○ Hilangnya kontrol

512 61 58
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Sepasang mata yang gemetar dengan melihat ke arah sekelilingnya yang kosong. Valentino yang bersembunyi dibalik gang satunya dibuat bungkam.

Mereka bertiga yang keluar mendengar suara itu terus mewaspadai sekelilingnya, hingga akhirnya mereka mulai pergi dari tempat itu. Kembali ke rumah masing-masing dengan kendaraan yang mereka bawa.

Valentino yang lebih dulu sampai ke rumah melihat kedua orang tuanya sedang memasang sebuah raut wajah kekhawatiran mereka tentang Joshua, tanpa menyadari bahwa Valentino telah kembali ke rumah.

Hanya dengan melihat raut wajah kedua orang tuanya, nafas Valentino begitu berat saat akan dihembuskan. Entah apa yang ia rasakan dihatinya namun, rasa kehancuran dalam hatinya kini tak lagi bisa diperbaiki.

Ceklek

"Akhu pulang" ucap Joshua yang bersuara pelan dengan membuka pintu sedikit demi sedikit.

Hentakkan suara kaki yang bersamaan di dengar oleh Valentino yang telah berada di kamar. Ia yang sibuk menatap langit-langit kamar dengan perlahan menjatuhkan air matanya.

"Joshua, kamu dari mana aja, ayah sama bunda sampek kepikiran terus. Kami khawatir kamu ada apa-apa diluar. Kamu gak papa kan?"

"Iya, akhu enggak papa kok bundha, ayyah"

"Kapan aku bisa menerima kata-kata khawatir itu?"

Kalimat itu bukanlah kalimat yang keluar dari mulut Valentino, tapi itu adalah sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh hatinya. Rasa sakit itu begitu nyata hingga bibir terbungkam tanpa bisa mengeluarkan sedikit suara pun. Air mata terus mengalir dari ujung matanya dengan sendirinya, membasahi bantal yang ia gunakan untuk meletakkan kepalanya.

"Aku juga ingin tau rasanya memiliki orang tua yang peduli" gumamnya menghapus dua belah pihak matanya.

Ia tersenyum begitu canggung dengan seluruh tubuhnya yang bergetar kuat "lagi pula, siapa yang butuh perhatian mereka? A-aku memang udah terbiasa kayak gini, kenapa harus berharap lebih pada mereka? Apa yang kurang dariku? Aku punya teman, aku bebas kemana pun, aku—"

Ceklek

Pintu di buka begitu saja oleh Joshua dengan pandangan mereka yang saling tertuju satu sama lain. Untuk sesaat Joshua menghentikan kedua bibirnya untuk melanjutakan ucapannya saat melihat mata Valentino memperlihatkan bekas air mata itu.

Joshua datang dengan kedua tangannya yang terentang lebar, ingin rasanya ia memeluk sang adik sama seperti saat masih kecil. Namun, Valentino yang sekarang tak lagi memerlukan pelukan itu.

"Keluar" ucapnya dengan menarik bantal di tangan kanannya.

"Alen khamu—"

"KELUAR!" Suara sentakkan itu kembali keluar dari tenggorokan Valentino yang spontan melempar kuat bantal itu ke arah Joshua.

"Sampek kapan aku harus hidup tanpa ngerasa punya orang tua? Sampek kapan? SAMPEK KAPAN? APA AKU PERLU NUNGGU ABANG MATI DULU BARU AKU DIANGGAP SEBAGAI ANAK?!"

Joshua terdiam dengan mata yang membulat sempura menatap Valentino.

"JAWAB BANG KALO ABANG PUNYA JAWABANNYA" amukkan Valentino begitu kuat yang membuatnya tak sadar dengan apa yang dilakukannya.

Abang - Lee HaechanWhere stories live. Discover now