Opay marah

3 0 0
                                    

9-Opay marah

Siang ini langit mulai mendung, padahal baru jam 10 pagi namun hawanya seperti di sore hari. Pertandingan basket di sela sela istirahat itu antara kelas Opay dan kelas sebelah masih terbilang sengit. Ya sebetulnya bukan terbilang tanding sungguhan, hanya pertandingan untuk mengisi waktu senggang tanpa taruhan apapun.

Dan mereka melakukan pertandingan ini bukan berarti ada masalah dikedua belah pihak. Kadang Opay pun tidak sadar bahwa dirinya sendiri termasuk orang yang terkenal di sekolah ini. Namun dikenal sebagai orang yang pendiam, dingin, dan irit bicara, jangan lupakan perihal ketampanannya itu.

Jika ada yang bertanya, "Eh lo kenal Novan ga sih?"

Pasti langsung dijawab, "Ohh Novan anak IPA kann?"

"Novan adeknya Varsha anak IPS ga si? Kenal lahh"

"Novan yang langganan olimpiade kan? Kenal atuh"

Walau seantero Wismagama tahu tentang Opay, belum tentu Opay mengenal mereka semua. Gila aja Opay hafalin satu persatu nama dan muka murid SMA Wismagama yang mencapai lebih dari 500 siswa. Atau mungkin Opay tidak menghafal nama teman teman sekelasnya.

"Oper, Bob!" Bobi pun mengoper bola tersebut kearah Opay yang langsung digirin Opay kebawah ring dan memasukan bola tersebut kedalam ring dengan gerakan lay-up yang sangat indah.

Pertandingan mereka berakhir dengan skor 35:11 dan tim Opay sebagai pemenangnya.

"Gila euy si Novan, udah lama ga sparing udah makin jago anjir" Pascal menatap cengo Opay yang sedang mengelap keringatnya dengan baju olahraganya, untung saja Opay membelakangi koridor sekolah, atau tidak perut seksih nya sudah menjadi tontonan para kaum jantan maupun betina.

"Gue aja yang sekelas kaget, apalagi lo yang jarang main sama ni bocah" sambung Bobi dengan nada mencibir.

"Emang lo sering main sama dia?" sahut Candra, anak kelas sebelah yang ikut dalam pertandingan ini.

"Kagak"

"Si dodol!" Bobi hanya bisa nyengir saja, kalau kata teman temannya Bobi ini kalau nyengir mirip kaya kuda, suka monyong monyong. Bingung kan? Bayangin aja sendiri.

"Masuk jam berapa?" ucap Opay sambil melihat ponselnya yang menunjukan pukul 10.15.

"Jam setengah 11, Van" Opay hanya ngangguk ngangguk saja sambil melenggang pergi meninggalkan teman temannya.

"Mau kemana lo?"

"Mau nyabu" ujar Opay ngelantur, untungnya tidak ramai orang disekitar mereka.

"Si dongo!" Opay hanya tersenyum mendengar cibiran teman temannya yang kesal akan tanggapannya yang terbilang sangat ngawur. Sebetulnya tujuannya adalah kekantin, bukan buat nyabu beneran melainkan untuk membeli minum. Karena minum yang ia bwa sudah habis saat dipertengahan pertandingan basket tadi.

Ia berjalan sambil membawa tas yang diberikan oleh Asha dalam rangka kemenangannya berturut-turut olimpiade IPA di Bandung dan memasuki olimpiade tingkat Internasional. Dan di tas itu tertulis tanda tangan Asha diatasnya.

Waktu itu Opay pernah bertanya, "Kok ada tanda tangan lo?"

Jawabannya, "Latihan kalau nanti sewaktu waktu ada yang minta tanda tangan ke gue. Jadi gue udah tau harus tanda tangan dimana dan diobjek apa"

"Emang lo mau jadi artis?"

"Ya kaga" ucap Asha sambil memukul kepala Opay dengan pulpen, Untung saja tidak ada bunda, kalau tidak Asha bisa dijadikan Bakso daging Asha oleh bunda karena tidak sopan, atau bunda akan berkata, "Asha, itu kepala difitrahin pake kambing jutaan enak aja dipukul dipukul, gimana sih kamu?"

Hujan dan LukanyaWhere stories live. Discover now