14

5K 403 5
                                    

———

Sepanjang perjalanan Haechan hanya diam bahkan setiap kali ibunya mengajak mengobrol ia pasti hanya akan diam atau pun berdehem jika itu bersangkutan dengan jaemin.

Yeri mengusap punggung anaknya, pandangan anaknya Sedari tadi terus terarah ke luar jendela mobil.

"Tenanglah..,"Haechan mengalihkan pandangan Nya ke mata ibunya yg menatapnya lembut.

Mengangguk paham Haechan tersenyum tipis untuk menanggapi ibunya.

·

·

·

Haechan turun dari mobil, melihat sekitarannya yg Dipenuhi dengan nisan pemakaman yg bertuliskan nama² yg berbeda.

Pandangan Nya sampai di mana ia melihat sosok ibunya yg datang menghampiri Nya.

Ibunya mengulurkan Tangan pada Haechan, berjalan beriringan dengan tangan kanan ibunya yg menenteng keranjang bunga.

Sampai di nisan yg bertuliskan Naa Jaemin, ibunya menoleh pada Haechan yg menatap dalam batu nisan tersebut.

Berjalan perlahan,Haechan menyentuh pemakaman Jaemin,air matanya menetes dari pelupuk matanya yg terlihat lelah dengan kantung mata dibawahnya.

"Jaemin- ah..apa yg harus aku lakukan?aku merindukan mu"Haechan tersenyum ditengah air matanya yg terus mengalir.

"Kenapa kau meninggalkanku lagi?.."Haechan menunduk ia tak bisa menatap lurus dimana orang yg ia Cintai dengan tulus telah terkubur tenang di sana.

"hiks..,apa 5 tahun itu tidak cukup? kenapa kau harus meninggalkanku untuk selama nya juga?kenapa?"Haechan terus bertanya,suaranya kian memelan dengan seluruh rasa kehilangan yg terdapat di nadanya.

·

·

Meninggalkan Haechan dengan Kesedihannya sebentar mari kita beralih ke pasangan yg masih memiliki sedikit permasalahan.

"Menurutmu dia akan memikirkan rumor itu lagi setelah kau menabrak Mobilnya?hei,Jaemin meninggal karenamu Jeno!"tidak ada lagi sopan santun di dalam ucapan mark.

Jeno datang ke rumahnya lalu menceritakan apa yg ia lakukan pada mark yg sudah tak habis fikir dengan Jeno yg tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Sudah kubilang aku saat itu tidak memikirkan apapun,mark"Jeno mengerang frustasi,mark terus memarahi Nya.

"Makanya kau itu kan punya otak,bodoh!"tukas mark menatap garang Jeno dengan tangan Nya yg berkacak pinggang.

"Ya maaf..aku kan hanya sedang marah saat itu."Jeno menatap takut² pada mark yg melototi nya.

"Marah si boleh tapi engga ampe ngebunuh anak orang juga,jenoo!"mark menarik kuping Jeno membuat sang empu memekik pelan.

"E-eh mark lepass! Sakit"Jeno mengusap telinga Nya yg memerah karena mark.

"Mirk lipis,sikit"mark meniru ucapan Jeno dengan komuk datar dan sebalnya.

Jeno merenggut karena Mark jahat sekali Padanya, Memperhatikan Mark yg terlihat kembali sibuk dengan ponselnya sampai tidak peduli lagi dengannya,

Jeno tiba² teringo akan salah satu pisau nya hilang setelah Mark memasakkan makan malam saat itu.

"Oh iya, pisau kecil yg ada di dalam laci Lemari aku,kamu yg ambil?"tuding Jeno pada mark yg hanya menatapnya singkat.

"Ya, kenapa? Ada masalah,hm?"mata mark Menatap Tajam Jeno seolah matanya itu setajam pisau kecil yg dipermasalahkan Jeno.

Nyali Jeno seketika menciut Mendengarnya,menunduk ketika Mark kembali memarahinya,bibirnya menekuk kebawah karena Mark malah jadi marah lagi padanya.

"Udahan marahnya,ya?ya?"mohon Jeno sembari menarik lengan Mark untuk duduk dipangkuan nya.

Mark mencium bibir Jeno lalu tersenyum.

"Engga."wajah Mark berubah cepat menjadi datar lalu turun dari Pangkuan Jeno,berlari kecil ke dapur untuk menghindari Jeno.


Tbc.

Holaa-!
gw lagi mls bikin sesuatu yg tidak di duga:)
Dan lagi males nyakitin Haechan soalnya menurut gw kehidupan Haechan disini udah cukup menyedihkan:3
Hehe.
Tapi alur end yg udah ada di otak gw gabakal berubah.

Bubayy~




"My Teacher." || Nomark[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang