Bab 23

19K 678 39
                                    

Lion mengsugar helai demi helai rambutnya yang sudah tertata rapi, ia sudah kembali berpakaian formal karena Lion tersadar setelah permainan panas mereka ia harus menghadiri sebuah acara pesta bertopeng, jika bukan karena Gavin menelponnya tadi Lion pastikan ia akan sangat tidak hadir, permainan Rebbeca di atas ranjang semakin memabukkan, Lion merasa jika saat ini saja ia ingin kembali menjamah tubuh full naked milik Rebbeca yang nampak begitu nyaman dalam dunia mimpi, Lion mengamati dalam jarak cukup berjauhan, satu jemari tangannya mengelus lembut pipi tirus itu dan Lion lantas mengecup hangat dahi miliknya, "Jangan lupa minum obat pencegah kehamilan, kakak sayang kamu."

Nampak Rebbeca menggeliatkan tubuhnya sebentar, menyadari jika perbuatan nya bisa membangunkan dia, Lion segera mundurkan langkah secara perlahan dan lenyap dalam dentuman pintu kamar yang Lion tutup secara pelan.

"Hampir terlambat." Lion bergumam sebari melihat arloji di tangannya dan pria itu meraih sebuah topeng  berwarna hitam tentunya dengan kunci mobil miliknya, ia lantas bergegas untuk segera berangkat.

Kota Jakarta malam ini cukup lenggang, maka Lion bisa sampai di sebuah hotel berbintang itu dengam waktu yang cukup singkat, hanya memakan waktu lima belas menit dari tempat ia berangkat, dan di sinilah dia dengan gagah mulai melangkah di atas karpet merah yang membentang cukup panjang, di ikuti oleh Gavin di arah samping, kedua pria itu sangat menawan di tambah privasi mereka tak mungkin mudah di tebak, Lion memberikan salam hormat kepada beberapa pasang mata yang kebetulan berpapasan dengannya, Lion berulamg kali berbincang santai sebari menikmati wine, fokusnya teralihkan setelah tanpa sengaja Lion menoleh ke arah samping kanan, di sana ada seorang wanita duduk menyepi, dari gelagat wanita itu Lion nampak begitu hapal, instingnya tak mungkin salah, ia yakin jika wanita itu pasti Dilra Prao.

Tuhan memang selalu mengabulkan keinginan nya, contoh kecilnya adalah seperti ini ketika kerinduannya nampak, ia kembali dipertemukan dengan sangat terang-terangan, apa ini jodoh? Come on ia belum menginginkan sejauh mana fantasy nya saat ini, Lion berpamitan dan menugaskan Gavin untuk bertanggung jawab atas dirinya, Lion melangkah sebari membawa gelas wine miliknya, Tuhan benar-benar menyayanginya.

"Boleh aku temani?" Lion berucap sebari berbisik tepat di daun telinganya, wanita itu segera menoleh dan menampar pipi kanan Lion cukup keras setelah tubuhnya beranjak bangun dan melakukan hal yang tidak terduga.

"Lancang sekali kamu!" Dari nadanya sudah pasti wanita itu marah.

Lion mengusap satu pipinya yang nampak sedikit memerah, ia menaruh gelas itu dan segera mencekal tangannya ketika ia sadar, wanita itu hendak meninggalkannya dengan tergesa, "Sebegitu menakutkan, aku dimata kamu?" Lion menarik pergelangan tangannya dan memeluk erat pinggang rampingnya, dari aroma parfume yang wanita itu kenakan, Lion sudah sangat hafal, ia tak mungkin salah sasaran lagi, Lion mendekatkan kembali wajah bertopeng miliknya dan menangkap keseleluruhan netra wanita itu yang nampak sangat terkejut atas apa yang ia peroleh, kemungkinan wanita pikir ia tengah di lecehkan oleh pria asing.

Lion semakin gencar menggoda, setah telapak tangannya yang kosong menyentuh hangat lekuk pinhgang wanita itu yang begitu sangat kurang ajar terekpose jelas membuat Lion merasa cemburu, ia menekan punggung itu dengan satu tangannya, "Kamu ingin membuatku cemburu dengan berpakaian seksi seperti ini?"

"Lepas! Jangan kurang ajar kamu!" Brontak nya dengan sekuat tenaga berusaha untuk melepaskan diri namun pelukan erat itu semakin kuat dan kencang.

Lion lalu kembali berbisik tepat di daun telinganya, "Mana bisa aku kurang ajar ke gadis lain, Prao."

"Lion?" Dengan pelan namun sang pemilik nama nampak menyeringai ketika namanya sayup-sayup terucap, pria sang pemilik nama itu kembali menatap kedua manik milik Prao.

"Kamu sangat menggoda, sweety." Setelah mengatakannya dengan sangat tidak tahu malu Lion berniat untuk mengecup kedua bibir Prao namun urung karena wanita itu segera memalingkan pandangan.

Sial!

Lion bergumam sebari memonolog dengan sangat marah Lion justru mengamit dagunya, "Kau menolakku?"

"Karena pria sepertimu memang pantas mendapatkannya." Prao menjawab dengan nada sinis, jujur saja ia begitu muak akan sikap Lion yang selalu menjadi mimpi buruk untuknya, bahkan lebih dari itu, terlalu banyak kesialan yang menimpa ditubuh pria itu sampai-sampai meski berdekatan menit saja, ia sudah mendapatkan kesialan yang begitu kentara.

Beberapa pasang mata tengah asyik melihat mereka, Prao mengitari beberapa pasang mata bahkan banyak orang yang saling berbisik, kemungkinan mereka akan segera bergosip.

Prao kembali meraih lengan Lion dan berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman pria itu, posisi yang tak seharusnya membuat Prao kemungkinan di cap seperti wanita murahan, "Lepas, tuan Lion Lesmana yang terhormat."

Lion menggeleng sebari mengulas sedikit senyuman di sudut bibirnya, kerjaan yang paing asyik adalah menggoda wanita satu ini, "Kenapa ketakutan seperti itu?" Lion menolehkan kepalanya sedikit, rupanya Prao merasa risih atas tatapan-tatapan yang membuat mereka menjadi bahan tontonan percuma, pria itu bukan mengabulkan permohonan Prao, Lion justru mengecup dalam pundak telanjang Prao dengan sangat dalam dan panjang, "Kamu milikku."

Merasa menggoda Prao sudah sangat cukup untuknya, setelah berhasil membuat Prao berdiam diri ditempat membuat Lion tak enak hati jika harus berlama-lama, dengan gagahnya ia melepaskan diri sebari merapikan jas lalu meninggalkan Prao seorang diri setelah terkejut dengan perbuatan Lion yang sangat kurang ajar.

Kini pergelangan tangan Lion yang mendapatkan cekalan lembut, ia kembali terkekeh merasa jika kini kehadirannya mulai terakui, "Menyesal, hmmm?"

Plaak!

Sebuah tamparan di pipi yang sang sama kembali mengejutkan Lion, ia tak menyangka jika wanita itu mampu melakukannya, "Kau!" Lion kembali mengusap pipi kanannya.

Prao melangkah pelan, "Jangan seenaknya lagi, kamu melecehkan saya di depan umum."

"Saya tidak akan tinggal diam," ucapnya tegas, sudah cukup ia selalu bersabar, untuk kali ini ia takkan tinggal diam.

Lion terkekeh, "Rupanya kamu ingin hubungan kita terekpose oleh dunia nyata? Baiklah dengan senang hati aku akan mewujudkannya."

Memang gila, Lion segera kembali menarik tangan prao dan mengecup dalam bibir manis itu dalam dirinya, Lion memejamkan kedua manik miliknya terasa waktu berhenti sejenak dalam keadaan seperti ini, setiap detik tak boleh terbuang percuma, Lion kembali mendesak kecupannya untuk berubah menjadi sebuah lumatan-lumatan yang semakin masuk kedalam, Lion mengarungi setiap kelembutan di dalam ciuman mereka, Lion merasakan kehangatan yang berbeda dari tubuh Prao, Lion memperdalam sentuhan bibirnya untuk terus berpetualang di dalam dan memberikan sebuah kode sinyal dambaan, jika ia benar-benar merindukan setiap sentuhannya di tubuh indah seorang Dilra Prao, wanita pertama dalam kehidupan Lion yang selalu membuat ia sering melakukan hal-hal yang jahat, apakah kini ia jatuhcinta?

SALAH MASUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang