16丨Invitation

170 32 2
                                    

Invitation

✚✚✚✚✚✚✚

Ryujin sangat bersyukur sekali operasi hari ini selesai lebih cepat dari jadwal. Ia sudah janji akan bertemu dengan Soobin setelah ia menyelesaikan pasien elektif.

Saat ia hendak pergi, lengannya ditahan oleh Yeonjun. "kamu tidak pa-pa?"

Ryujin mengangguk. "aku sudah mengurangi dosis obatku. Bahkan hari ini aku belum minum sama sekali tapi tidak ada gejala."

"syukurlah, kamu tidak boleh bergantung pada obat antidepresan terlalu lama." Yeonjun menatap jam tangannya, "apakah kamu sudah makan? hari ini kamu jaga kan?"

"Ah, soal itu.. aku ada urusan jadi Yuna akan menggantikanku."

"urusan?" Yeonjun menimbang-nimbang. "kalau begitu, apakah aku bisa meminta waktumu sebentar? Ada hal yang ingin aku katakan padamu."

Ryujin seperti dejavu dengan ucapan Yeonjun karena sebelumnya Soobin juga mengatakan hal yang sama. Sebenarnya apa yang ingin mereka katakan sampai raut wajahnya tampak serius.

"apa itu?"

"aku- "

"dokter Choi!!!" panggil perawat sambil berlarian ke arahnya. "ada apa?"

Perawat itu mengatur nafasnya sebentar, "dokter Choi harus ke ruang operasi sekarang. Tolong dokter Hwang. Ada pasien kritis!"

Yeonjun dan Ryujin masuk ke kamar operasi. Disana Yeji sedang menemukan sumber perdarahan dengan memindah-mindah posisi organ dalam satu persatu sementara lapang pandangnya sudah penuh dengan genangan darah.

Ryujin agak memundurkan langkahnya. Agaknya pemandangan itu mengingatkannya pada kecelakaannya.

Yeonjun menggenggam tangannya. "kamu tidak pa-pa?"

Ryujin mengatur nafasnya hingga tenang lalu mengangguk.

"tolong siapkan gown dan sarung tangan tambahan. Aku akan mengambil alih." Yeonjun melangkah ke tempat cuci tangan. Tiba-tiba lengannya ditahan, "sunbae, bolehkah aku membantumu?"

"tidak boleh, ini bukan operasi yang bisa dikontrol. Aku mengkhawatirkanmu."

"aku bisa mengatasinya. Aku yakin." Ryujin menunjukkan keyakinannya penuh. Mau tidak mau Yeonjun menyetujuinya.

Setelah memakai gown Yeonjun mendatangi Yeji yang masih berusaha. Ia meraih lengannya, "hentikan. Apakah kamu gila?"

"tidak. Ini operasiku, aku bisa menanganinya sendiri." Yeji meninggi. "Hei, siapa yang memanggil dokter Choi kemari tanpa seizinku?"

"Hwang Yeji!" bentak Yeonjun. "apakah kamu tidak mengerti situasinya? Kamu akan membuat pasien meninggal di meja operasi." Dengan ucapan itu Yeji menyerah.

Yeonjun mengambil alih peranan operator dan asisten satu dipegang oleh Ryujin. Mereka mengobservasi perdarahan yang menggenang dari dasar ke permukaan. "tolong siapkan transfusi darah 6 labu. Suction."

Genangan darah disedot habis menyisaakan permukaa organ. Yeonjun membuka cabang arteri abdomen di dekat usus besar. Ternyata sumber perdarahan dari sana, akibat perlekatan dengan massa kanker yang menyebar kebelakang.

"sunbae.. " Ryujin melihat bentuk paru-parunya yang sudah berubah. Dugaannya terhadap metastasis ke paru-paru ternyata benar. Padahal hasil rontgenya terlihat seperti baik-baik saja.

"silence cancer." Yeonjun mengikat pembuluh darah dengan cepat. "kita harus menyelesaikan operasi secepat mungkin. Pasien tidak bisa dilakukan tindakan."

The Specialist  ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang