Pulang

12 1 0
                                    

Assalamu'alaikum
Terimakasih sudah mampir jangan lupa untuk tekan subscribe ya agar mengetahui notifikasi terbaru dari cerita ini❤❤
****
Setelah Kejadian itu semua kembali normal Abi tetap menjalani perawatan seperti biasanya walaupun sekarang Ia menjadi sosok yang pendiam dan sering menyendiri. Sudah tidak ada lagi Abi yang ceria sekarang.

Dion memandang tangannya yang bertempelkan hansaplas akibat kejadian itu, Dion bersyukur kakaknya menepati janjinya untuk tidak melakukan percobaan bunuh diri lagi dan kejadian itupun Dion rahasiakan dari semua orang karena takut nanti orang tuanya akan syok dan drop.

Sementara Naya tetap setiap hari Ia datag mengunjungi Abi walaupun kadang ia harus ke toko bunganya terlebih dahulu atau Ia akan ke tokonya setelah pulang dari rumah sakit.

Selain dari permintaan Rike mamanya Abi Naya juga merasa kasihan pada Abi, Naya memang tidak mencintai Abi sebagai pasangan tapi Ia sudah menganggap Abi sebagai kakaknya, karna jujur sampai saat ini hatinya tetap masih milik Dion, walaupun orang itu tidak tahu bahwa Ia mencintainya. Biarlah rasa ini cukup dia dan Tuhan yang tau.
****
Terlihat  2 orang pria  yang baru turun dari mobil salah satunya memakai korsi roda, mereka sampai di sebuah rumah megah berwarna putih, perkarangannya dihiasi oleh banyak tanaman yang indah. karna memang istri pemilik rumah itu sangat menyukai tanaman. Rumah megah tersebut milik keluarga Fandi dan Rike

Di depan pintu, disana sudah ada Rike yang sudah sedari tadi menunggu mereka. Dengan senyuman mereka menyambut kedatangan Abi dan Dion

  Rike pun langsung berlari menghampiri Abi lalu ia peluk dengan erat "Selamat kembali kerumah sayang,  Mama sangat senang hari ini kamu sudah bisa pulang" ujarnya Rike tapi hanya dijawab senyuman oleh Abi.

Lalu Rike pun mengajak semuanya masuk kedalam rumah tanpa terkecuali. didalam rumah sudah dihiasi dengan indah untuk penyambutan Abi pulang kerumah sekaligus merayakan ulang tahun Abi yang kebetulan bertepatan dengan hari Ia pulang dari rumah sakit. "Suprise!!" ujar mereka semua saat membuka pintu.

Terlihatla papanya dan calon mertuanya sedang meniup terompet serta seorang gadis cantik dengan balutan gamis berwarna dusty pink selaras dengan hijab yang ia pakai, sedang memegang sebuah kue lengkap dengan lilinnya. tak lupa juga dengan senyuman yang indah.

Sedetik Dion terpana melihat itu tapi dengan cepat ia menetralkan wajahnya. sedangkan Abi dengan senyum merekah memandang Naya, seketika beban dan kesedihan yang Ia rasakan selama ini lenyap begitu saja terganti oleh kebahagian.

Lalu mereka semua pun merayakan ulang tahun Abi walau sederhana tapi senyum dan tak tak hilang dari wajah mereka. Dari mulai meniup lilin, memotong kue dan memakannya bersama-sama.

Hingga tiba disaat Abi kembali tersadar akan kehidupannya sekarang. Tak lagi sama, semuanya telah berubah, dengan senduh ketika ia menatap dirinya didepan sebuah cermin bulat yang berada di ruang tamu yang memang diletakkan Rike untuk para tamu sekaligus sebagai hiasan.

Disana Abi melihat dirinya yang duduk disebuah kursi roda dan memperlihatkan seorang laki-laki cacat dengan kakinya yang sebelah kiri sudah tidak ada lagi.
Wajahnya yang tadi gembira tiba-tiba langsung berubah sedih.

Naya yang kebetulan melihat hal itu, langsung menghampiri Abi "Kak" ujarnya.

"Tolong antarkan aku ke kamar" ujarnya dingin, "Tapi kak" ujarnya

"Jika kamu tidak mau??  saya bisa sendiri" ujarnya lagi dengan dingin sambil berusaha memutar roda yang ada dikorsinya. Akhirnya Naya pun mendorong Korsi roda tersebut dan mengantarkan Abi kekamarnya yang telah disiapkan oleh Rike.

"Loh Abi mau kemana nak??" tanya indri, semuanya pun tang. tadinya asik berbincang pun melihat kearah Abi dan Naya.

"Saya minta maaf tante dan semuanya yang ada disini, tapi saya ingin beristirahat." ujarnya mencoba tersenyum menjawab pertanyaan calon mertuanyab.

"Baiklah, Naya mama minta tolong antarkan Abi ya sayang??" ujar Rike dan dijawab anggukan oleh Naya. setelah itu Naya pun melanjutkan langkanya menuju kamar Abi yang baru yang berada dilantai bawah. Sebelumnya kamar Abi berada diatas bersebelaham dengan kamar Dion tapi dikarnakan Kondisinya sekarang maka rike dan fandi pun memutuskan untuk sementara abi tinggal dikamar tamu.

Setelah sampai didepan pintu kamar tersebut "Cukup, terimakasih dan kamu boleh pergi" ujanya dengan dingin, tanpa melihat kearah Naya sedikitpun.

"Sama-sama kak, kalau butuh sesuatu panggil Naya aja" ujarnya dengn senyum meski Abi tak melihat senyuman itu.

"Hmm"

"Naya pergi dulu kak, permisi" ujar Naya lalu pergi ke ruang tamu menemui orang yang ada disana.
****
Hari yang mendung dan Angin yang cukup kencang diluar, menggugurkan beberapa daun mangga hingga jatuh ke tanah, daun itu berasal dari sebuah pohon mangga yang berada disamping kamar Abi.

  Abi yang saat ini sedang menatap jendela pun melihatnya, seketika ingatan saat Ia bermain disana bersama Dion adiknya. Tak jarang jika pohon itu berbuah maka Ia dan Dion akan memanjat pohon tersebut untuk mengambil buahnya. Dan Rike sang bunda  akan datang dan memarahi mereka berdua. karna Ia takut anaknya itu akan jatuh, dan respon mereka berdua hanya akan tersenyum sambil menampakkan gigi dua baris mereka.

Tapi sekarang sudah tidak ada lagi senyum dan tawa dihidupnya, melainkan hanyalah kesedihan. Sekarang dia merasa menjadi orang yang tidak berguna dalam hal apapun.

Harapannya untuk menikah dengan Naya telah hancur. Mungkin Naya masih akan tetap melanjutkan perjodohan itu karna ia pasti ingin menjaga perasaan orang tuanya. tapi Ia tak sampai hati jika harus memaksa Naya untuk menikahi laki-laki seperti dia yang tidak bisa diandalkan dengan kondisi dia yang cacat, ditambah dengan fakta bahwa Naya belum mencintainya.

Jujur Abi ingin rasanya egois tapi ia tak ingin pernikahan ini dilandasi oleh rasa kasihan. lebih baik mengalah dari pada harus menyakiti gadis yang Ia cintai.

Selama ini Ia hanya bisa memberikan semangat kepada para pasiennya jika ada yang mengalami patah tulang, buta dan sebagainya, tanpa tahu bagaimana hancurnya hati mereka.

Dan sekarang Ia ada diposisi mereka kehilangan salah satu organ yang ada ditubuhnya. dan Ia paham bahwa semua itu sangatlah berat. Ia bahkan hampir mengakhiri hidupnya kemarin jika tidak adiknya datang untuk menghentikannya.

"Apa yang telah aku perbuat dimasa lampau ya Robb sehingga engkau menghukum hamba seperti ini?" ujarnya pelan.

"Ampunilah segala dosaku ya Robb, baik yang aku sadari maupun tidak aku sadari, sesungguhnya engkau maha pengampun." tambahnya lagi, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Tak lama terdengar suara adzan asar dan Ia pun langsung bergegas untuk mengambil air wudhu untung saja kamar mandi dikamar itu cukup besar sehingga ia tidak kesulitan untuk masuk dan keluar menggunakan korsi roda. Tak lama ia selasai mengambil Air wudhu Dion datng mengajaknya untuk solat berjamaah bersama diruang tamu.

Lalu Ia pun segera keruang tamu dengan dibantu Dion mendorong korsi rodanya, disana semuanya telah menunggu termasuk gadis yang memakai mukena berwarna biru, lalu mereka pun melaksanakan sholat

Walaupun Abi harus sholat dalam posisi duduk diatas korsi rodanya. Toh tak ada masalah dalam hal itu,  bahkan islam sangat mempermudah umatnya untuk beribadah kepada tuhannya, seperti dalam hadist riwayat Al-Bukhari.

"Barang siapa yang tidak mampu melakukannya karena sakit atau usia tua, maka sunnah baginya untuk sholat duduk di tanah atau di kursi.
Dia berkata: Berdoalah sambil berdiri; jika tidak bisa, maka shalatlah dengan duduk; dan jika tidak mampu, maka shalatlah (berbaring) di sisimu.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Lalu mereka pun sholat dengan khusyuk.

Sad WeddingWhere stories live. Discover now