🍁 Sedih

288 76 8
                                    

Gue lagi diperjalanan pulang dari rumah bareng sama Eunwoo setelah ngecek rumah.

Gue masih gak percaya sekaligus gak nyangka kalau rumah gue udah mau selesai aja renovasinya.

Perasaan baru kemarin gue kaget karena papi tiba-tiba bilang mau ke Bali dan ngungsiin gue ke rumah tante Cha.

Dijemput Eunwoo temen sekolah gue dulu, dibantuin Jun rapihin barang-barang gue, dimasakin makanan segitu banyak sama kak Hun.

Ini kok tiba-tiba gue udah mau balik lagi ke rumah.

Rasanya kaya… kok waktu berlajan cepet banget ya?

"Yun," panggil Eunwoo ketika mobil Eunwoo berhenti tepat di depan lampu merah.

Kalau sekarang gue lagi sama Hanse atau Hyunjae udah gue pukul kepalanya nih yang bawa kendaraan soalnya udah tau ini perempatan lampu merahnya lamanya ampun-ampunan, eh malah lewat jalan sini.

"Ya?"

"Lo gpp?" tanya Eunwoo, natap gue serius, bikin gue panik dikit.

"Emang gue kenapa?" tanya gue balik, dengan nada gugup.

"Daritadi lo mandangin jalanan terus."

"Emang… aneh ya liatin jalanan?"

Eunwoo ngangguk, "Aneh banget! Soalnya sesekali lo buang napas berat, persis kaya model di video klip lagu galau."

"Ohya? Masa sih?" tanya gue dengan tawa, berusaha supaya Eunwoo gak notice suasana hati gue yang sedang tidak baik-baik aja.

"Lo lagi ada masalah ya?" tapi sepertinya gagal karena Eunwoo langsung nanya begini.

"Engga kok, hehe," jawab gue yang sepertinya gak cukup buat Eunwoo percaya karena dia masih aja memandang gue penuh selidik.

"Gue lagi capek aja gue soalnya banyak kegiatan di kampus, beneran deh gue gak kenapa-napa," jawab gue tentu aja bohong, mana mungkin gue bilang gue lagi sedih karena sebentar lagi bakal keluar dari rumah keluarga Cha.

"Beneran?"

"Hm, bener. Dari pagi sampai siang kelas gue padet banget, belum lagi ngerjain tugas kelompok sama manusia-manusia yang sulit diajak kerja sama," kata gue mengarang bebas yang mana cuma diangguki Eunwoo.

Lampu lalu lintas yang semula merahpun kini berubah jadi oranye, memuat Eunwoo kembali fokus sama pandangan di depannya.

"Yun," ketika lampu hijau menyala, Eunwoo kembali manggil nama gue.

"Yap?"

"Kalau lo lagi ada masalah gausah sungkan ya buat cerita sama kita. Gue, kak Hun sama Jun udah anggap lo bagian dari keluarga kita, jadi gausah sungkan," kata Eunwoo bikin gue makin gamau pergi dari rumah keluarga Cha.

 Gue, kak Hun sama Jun udah anggap lo bagian dari keluarga kita, jadi gausah sungkan," kata Eunwoo bikin gue makin gamau pergi dari rumah keluarga Cha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesampainya di rumah keluarga Cha, berdiri Jun di teras rumah. Yang daripada disebut menyambut, lebih pas disebut menyambit. Soalnya mukanya ituloh, ampun!

"Kenapa di luar? Gak dingin?" tanya gue yang bukannya disahutin, Jun malah bergerak maju nyamperin Eunwoo yang baru aja ngunci pager.

"Tadi kak Yuju kakak ke sini," lapor Jun dengan nada dingin ke Eunwoo.

"Iya tahu, tadi udah bilang kok mau ambil laptop," angguk Eunwoo.

"Ok," sahut Jun kemudian masuk ke dalam rumah, tapi gak lama, dia keluar, "Aku pake jaket, jadi gak dingin." begitu kata Jun kemudian masuk lagi ke dalam rumah.

Dih, aneh banget itu anak.

Gak biasanya Jun nyuekin gue, beneran, biasanya, ada satu dua respon yang dia kasih ke gue, meski cuma lirikan kecil, dia pasti respon gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gak biasanya Jun nyuekin gue, beneran, biasanya, ada satu dua respon yang dia kasih ke gue, meski cuma lirikan kecil, dia pasti respon gue.

Ini tuh beneran BLAS diem kaya gue gak ada di sekitar dia.

"Kayanya Jun ada masalah di sekolah, dari pulang tadi moodnya jelek banget," kata kak Hun begitu kita beres makan malam dan Jun udah naik ke kemarnya.

"Paling tentang nilai, kak," sahut Eunwoo sambil bersihin meja makan.

Mestinya ini kerjaan gue, tapi karena tadi gue ngeluh capek karena kegiatan hari ini di kampus padet, jadi Eunwoo bilang beres makan gue langsung istirahat aja, biar dia yang urus dapur.

Padahalmah, bener kata Hanse, begitu masuk kelas, gue langsung tidur saking capek dan gak ngerti sama meteri yang bakal disampein asdos.

"Gue tadinya mau nanya, tapi liat moodnya begitu... takut jadi makin jelek," kata kak Hun sambil ngeluarin kotak donat dari kulkas.

"Yaudah biarin aja dulu, ntar kalau udah mendingan kita ajak ngobrol," sahut Eunwoo yang diangguki kak Hun.

Oh ternyata emang lagi ada masalah, kirain gue ada bikin salah sama Jun.

"Ladies first," ucap kak Hun setelah membuka kotak donat berisikan 12 donat dengan aneka rasa dan topping.

Tanpa pikir lama langsung aja gue ambil donat rasa coklat dan berseru dengan gembira, "Makasih."

"Loh, kak Hun gak makan?" tanya gue karena bukannya ikut makan, kok kak Hun Cuma ngeliatin gue doang?

Apa jangan-jangan donat rasa kesukaannya gue makan makanya kak Hun gak makan?

"Masih kenyang, ntar aja."

"Bukan karena donat kesukaan kakak aku makan kan?" tanya gue menghentikan kegiatan mengunyah.

"Engga, kok," geleng kak Hun, masih tetap ngeliatin gue.

⚊ 051221 ⚊

⚊ 051221 ⚊

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
мєтαηα ✓Where stories live. Discover now