20 {Ia gengsi untuk tertawa}

14 4 0
                                    

Jujur, males banget buat lanjutin cerita ini. Apalagi kalian yang bacanya kek nya:(

"Gimana dating nya? Lancar?" Tanya teman Safiq saat kini tengah berdua di mobil dengannya.

"Huft. Gagal. Dahlah. Anterin gue pulang langsung." Jawab Safiq.

"Lah tadi katanya mau ngumpul sama anak-anak kantor."

"Enggak lah. Gak mood. Lu aja sendiri kalo mau."

"Eh. Yaudah gue juga gak ikut ah. Males gak ada lu."

Safiq yang masih kesal itu pun kini sedikit tersenyum dalam hati meski ia masih kesal saat mendengar perkataan temannya itu.

Safiq speechless dibuatnya. Mungkin kini sudah saat Safiq menyebut si Rio yang tengah menyupirinya ini sebagai sahabatnya.

"Emang tuh bocil ngomong apa sampe lo badmood gini?" Tanya Rio.

Ada jeda sebelum Safiq menjawab, "dia suruh gue deketin Sabqi."

"Sabqi siapa njir?"

"Adek gue."

"Loh? Kok aneh? Suruh ngembat apa gimana?"

"Ishh. Kan gue emang gak deket sama adek gue. Sementara dia kan temen adek gue. Dia ngerasa gak sreg aja kalo gue berjarak sama adek gue. Jadi dia suruh gue deketin Sabqi."

"Ohh wkwk. Kebayang canggungnya."

"Iya njir. Ah lo tau kan keluarga gue se-winter apa? Kek bener-bener kayak orang gak kenal aja gitu."

"Iye. Paham gue. Kayak gue sama bokap tiri aja kek gitu. Mirip olaf." Sahut Rio.

Sebari menyetir, cowok yang tengah menyetir itu pun kini mengeluarkan sebungkus rokok dari dashboard mobil disela-sela kesempatan mobil didepannya berhenti.

"Mau?" Tawar Rio pada Safiq, namun Safiq menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Gue gak ngerokok, dongo." Sahut Safiq.

"Eh iya lupa." Balas Rio tanpa dosa.

Membuka jendelanya, cowok itu pun kini menginjak gas dengan perlahan saat mobil yang didepannya mulai maju sedikit demi sedikit sebari menyesap rokoknya lalu sesekali menghembuskan asapnya.

"Ck, plis. Lu tuh calon dokter spesialis paru-paru anjir. Ngebul mulu. Gak takut apa? Kan berlawanan sama hal yang lu pelajari." Tegur Safiq.

"Biarin, gak ada larangan. Asal jangan di RS aja." sahut Rio. "Lu juga calon spesialis kandungan, gak lahiran? Kan lu mempelajari hal itu."

Safiq tertawa mendengarnya, "anjir gue punya nya sperma, bukan ovarium."

"Kali aja lu nyimpen satu gitu."

"Anjing," sahut Safiq. "Eh btw kok disini dah macet sih?"

"Eh iya tumben. Padahal kan biasanya didepan lagi sebelum perapatan lampu merah." Balas Rio mengiyakan perkataan Safiq.

"Nyesel gue nganterin lu lewat jalan raya bukan lewat belakang." Tambah Rio.

"Ya biasanya juga gak macet disini njir. Ada apa sih?" Tanya Safiq.

"Ada kecelakaan bang."

Safiq dan Rio langsung menoleh kearah sumber suara dimana ada seorang bapak-bapak yang menaiki motor dan terlihat dari jendela Rio yang kini tengah dibuka lebar karena tengah merokok.

"Kecelakaan apa pak?" Tanya Rio pada bapak-bapak itu.

"Kurang tau. Tapi katanya truk gitu pak. Rem nya blong terus nubruk 3 motor sama 2 mobil. Ringsek semua."

Bestie [Sumji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang