26. Ke Gap

1.3K 161 7
                                    

•••••••••

Begitu sampai diruamahnya, Randu langsung membantu Ayu membawa belanjaan mereka menuju dapur. Sedangkan Ayu hanya mengekor di belakangnya dengan langkah sedikit canggung. Ini pertama kalinya Ayu berkunjung ke rumah Randu, jadi wajar kalau ia masih canggung. Setelah meletakkan belanjaannya di meja bar dapur, Randu menatap Ayu.

Dapur Randu lumayan luas, ada sekat meja bar yang memisahkan dapur dan meja makan. Meski sudah ada meja makan lumayan besar, meja bar dapur tetap memiliki kursi. Tidak banyak hanya dua kursi yang diletakkan di sana, karena jarak meja bar dan meja makan pun tidak terlalu jauh.

Randu memilih duduk di kursi dekat meja bar. "Butuh bantuan nggak sih ini kira-kira?"

Ayu berjalan melewati Randu dan masuk ke area dapur. "Nggak usah. Males kamu recokin aku," tolaknya sambil membongkar belanjaannya.

Randu mengangguk setuju. "Oke, deh, aku juga sebenernya mau ngereview status pasien. Kalau butuh apa-apa tinggal panggil aja ya, aku ada di ruang tamu kok." Ia kemudian berdiri, "tolong ambilin air dari kulkas dong. Haus nih."

Ayu berbalik dan membuka pintu kulkas. Dan betapa terkejutnya saat ia mengetahui isi kulkas Randu hanya berisi botol air mineral kemasan, memang botol air mineralnya tidak sedikit tapi masa kulkas sebesar ini isinya cuma botol air mineral saja. Bahkan tidak ada satu butir telur pun.

"Ini kamu nggak sayang, Ran, masa kulkas segede ini isinya air mineral doang?" tanya Ayu keheranan, tangannya kemudian mengulurkan botol kemasan itu kepada Randu.

Randu meringis sambil membuka botolnya. "Ya soalnya serba salah juga, Yu. Diisi berujung mubazir, nggak diisi ya sayang juga karena kulkas segede itu nggak diisi. Soalnya aku jarang di rumah."

"Kamu nggak nyewa asisten rumah tangga gitu buat ngurusin rumah sama masak misal?" tanya Ayu yang kini sudah berpindah posisi di depan wastafel sambil mencuci daging ayam.

"Nyewa cuma buat bersih-bersih doang," balas Randu sambil menutup tutup botolnya kembali, "ngomong- ngomong, kalau nyari celemek ada di lemari bawah ya, bagian yang mana aku juga nggak yakin yang mana. Kamu cari sendiri, harusnya sih nemu. Aku tinggal, ya."

"Iya." Ayu mengangguk paham lalu mulai menyiapkan bumbu.

Saat hendak mengulek bumbu, Ayu tiba-tiba kebingungan menemukan di mana Randu menyimpan garam. "Waduh, jangan-jangan nggak punya garam lagi," gumannya sambil berjalan keluar dapur menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, Randu tampak duduk bersila di atas karpet dengan berkas status pasien yang menumpuk di hadapannya.

"Ran, punya garam nggak?" tanya Ayu sambil berjalan mendekat ke arah pria itu.

Randu menoleh. "Punya sih biasanya. Itu di lemari atas mungkin, biasanya sebelahan sama gula dan kawan-kawannya kok."

Ayu mengangguk paham lalu bergegas kembali ke dapur. Mencari keberadaan garam sesuai intruksi Randu, ia tersenyum lega saat membuka lemari gantung dan menemukan sebuah wadah dengan tempelan kertas bertuliskan garam. Ia kemudian meraih wadah itu dan membukanya. Dan... ternyata kosong. Ia berdecak lalu mengembalikan wadah itu ke tempat semula dan memanggil Randu.

"Randu! Nggak ada," teriak Ayu dari dapur.

"Masa nggak ada sih?" tanya Randu yang langsung menyusul Ayu ke dapur, "aduh, sayangku kalau nyari tuh yang bener. Ini apa?" ujarnya dengan nada gemas setelah membuka lemari gantung dan menemukan wadah bertuliskan garam.

"Dibuka dulu, Randu!" balas Ayu dengan nada datar, salahnya juga kenapa tadi dia langsung mengembalikan wadah itu ke tempat semula.

"Eh, kok enteng," guman Randu, ia kemudian langsung membuka wadah itu, "eh, kok kosong. Abis ini berarti. Terus gimana dong?"

GamaphobiaWhere stories live. Discover now