9 : Jangan Menangis

177 19 0
                                    

.
.
.
.
.

Taufan membuka kelopak matanya. Yang pertama ia lihat adalah dinding bercat putih dan sedikit bau obat-obatan

"Abang Ufan?"

Ia menoleh saat ada seseorang yang memanggil namanya

"Ice...?" tanya Taufan

"Ah, syukurlah abang ngga papa.." kata Ice. Taufan mendudukkan dirinya, "Aku di UKS?"

"Iya,"

"Tunggu. Mana Lily?" tanya Taufan mencari keberadaan sahabatnya

"Kak Halilintar ya?" tanya Ice, lalu membuka tirai penghalang dan nampaklah seorang gadis yang terbaring di atas brankar dengan seorang remaja yang duduk di sampingnya

"Ah, Taufan udah sadar ya?" tanya remaja itu tersenyum lembut sementara Taufan mengernyit bingung

"Aku Gempa. Abangnya Halilintar."

Taufan mengangguk paham, "Kok.. Kalian bisa tau?"

"Ice baru keluar kelas karena ada tugas dari guru, terus ngeliat abang sama kak Hali pingsan di halaman sekolah. Untungnya sekolah udah sepi, Ice minta tolong sama guru buat bawa Abang sama kak Hali ke UKS." jelas Ice

"Terus abang Gempa?"

"Ice yang kasih tau tadi.." jawab Gempa

Taufan mengangguk paham

"Abang sama Kak Hali udah sahabatan sejak lama?" tanya Ice. Taufan mengangguk, "Udah agak lama kok, hehe..."

Gempa tersenyum, "Abang harap persahabatan kalian tetap erat selamanya. Kasihan sejak dulu Halilintar ngga punya teman.."

Taufan terdiam lalu tersenyum tipis saat ia menatap wajah damai Halilintar yang masih belum sadarkan diri

"Ya. Taufan juga pernah merasakannya. Taufan janji akan jaga Halilintar, seperti Taufan menjaga diri Taufan sendiri."

• alone •

Malam harinya, Halilintar segera pergi menuju dapur untuk menyiapkan makan malam keluarganya

Namun langkahnya terhenti saat meja makan sudah penuh dengan hidangan. Bahkan keluarganya sudah duduk manis disitu

"Kamu kenapa telat, hm?" pertanyaan menusuk dari Allyn membuat Halilintar menunduk

"Maaf, bun. Tadi Hali pusing, jadi ngga bisa—"

"Alasan! Ngga usah sok pura-pura sakit!" potong Allyn menatap Halilintar dengan tajam, "Balik sana ke kandangmu! Muak ngeliat mukamu yang menjijikkan itu!"

Halilintar menunduk sambil berjalan kembali kekamarnya

.

"Jangan menangis..."

"Hiks... Tapi aku capek, Fan..."

"Bersabarlah... Aku juga capek menghadapi ini semua. Tapi kita harus yakin kalau kemudahan pasti ada.."

"Lily tenang aja... Aku selalu ada buat Lily. Kita punya hidup yang sama. Kita sahabat. Lily ngga sendirian. Kita pasti bisa keluar dari masalah ini.."

"Ok..."

"Semangat Lily-Chan..."

Malam itu diselimuti dengan canda dan tawa

Merasa ada kebersamaan diantara mereka

Ikatan  mereka mulai erat, membuat mereka merasa tidak sendirian

• alone •




Bersambung...

I'm (Not) Alone ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang