"Untuk apa kau jauh-jauh datang kemari?"
Yakushi Kabuto—mantan mata-mata Orochimaru— yang sayangnya berkhianat. Menganggap dirinya bisa menjadi lebih baik dibandingkan Orochimaru.
Hari ini, Kabuto kedatangan tamu istimewa. Anggota Akatsuki yang tersisa satu-satunya, sekaligus menjadi kematian bagi Konan. Orang bertopeng yang mengaku Uchiha Madara ini maju melangkah demi selangkah.
"Kau bilang kau akan membantuku menyelesaikan masalah di negaraku. Aku di sini untuk menagih janjimu." Madara melompat sampai di depan Kabuto. Terlambat, Kabuto telah menyatukan tangan membentu sebuah jutsu. Tanah bergetar, muncul banyak peti satu per satu berjejeran di hadapan mereka. Pintu peti terbuka dengan sendirinya dan tampaknya anggota Akatsuki yang telah tiada.
"Edo-tensei?"
"Kau bisa menggunakan mereka saat kericuhan terjadi." Kabuto menunjuk mereka dengan gaya royal, berwajah puas. Seakan bangga telah meniru Orochimaru.
"Bukan ini yang kuinginkan," kata Madara sembari melihat mereka—Itachi, Sasori, Deidara, Kisame, dan Nagato—yang merupakan mantan rekan anggota Akatsuki.
Wajah ular itu menunjukkan kelicikannya, matanya menajam, dan bibirnya menyungging senyum licik.
"Lalu, apa yang kau inginkan?" tanya Kabuto tenang.
"Mengembalikan keadilan dalam negeriku," balas Madara.
"Kalau begitu akan kutunjukkan ninjutsu rahasiaku."
"Ninjutsu macam apa?"
Kabuto mengatupkan tangan. Sebuah peti muncul dari tanah di depan keempat peti mati di belakangnya. Pintu peti tersebut terbuka.
"D-dari mana kau mendapatkannya?" Madara terkejut melihat sesosok di dalam peti tersebut.
"Sudah kupersiapkan sejak lama. Berjaga-jaga apabila situasi seperti ini terjadi. Apa kau tertarik dengan tawaranku?"
"Akhirnya dengan ini keadilan akan kembali tegak!" seru Madara.
Senyum licik terpatri di wajah Kabuto yang penuh sisik. Sedangkan, Madara berbalik pergi seraya melirik pintu peti utama yang ditutup.
-
"Sarada, ini sudah lewat perbatasan desa Otogakure, -ttebasa!" peringat Boruto, "dengar, aku tidak akan ikut-ikutan jika Sasuke-san menghukum kita."
"Kita? Tidak kau saja," cetus Sarada santai, "Papa mana mungkin menghukumku. Papa sangat menyayangimu."
"Cih!"
Boruto berhenti kala gadis kecil di hadapannya ini berhenti menarik kuat pergelangan tangannya. Boruto menarik kembali tangannya, memerah.
"Sebenarnya apa yang kau cari di sini, dattebasa!" Boruto mencak-mencak. Mereka sudah jauh dari desa bahkan perbatasan. Gadis ini selalu bilang sebentar, sebentar dan sebentar saja. Sekarang mereka sudah memasuki area hutan.
"Kukira aku akan menemukan Papa di luar, makanya aku ijin keluar dengan Bibi Orochimaru."
Boruto dibuat melongo. Hanya untuk itu?
"Kau ini memang bodoh, ya!" ketus Boruto, "kau bisa meminta tolong Paman Orochimaru untuk mengirim surat kepada ayahmu."
"Tapi, aku juga ingin mencari Mama."
"Terserah kau saja! Pokoknya kalau sampai dimarahi ini semua salahmu, Salad!"
"Tidak, tidak, biar adil hukuman dibagi dua."
"Tidak mau."
"Dasar curang!"
"Sarada..." panggil seseorang di seberang sana.
Sarada menoleh, beberapa saat memincing mengenali perawakan orang itu. Pipinya memerah senang.
-
Bersama Nagato, Itachi menyusun rencana agar bisa kabur dari arena kekacauan ini. Di depan sudah berdiri Killer Bee, beserta Naruto. Dua jinchuuriki ini pasti ingin menghentikan mereka yang merupakan bekas anggota Akatsuki dan mencari tahu penyebab atau akar masalah ini berasal.
Berhasil menyusup keluar, Itachi dipertemukan oleh sang adik dalam perjalanan menuju tempat di mana Kabuto berasal. Entah keberuntungan atau tidak, ia yang menjabat sebagai paman ini juga bertemu dengan keponakannya tengah berjalan di hutan belantara dengan teman kuningnya tanpa pengawasan.
Sarada sangat membuat jantung Itachi sempat berhenti.
"Paman!" Sarada berlari menghamburkan dirinya ke pelukan Itachi. "Kita bertemu lagi! Paman ke mana saja selama ini. Meninggalkan Sarada begitu saja. Paman sama saja dengan Papa. Pergi tanpa mengajak Sarada."
Sasuke menyusul di belakang. Ikut terkejut pula dengan kehadiran dua bocah yang seharusnya ada di Otogakure. Tiba-tiba malah berada di sini. Sendirian.
"Papa!" pekik Sarada girang.
Berakhir, Boruto menjadi nyamuk di antara Uchiha ini.
"Kenapa keluar desa?" tanya Sasuke, "seharusnya kalian berada di Otogakure bersama Orochimaru."
"Tidak mau. Bibi Orochimaru membosankan."
Bibi? Otak Itachi sedikit blank dengan ini.
Fokus. Kembali ke permasalahan utama.
"Salad, kembali ke desa secepatnya," suruh Itachi perlahan.
Sarada menggelengkan kepala. Itachi sudah menduganya. Dia pasti menolak.
"Sarada tidak ingin ditinggal."
"Tapi—"
"Sarada juga ingin Mama. Bolt juga ingin mencari adiknya."
"Adik?" gumam Itachi, "mungkinkah anak yang dibawa oleh jinchuuriki kyuubi?"
"Naruto membawa anak kecil?" tanya Sasuke tak percaya.
"Ya. Wajahnya sangat mirip, terdapat kumis kucing di kedua bagian wajah seperti dia dan anak ini." Itachi menunjuk Boruto, "dan sepertinya adiknya mewarisi darah klan Hyuuga."
-
Beberapa jam sebelumnya...
"Papa ingin ke mana?" Himawari menghampiri Naruto dengan keadaan sehabis bangun tidur. Wajah kantuk nya ketara. Gadis itu menguap kecil pagi itu.
"Naa, Hima. Baik-baik di rumah, ya. Aku ada urusan bersama Killer Bee. Mungkin nanti malam aku akan pulang. Jika lebih Hima bisa ke kantor Hokage bersama Baa-chan."
"Papa ada misi, ya?"
"Bisa dibilang begitu."
Himawari menunduk lesu. Memilin baju tidurnya dengan sendu. "Padahal Hima ingin ikut Papa. Hima tidak ingin sendirian di sini."
Naruto melihat Hinawari yang menunduk kecewa pun tak sampai tega untuk meninggalkannya. Tapi ini misi.
"Tidak apa-apa, kok. Hima mengerti." Himawari berbalik menuju kamar.
"Nee, Hima," panggil Naruto membuat anak itu menoleh. Masih dengan ekspresi sendu.
Naruto menghela napas pelan. Mencoba berpikir positif. Hinata maupun Sakura pasti tidak akan mengetahui hal ini. Tenang saja. Pasti tidak akan ada yang mengetahuinya. Lagipula, ia akan menjaga Himawari dengan baik sehingga saat mereka pulang, Hima kembali tanpa luka.
"Hima boleh ikut."

YOU ARE READING
SARADA Goes To THE PAST
FanfictionCanon Version. [On Going] - Diolok-olok dengan dalih tidak memiliki ayah serta kacamata yang Sarada gunakan dikatakan dapat mempermalukan klan Uchiha. Sarada kecil hanya dapat menangis sendirian di bawah pohon sendirian. Benar apa yang dikatakan tem...