SEKAT 10. Sea dan lelaki berisik

14 6 0
                                    

Zora melihat Galih keluar dari hutan. Gadis itu mengawasi sekitarnya terlebih dahulu sebelum akhirnya berlari mendekati Galih, diikuti Pavita dan Sekar seperti biasa membuntuti dibelakang.

Semakin Zora mendekat, semakin dia bisa melihat jelas wajah ketakutan Galih saat ini.

"Zora,"

Zora menarik tangan Galih, "Jangan jelasin disini."

Mereka sampai dibelakang tenda darurat. Tidak ada siapa pun disana. Pavita harap-harap cemas menunggu penjelasan Galih, pelupuk matanya mulai berair mengkhawatirkan Rula.

"G-gue berhasil dapetin ponsel Rula."

Dengan tangan gemetar Galih memberikan benda tersebut pada Zora.

Pavita menahan tangis "Terus, Rulanya mana?"

"Paling juga dimakan harimau." celetuk Sekar. Zora menatap Galih minta penjelasan.

Wajah Galih terlihat semakin pucat, "Gue mohon jangan laporin gue ke polisi."

"Maksud lo apa sih, Gal? Rula ada dimana? Kenapa lo gak datang sama dia?" desak Pavita.

"Gue pembunuh gue bunuh Rula."

Air mata Pavita tumpah begitu saja "NGGAK! LO HMMMPPTT..."

Sekar cepat-cepat membungkam mulut gadis tersebut, "Sialan! Lo mau kita ketahuan?"

Galih mencengkram rambutnya frustasi "Gue udah jadi pembunuh. G-gue gak mau dipenjara. Zora lu harus yang tanggung jawab kalau sampai mayat Rula ditemuin."

Zora melotot tak terima, "Tutup mulu lo. Gak boleh ada yang tahu masalah ini,"

"Tapi bagaimana kalau Dona ngadu ke semua orang? Gue masih pengen punya masa depan cerah ya, Zora." ujar Sekar, wajahnya ikut pucat membayangkan diumur yang masih menginjak 17 tahun sudah berdiam dibalik jeruji besi.

Pavita terus menangis, Sekar masih membekap mulutnya. Sesekali Sekar membisikan ancaman jika sampai nanti Pavita memberi tahu hal ini ke semua orang.

Seringai iblis perlahan muncul, Zora seperti tidak merasa bersalah setelah apa yang sudah dia lalukan pada Rula. Memang sepertinya hati gadis itu sudah sepenuhnya tertutupi oleh dendam. Zora bersyukur Rula benar-benar tidak akan lagi muncul dihadapannya, dia bisa kembali mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya sejak dulu.

"Gue akan melakukan segala cara agar Dona gak ngebocorin masalah ini ke orang lain." Zora beralih menatap Pavita "Gue juga gak akan segan-segan bunuh nyokap lo, kalau lo sampai berani berkhianat."

🍎🍎🍎

Wajah Rane terlihat semakin frustasi karena sampai sekarang belum melihat keberadaan Rula, dia juga sudah meminta bantuan Davka untuk mencari gadis tersebut. Saat ini mereka berdua berada ditenda khusus panitia. Pencarian tak membuahkan hasil, baik Rane maupun Davka belum menemukan gadis tersebut dimana pun.

"Elo sih! Udah gue bilang ajak Rula masuk kelompok kita." Davka menyalahkan Rane.

Rane mendengus, "Lo kenal salah satu orang yang satu kelompok sama Rula?"

Davka mencoba mengingat, tak lama dia menjentrikan jari "Selvi dari kelas IPS 1, gue kenal-RANE!

Belum selesai bicara, Rane pergi meninggalkan Davka begitu saja. Tatapan cowok itu sudah berubah mengerikan. Tak tinggal diam Davka mengejarnya, sudah dipastikan sahabatnya itu akan melalukan sesuatu yang mengerikan.

Rane sampai diwilayah 11 IPS 1, aura mengerikan mulai terpancar, beberapa murid yang melihat kehadiran cowok itu sampai ada yang menjauh. Tahu si anak pemilik sekolah itu sedang dalam kondisi ramah.

SEKAT (ON GOING)Where stories live. Discover now