisi ...."

"Nayla!"

***

Ciye, ada orang bucin baru. Kandidat suami-suami takut istri ....😂

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang