05 : Sebuah Ancaman?

444 99 36
                                    

Happy Reading!
Monochrome - chapter five
05. SEBUAH ANCAMAN?

 SEBUAH ANCAMAN?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Rumah Ricky kali ini masih dihinggapi oleh dua temannya yang belum juga bosan nongkrong usai mereka latihan band tadi, padahal Fenly dan Gilang sudah pulang duluan karena katanya mereka mau menemui Adik mereka masing-masing, tapi Farhan dan Shandy masih saja asyik bermain PS.

"Lo pada mau main PS sampe pagi? Kagak selesai-selesai perasaan dari tadi," celetuk si pemilik rumah sambil membereskan toples-toples berisi camilan.

"Bentaran, lagi asik."

"Lagian lo sendirian juga di rumah, kan enak kita temenin."

"Temenin sama ngerusuh beda tipis, ya?" kekeh Ricky.

Drrtt ... drrtt ...

Ponsel Shandy tampak bergetar dari tadi, tanda bahwa ada panggilan masuk yang sudah berkali-kali ia hiraukan. "Shan, angkat napa? Berisik tuh HP lo!" seru Farhan, matanya masih fokus menatap monitor besar milik Ricky.

"Kalo gue angkat, ntar game gue kalah."

"Tapi yang nelepon si Fiki lho, masa lo kacangin, sih? Angkat dulu, siapa tahu ada yang penting," suruh Ricky yang tadi sengaja melirik layar ponsel Shandy di atas meja tamu.

Shandy berdecak sesaat ketika karakter game miliknya mati begitu saja karena pikirannya tidak fokus berkat ocehan Ricky serta suara telepon yang tak berhenti berdering. "Kalah kan!" 

"YES, GUE MENANG! BESOK LO TRAKTIR PIZZA POKOKNYA, SESUAI PERJANJIAN AWAL!" sorak Farhan senang.

"Sialan emang."

"Sukurin, kena karma lo gara-gara ngacangin Adek sendiri," kekeh Ricky.

Shandy cuma pasrah, ia lalu mengalihkan atensinya pada ponsel yang masih menampilkan deretan nomor kontak Fiki, kemudian langsung mematikan ponselnya tanpa berniat mengangkat, karena ia sudah tahu pasti Fiki menelepon agar ia bisa segera pulang. "Ya udah, gue balik dulu, ya. Fiki pasti nungguin gue, kasian sendirian di rumah."

"HAti-hati lo di jalan, besok jangan lupa pizza-nya," lanjut Farhan.

"Iye, ah. Gue duluan, Rick, Han!" seru laki-laki berambut gondrong itu seraya menyambar tas ranselnya di atas sofa.

"Yang punya Adek kayanya dicariin mulu sama adeknya, ya? Lah kita? Yang nyariin kaga ada," celoteh Farhan ketika Shandy sudah pulang.

"Ada, bapak lo tuh nyariin!"

Farhan tertawa hambar, "Haha, beda maksudnya anjir. Maksud gue tuh, enak ya punya Adek?"

"Ya emang enak, tapi lo bakal punya tanggung jawab sebagai Kakak, lo nya sanggup kagak?"

"Mana gue tahu, kan gue kagak pernah jadi Abang."

Ricky hanya merotasikan bola matanya, "Serah lo, dah. Lo nggak ikut pulang?" lanjutnya.

Monochrome - UN1TYWhere stories live. Discover now