🥕Tragedi Hari Senin

60 5 0
                                    

Hari senin, apa yang terlintas dipikiranmu tentang hari Senin?upacara kah? Hari pertama sekolahkah? Atau... justru hari dimana kamu akan selalu mendapatkan ceramah gratis serta olahraga membersihkan sekolah setiap harinya?

Itulah yang sedang ia jalani 2 Minggu terakhir ini. Apa? tentu saja mendengar kan baik-baik nasihat dari kakak kelasnya yang dengan sukarela mau ikut berjemur dibawah sinar matahari dengannya. Ah, ralat, maksudnya dengan anak-anak yang lainnya.

Ngomong-ngomong, ia sebenarnya anak yang baik. Bukan termasuk jajaran pembuat onar dikelas apalagi sekolah. Hanya saja...ini hari Senin, hari dimana guru pelajaran sejarah akan masuk pada jam pelajaran pertama. Ia bukannya membenci gurunya yang satu itu, melainkan ia malas untuk mendengarkan teori-teori tentang asal-usul manusia yang katanya berasal dari kera. Ia tak rela wajah yang menurutnya sebelas dua belas dengan Natasya Wilona disamakan dengan mamalia penyuka pisang itu.

Ditambah, bukan hanya itu yang membuat nya sengaja datang terlambat hari ini. melainkan.....

"Tumben kak Reza gak kelihatan dari tadi?"

Ok, ternyata bukan hanya ia saja yang mencari sosok kakak kelasnya itu. Melainkan gadis -gadis dibelakang nya juga. Ia tak heran-heran amat karena sosok kakak kelasnya yang satu itu memanglah tampan layaknya pangeran Arjuna.

" Udah, yang didepan juga gak kalah cakep kok."

Balas gadis ber namtage Amanda Rosita lalu keduanya terkikik tanpa suara. Hanum pun tanpa sadar menganggu-anggukkankan kepala mendengarnya. Hal yang justru membuat siswa yang sedang berpidato didepannya gagal fokus karena tingkah Hanum layaknya anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya.

" Saya harap, ini yang terakhir kalinya."

Hanya itu kalimat yang ia dengarkan karena sejak tadi hanya fokus ke sipembicara daripada apa yang dikatakannya. yap, masuk telinga kanan keluar kuping kiri itulah maksudnya.

Bagaimana mungkin Hanum bisa fokus jika yang dibicarakan 2 siswi dibelakang nya memanglah fakta. Walau tak setampan sosok yang sedari tadi dicarinya, namun sosok didepannya justru memiliki wajah teduh yang sulit ditolak pesonanya. Orang tampan mungkin banyak, namun tak semua memiliki wajah menentramkan layaknya mata air dipadang sahara.

Sedangkan Dafa, sang objek yang sedari tadi dibicarakan pun segera pergi menuju kelasnya setelah urusannya ia rasa telah usai. Ia tak habis pikir, kenapa ketua OSIS dan wakilnya mendadak sakit disaat yang bersamaan? membuat ia mau tak mau harus menggantikan nya hari ini. Jujur, ia paling malas jika harus mengurus anak-anak nakal yang tidak mau mematuhi aturan. Kenapa?karena biasanya mereka itu akan sangat sulit untuk ditegur dan diberi nasihat. Namun,hari ini mungkin menjadi pengecualian.

"Hanya hari ini."

Janjinya lebih kepada diri sendiri, lantas mampir sebentar ke kamar mandi untuk mencuci wajah sebelum pergi ke kelasnya.

***
"Mau sampai kapan heh?"

Ia terkekeh mendengarnya. Baru saja ia meletakkan tasnya dimeja bahkan belum duduk sama sekali, teman yang berbagi meja dengannya sudah menyidangnya sambil menyilangkan tangan didepan dada.

" Ini yang terakhir, maybe" ucapnya lalu tertawa.

Lagi pula, ia kan dihukum baru Minggu kemarin dan hari ini. lalu Senin kemarin-kemarin? Tentu saja ia punya banyak alasan untuk kabur dan tidak masuk kelas tanpa harus alfa, dan berpura-pura sakit adalah ide terbaik yang membuat nya bisa tidur dengan nyenyak tanpa ada yang berani mengganggunya.

" Sukur deh, tapi bukan berarti lo bisa pura-pura sakit lagi. Awas lo!"
Ancam Reva galak yang membuat ia geleng-geleng kepala mendengar nya.

"Btw ini kenapa kelas sepi banget?pada kemana sih? "

Sebenarnya sudah dari tadi Hanum ingin bertanya, pasalnya sekarang bukanlah jadwal kelasnya untuk olahraga. Gak mungkin kan teman-temannya ikut main basket dengan kelas sebelas yang memang sedang ada jadwal olahraga hanya karena guru mapel kedua kelasnya mendadak izin hari ini?

" Makannya kalo punya handphone tuh dipake, gak liat apa pengumuman digrup semalem?"  Balas Reva lantas berdiri dan melangkah menuju pintu hendak keluar.

Hanum?

Ia justru sedang sibuk membuka ponselnya dan melihat ada pengumuman apa semalam.
Reva yang sadar jika Hanum tak mengikuti nya pun berteriak

"Mau ikut apa gue tinggal?"

Hal yang justru membuat Hanum buru-buru berdiri dan mengejarnya.
Reva tak habis pikir, kenapa tidak bertanya langsung saja padanya tentang pengumuman di grup alih-alih membacanya dari awal. Ia yakin pesannya sudah lebih dari 100 yang justru akan membuat Hanum bingung harus membacanya dari mana.

                              ***
"Jadi, kita bakalan pindah kelas?"
Reva hanya menjawabnya dengan deheman, ia jadi berpikir, jangan-jangan..

" Lo baca pesan digrup dari awal?"

Bukan apa-apa, terkadang sahabatnya yang satu ini suka loading atau gesrek sedikit otaknya. Ia juga bingung kenapa mau saja berteman dengan Hanum sampai sekarang. Bayangkan saja, dari zaman TK sampai SMA selalu bersama layaknya serial Upin Ipin yang berasal dari negara tetangga.

" Nggak lah, gila aja gue baca pesan digrup sebanyak itu"

Hanum membela diri, ia akui sih kadang ia emang suka bego atau apalah itu. Walau tadi niatnya emang mau baca dari awal sih, bahkan udah dia buka. Berbubung Reva cepat-cepat mengajak nya pergi jadi ia hanya mengirim pesan pada Manaf ketua kelasnya bertanya perihal ada pengumuman apa digrup. Hal yang justru membuat Manaf senewen membacanya, penginnya sih ia biarkan, toh ia yakin ada Reva karena tadi anak itu izin padanya mau menunggu sampai Hanum datang. Namun ia juga tak mau dibilang Ketua kelas yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya ia memilih untuk membalas setelah membiarkan nya terbaca sedari tadi.

"Kenapa harus pindah sih?"

Jujur, Hanum sudah terlanjur betah dikelasnya. Ia tak suka suasana baru apalagi jika harus kembali beradaptasi.

"Kenapa?mau protes?sana sama pak kepsek aja"
Balas Reva sewot yang membuat Hanum semakin kesal dibuatnya.

" Kenapa?"

Tanyanya setelah melihat Reva tiba-tiba berhenti melangkah, membuat ia otomatis ikut berhenti disebelahnya.

"Gue kayanya perlu kekamar mandi deh"

" Perlu dianter gak" Tawar Hanum sembari membetulkan ikat tali sepatunya yang terlepas.

"Gak usah, gue tahu tawaran Lo cuma formalitas kan?" Tolak Reva disertai sindiran yang justru membuat Hanum tertawa.

"Tahu aja Lo,ya udah sana. Gue tunggu didepan kelas kita yang baru"

Reva langsung balik badan hendak berlari, Hanum yang tadi ikut berhenti pun memilih melanjutkan langkahnya. Untung tadi Manaf sekalian memberitahu dimana kelas mereka yang baru jadi ia tak usah bertanya.Yah...walau tadi Manaf lama sekali membalas pesannya padahal jelas ia sudah membacanya.blagi pula teman-temannya pun sudah terlihat diujung sana sedang duduk menunggu pintu didepan mereka terbuka.

"HANUM!!!"

Baru saja ia berjalan 2 meter suara Reva kembali membuatnya mau tak mau berhenti dan berbalik kebelakang.

"Gue titip tas "

Ucap Reva sembari berlari kembali padanya dan melemparkan tas. Hanum yang belum sigap justru kelimpungan menerimanya yang justru membuat nya terus mundur karena Reva melempar tasnya terlalu kencang.

Dan ...

HAP

GUBRAK

Tas mungkin berhasil Hanum selamat kan, namun ia justru terjatuh secara mengenaskan membuat semua teman-temannya didepan sana tertawa melihatnya. Bukannya membantu mereka justru malah menertawakan nya, teman macam apa seperti itu?

Reva? Ia mana tahu karena sudah kembali berlari guna menuntaskan hajatnya.

"Aww"

Suara disampingnya menyadarkan Hanum jika ia tidak jatuh sendirian. Ia meringis bingung harus apa. Ingatkan Hanum untuk menghajar Reva habis-habisan jika nanti anak itu kembali. Dan sekarang, apa yang harus ia lakukan?

After FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang