1.5

4.4K 504 107
                                    

★ MIMPI TERINDAH ★

Sepulang dari Gereja, Winwin menjadi lemas seperti kehilangan semangat. Ia sudah tegas atas keputusan, tetapi tidak dapat dipungkiri tentu rasa bersalah itu ada.

Hansol yang telah membersihkan luka batinnya. Hansol yang menemaninya selama beberapa bulan belakangan, dengan sangat sabar menunggu meski Winwin tak kunjung memberikan kepastian.

Winwin yang disembuhkan. Dirinya yang meminta untuk dikecawakan, justru kini menjadi sebab kekecewaan.

"Ma, kenapa?"

Dejun yang memang sedang berada dirumah Winwin dan saat ini berbaring diatas kasur kamarnya kebingungan melihat sang mama yang baru datang dan tiba-tiba memeluk dirinya.

"Begini sebentar saja, boleh ya, Kak?"

Kak.

Winwin selalu memanggilnya dengan nama. Jika sudah menyebut kata tersebut, artinya Winwin sedang tidak baik-baik saja dan sangat membutuhkan Dejun selaku anak sulungnya.

"Mama jahat ya?"tanya Winwin.

"Tidak."

"Hansol pasti benci Mama kan sekarang?"

Dejun mengernyit, "Mama bicara apa sih?"

Sungguh, Dejun sama sekali tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Ia hanya tahu, bahwa mungkin hubungan Winwin dan Hansol sedang bermasalah.

Atau mungkin, Winwin yang membuat masalah.

"Ma kenap—"

Dejun yang sedari tadi mengusap punggung tangan Winwin yang memeluk perutnya baru menyadari, cincin berinisal JH yang sebelumnya tersemat di jemari Winwin kini menghilang.

"Ingin kembali dengan Papa?"tebak Dejun.

Winwin menyandarkan punggung, tangannya bersedekap, maniknya menatap keatas seperti memikirkan sesuatu.

"Yakin, Ma?"tanya Dejun lagi.

"Kenapa?"

"Nanti ribut lagi?"

Ingat kata Hansol? Anak yang sudah dewasa tetaplah anak-anak bagi orang tua.

Mereka yang mengalami trauma secara mental, seindah apapun mimpi untuk kembali bersama, ketakutan terjadi kesalahan yang sama tentu tetap ada.

Dan disanalah saat ini Dejun berada.

Dejun ingin Winwin dan Yuta bahagia, dengan cara masing-masing atau bahkan bersama. Tetapi Dejun tidak ingin, nantinya mereka hanya kembali menyakiti hati satu sama lain.

"Papamu itu....sampai hari ini Mama masih sangat mencintainya."

Baru pertama kali Winwin mengakuinya bahwa hatinya masih dan akan selalu menjadi milik Yuta. Baginya Nakamoto Yuta adalah luka sekaligus obat.

Secara logika, tentu tidak ada satu pun luka yang bisa menjadi obat begitu pula sebaliknya.

Namun, sejak kapan yang namanya cinta masuk akal dalam logika manusia?

Winwin terjebak dalam masa lalu yang sebenarnya tidak ingin ia tinggalkan. Terjebak dengan orang yang selalu ia impikan untuk terus bersama sampai ajal menjelang.

"Kalau Mama sudah yakin," Dejun menunjukkan senyum tipis. "Aku dukung apapun keputusan Mama. Kalian bahagia, aku juga ikut bahagia."

Winwin mengusak surai putra sulungnya, "Terima kasih sayang, kau selaku mengerti situasi kami."

Mimpi Terindah | Nakamoto Fam'sOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz