Tenth Story - Bored

1.9K 176 11
                                    


"Berhenti."

Jisoo baru saja akan memutar kemudi mobilnya. Tapi, begitu ia mendengar suara gadis di sampingnya yang memerintahkannya untuk berhenti, maka ia dengan segera menginjak pedal remnya.

"Kau tak merasa aneh?" Jennie bertanya sembari memelintir ujung bajunya. Jisoo memperhatikan dengan seksama tangan gadisnya sedang memainkan apa. Ia hanya mendelik sebentar, lalu kembali memandang lurus ke depan.

Sembari meluruskan kedua tangannya yang sepertinya cukup lelah menyetir di jalanan yang cukup macet kota Seoul, Jisoo memutuskan untuk sejenak menguap. Jennie masih asik dengan kegiatannya begitu dia menyadari sesuatu yang harus dia katakan kepada Jisoo semenjak dia merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka.

Jisoo berbalik. Bukan ke arah Jennie. "Entahlah. Aku merasa kita berjalan di jalanan yang cukup mulus dan sampai di tujuan dengan mudahnya. Tidakkah kau merasa kau ingin ada tantangan dalam hubungan kita?"

Baru saja Jennie ingin membuka mulutnya, angin dengan cepat berhembus melewati wajahnya. Jisoo dengan tombol otomatis di samping kanannya yang membuka jendela gadis tersebut.

"Bagaimana jika hubungan kita sebatas sampai disini saja? Bukannya kita telah mencapai apa yang kita inginkan dalam hubungan ini?"

Keduanya terdiam memikirkan kata yang baru saja yang terlontar dari mulut salah satu dari mereka. Banyak pertanyaan yang merayap senang menjalari keduanya. Hingga keduanya bingung untuk menemukan apa jawabannya dan dimana jawaban yang tepat berada.

Ketika angin kembali meniupkan poni Jennie, maka kata-kata gadis itu selanjutnya mengubah hubungan keduanya.

"Baiklah, mungkin jalan yang terbaik adalah berjalan di jalan yang masing-masing kita inginkan."

Jisoo mengangguk. Ia lalu menggenggam tangan gadis di sampingnya dengan cukup erat. Seakan itu adalah yang terakhir. Seakan itu adalah akhir dari kisah mereka berdua.

--

Jennie berusaha meraih tisu yang ada di depannya. Tapi, gadis di sampingnya dengan keras menyemprotnya dengan kata-kata yang tidak ingin dia dengar lagi. Pasalnya gadis itu sudah mengulang apa yang diucapkan sebelumnya. Dan Jennie sedari tadi, dalam hatinya terus berteriak untuk meremas mulut sahabatnya itu.

"Kau sangat ribut, Lisa." Jennie akhirnya berdiri meninggalkan gadis itu. Lisa, nama gadis pengoceh tadi segera berdiri menyusul Jennie dan berusaha menyamai langkah gadis itu.

Lisa menghalangi langkah Jennie. Gadis itupun akhirnya berhenti dan melemparkan wajah malasnya. "Apa?" Tanyanya.

"Kau harus menjelaskan padaku apa yang sebetulnya kau pikirkan saat mengatakan hal tersebut"

"Baiklah."

Lisa akhirnya minggir setelah mendengar perkataan Jennie. Kemudian ia pun segera berdiri di samping Jennie dan membiarkan temannya itu jalan lebih dulu dan dia menyusulnya dengan langkah sedikit.

Karena Jennie adalah tipe gadis yang tidak gampang marah. Dia hanya melemparkan tatapan malas dalam jangka waktu sebentar. Setelah itu dia akan secerah seperti biasanya. Seperti dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya.

"Aku hanya tidak tahu. Hubunganku dengan Jisoo seperti berjalan begitu saja-Maksudku, tidak ada pertengkaran seperti hubungan pada umumnya. Aku cukup iri melihatmu sering bertengkar dengan Chaeyoungie, dan dia dengan sabar akan merayumu. Tapi aku dan Jisoo? Kami adalah tipe yang tidak suka marah. Dan kami akan sangat mudah memaafkan bila salah satu dari kami melakukan kesalahan."

Jennie menarik nafasnya sejenak. "Hanya saja, hubungan ini seperti tidak berliku. Lisa-ya."

Lisa terdiam sebentar. Dia berpikir apa yang sebetulnya dipikirkan sahabatnya itu. Bukankah semua orang ingin hubungannya baik-baik saja. Tidak ada masalah apalagi pertengkaran yang biasanya berujung kata 'putus'.

Short Story Of JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang