15

18.6K 1.1K 14
                                    

"Mas Ken kemana sih, udah mau malam belum jemput juga." dumel Cecil. Sudah lebih satu jam dirinya duduk di lobby kantor tapi tidak ada tanda-tanda mobil suaminya datang.

Cecil menelfon nomer Tio, dan Tio bilang jika dirinya harus menunggu Ken terlebih dahulu. Setelah menutup telfon nya dengan Tio, ia beralih menelfon suaminya tapi tidak ada jawaban dari sebrang sana kecuali suara operator.

Dari arah belakang, seorang pria berjalan mendekat ke arah Cecil.

"Belum pulang?"

"Nunggu jemputan." jawab Cecil sekenanya.

"Mau saya antar?"

Cecil menatap menelisik pria di depan nya ini, ia adalah rekan kerja Cecil lebih tepatnya anak dari teman Papahnya. Rafa.

"Enggak usah aku nunggu aja, kamu duluan enggak papa."

"Saya temenin kamu nunggu."

Cecil mengangguk, ia tidak bisa menolak jika Rafa sudah memutuskan. Cecil juga merasa takut di lobby sendirian.

"Ini udah jam 19.00 malam, tapi belum ada tanda-tanda di kamu di jemput."

Rafa mulai bosan dan pegal dengan posisi duduk nya. Apalagi dengan Cecil yang punggung nya sudah terasa keram. Perut nya juga terasa sakit karena terlalu lama duduk.

"Saya antar saja." menarik pergelangan tangan Cecil hingga Cecil masuk ke dalam mobil sport miliknya.

Rafa berusaha mencairkan suasana agar tidak terlalu canggung. Ia mengajak ngobrol Cecil dan Cecil menjawab sekenanya.

Rafa yang lumayan cerewet itu mampu membuat Cecil nyaman dan tertawa karena candaan dan gombalan yang ia lontarkan.

"Terima kasih sudah mau mengantar."

"Dengan senang hati, princess."

Cecil menggeleng dan tersenyum menatap Rafa.

"Hati-hati di jalan." melambaikan tangan nya. Menunggu mobil milik Rafa pergi menjauh dari rumah suaminya.

Gerbang rumah sudah terbuka, saat akan masuk ke dalam langkah Cecil terhenti oleh bunyi klakson mobil yang biasa di gunakan Tio untuk mengantar nya.

"Pulang sama siapa?" tanya Ken to the point.

Ken tahu jika istrinya tadi di antar oleh seorang pria, ia hanya ingin istrinya menjelaskan semuanya secara detail.

"Sama rekan kerja."

Setelah mengatakan itu, Cecil masuk ke dalam. Pintu utama di buka oleh bodyguard yang berjaga.

"Saya tadi jemput kamu loh!"

Tidak ada jawaban dari sang istri membuat Ken merasa di abaikan.

"Cecil."

"Cecil.. "

"Cecil.. "

"Apa Mas!? Aku mandi dulu. Kita bicara nanti." jawab Cecil akhirnya.

"Kamu tadi saya jemput tapi kamu enggak ada." kata Ken saat Cecil membuka kamar mandi.

Cecil yang tadi sibuk mengeringkan rambutnya itu, di buat terkejut oleh suaminya yang berdiri di depan pintu.

"Mas! Ngagetin!"

"Jawab saya!" rengek Ken. Karena sedari tadi belum mendapat jawaban.

Cecil maju selangkah mendekatkan dirinya ke tubuh suaminya. Membelai pipi suaminya sayang.

"Mandi dulu, nanti kita bicara kalau udah makan malam. Aku laper soalnya Mas." beralih memegang perutnya.

Ken yang mengerti pun segera mengangguk dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Makan malam mereka di isi dengan keheningan, lebih tepatnya hanya Cecil yang makan. Karena Ken sedari tadi belum bisa tenang. Ia berperang dengan pemikiran-pemikiran nya yang tidak-tidak.

"Kenyang?"

Cecil mengangguk, ia minum terlebih dahulu. Sebelum berkata kepada suaminya.

"Mas makan." suruh Cecil melihat piring yang tadi ia isi belum di jamah sedikit pun.

"Nanti saya makan, sekarang saya mau tanya sama kamu. Dan kamu jawab dengan jujur." pinta Ken. Yang di balas anggukan oleh Cecil.

"Di antar siapa?"

"Tadi udah aku jawab Mas, di antar rekan kerja aku."

"Laki-laki kan?" celetuk Ken.

"He'em."

"Kenapa enggak nunggu saya?"

"Kamu lama Mas! Aku dari sore sampai malam duduk di lobby nunggu kamu! Sampai pinggang aku kram belum lagi perut aku nyeri." cerocos Cecil. Menumpahkan keluh kesahnya hari ini.

Ken menatap tidak tega istrinya, "bisa telfon Tio."

"Pak Tio nya enggak mau!" marah Cecil.

Ken mengambil handphone nya mendial nomer Tio.

"Ada apa Pak?" menunduk patuh.

"Kenapa tadi enggak jemput istri saya?"

"Maaf Pak, tapi tadi Pak Ken menyuruh saya untuk menunggu sampai bapak selesai bekerja. Baru saya boleh menjemput Bu Cecil."

Seperti di guyur air dingin, Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menyadari akan kesalahan nya.

"Kamu boleh pergi."

Tio mengangguk, berlalu pergi meninggalkan kedua bosnya.

Kini wajah Cecil sudah merah padam menahan amarah.

"Kamu sih Mas!"

Ken menjambak rambut nya, ia pusing dengan masalah yang datang menghampiri.

"Saya minta maaf." sesal Ken.

Cecil mengangguk, "makan dulu.. "

"Aku suapin." lanjut Cecil dengan membawa se sendok nasi dan lauk ke depan bibir suaminya.

Dengan patuh, Ken menerima suapan dari Cecil. Menikmati makan malam nya. Tanpa menyadari umurnya yang sudah tua.

"Maaf ya.. " lirih Ken menatap wajah cantik istrinya.

Mereka berada di dalam kamar sekarang, dengan Ken yang memeluk erat Cecil.

"Udah di maafin Mas, tapi lain kali jangan gini. Kamu enggak kasihan apa sama aku."

"Enggak akan terulang, Mas yakin itu. Maaf ya." memohon maaf.

"Iya aku udah maafin Mas.. "

Ken tersenyum simpul, membuat Cecil gemas untuk mencium suaminya.

"Ihh nyium duluan!" ejek Ken.

Cecil yang di ejek itu pun sudah merah padam karena malu. Ia kelepasan.

"Ya udah kalau enggak mau!" jutek nya. Membuat Ken terkekeh geli.

"Sini.. Mas cium."

Ken benar melakukan nya, ia mencium seluruh wajah Cecil tanpa terkecuali membuat Cecil kegelian.

Tawa Cecil menggelegar di kamar mereka, Ken yang bersemangat menggoda istri kecil nya yang cerewet itu.

"Stop Mas geli!" pinta Cecil dengan mata berkaca-kaca karena kebanyakan tertawa.

"Enggak mau!"

Ken terus melancarkan aksinya hingga Cecil merasa lelah dan benar-benar menyerah barulah Ken menghentikan aksinya.

Ken tersenyum samar, ia tidak mau membebani istrinya dengan masalah kantor yang menimpanya. Cukup Ken yang tau dan menyelesaikan nya. Istrinya cukup bersenang-senang dengan apa yang ia berikan.

"Saya akan selalu buat kamu bahagia."

"Saya akan buktikan."

Bukan nya ia tidak mau menceritakan hanya saja istrinya pasti nanti akan khawatir dengan dirinya yang menyebabkan kesehatan nya dan calon anak mereka terganggu. Ken tidak ingin hal itu terjadi.






Terima kasih
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian










MY BABY WIFE (COMPLETED) Where stories live. Discover now