"Gus"
Panggilan dengan suara merdu itu mampu menghentikanku yang akan melangkah menuju pintu samping mobil, perlahan detakan jantungku mulai bisa kudengar, detakan yang masih sama dengan yang dulu aku rasakan.
Aku menghela nafasku dan perlahan membalikkan tubuhku menghadap ke arah gadis dengan wajah sayu, gadis yang akhir akhir ini selalu bisa membuat rasa bersalahku semakin besar, tatapan matanya sendu menandakan aku tak perlu lagi bertanya bagaimana kabarnya, tatapan mata itu sudah cukup menggambarkan bagaimana kondisi gadis tersebut.
"Ada apa Ra ?"
Gadis itu tersenyum, senyum yang selalu berhasil membuat suasana hatiku menghangat, senyum yang berhasil ku tukar dengan kesakitan.
"Mau kemana ? Lagi sibuk ya ?"
Aku gugup seketika saat gadis itu bertanya aku akan kemana, tidak mungkin bukan jika aku menjawab akan membeli cincin pernikahanku dan Syafa ? Aku tidak ingin melukai hati gadis itu lebih dalam.
"Ah itu, saya mau pergi sebentar, ada apa Ra ?"
"Makin deket acara akad makin sibuk ya sekarang." Ucap Maura dengan senyum tipisnya yang justru semakin terlihat memilukan.
Abyan terdam sesaat, "langsung ke intinya aja Ra kita lagi di tempat umum tidak enak di lihat para santri." Ucap Gus Abyan.
"Sekarang sebegitu tidak berarti lagikah saya di dalam hidupmu Gus ?"
"Ra-"
"Jelaskan Gus saya harus apa dan bagaimana ?"
Abyan kembali diam tidak tau akan menjawab apa pertanyaan gadis di hadapannya, hingga dia mendengar teriakan yang memanggil namanya, itu adiknya Aisyah.
"Abyan"
Panggilan lembut itu membuyarkan ingatan Abyan tentang pertemuannya tadi pagi bersama Marwa, lelaki itu menoleh dengan senyuman tulusnya dan beranjak mendekati wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu.
"Iya ummi, ada apa ?"
"Gimana ? Cincin sama gaunnya udah dapet yang sesuai dengan keinginan Syafa belum ?"
"Bentar ya ummi."
Abyan beranjak menuju lemarinya mengambil kotak beludru berwarna merah dengan sepasang cincin di dalamnya.
Pria itu memperlihatkan isinya pada wanita di hadapannya, "Ini ummi sesuai pilihan Syafa, gimana menurut ummi ?"
"MasyaAllah bagus banget nak, pasti tampak lebih bagus kalau di pakai di jari kamu dan Syafa."
Senyum wanita itu merekah dan menular pada Abyan, sejak semalam Abyan merenungkan tentang masa depannya dirinya sadar bahwa dia pun tidak bisa egois, Syafa adalah wanita baik juga Sholehah alasan berbeda perasaan sepertinya bukan suatu hal yang layak dijadikan patokan untuk dia membangkang kepada orang tuanya, Abyan hanya butuh waktu untuk menerima dan ikhlas hanya itu saja.
"Ummi seneng kalau Abyan sama Syafa menikah ?"
Wanita itu mendongak pada anaknya dengan senyuman yang masih dia sunggingkan, "memangnya alasan apa yang buat ummi gak seneng ? Bagi ummi Syafa wanita baik, walaupun dia bukan lulusan pesantren kamu pasti bisakan membimbingnya ?."
Abyan mengangguk untuk menjawab pertanyaan tersebut, lalu perlahan tangan wanita itu mengelus bahunya dengan sangat lembut.
"Ummi tau bagaimana perasaan mu nak, tapi ummi yakin kelak kamu bisa jatuh cinta pada Syafa lalu akan berterimakasih pada Abi dan ummi." Ucapnya sambil terkekeh berniat mencandai putra sulungnya
Abyan pun ikut terkekeh mendengar candaan garing umminya, "doakan ya ummi, semoga Abyan bisa jadi suami yang baik kedepannya."
"Doa ummi gak pernah putus untuk anak anak ummi juga santri santri ummi, intinya kamu harus sabar ya, harus ikhlas dan belajar menerima, semuanya mudah Yan kalau kamu berserah sama Allah."
"Iya ummi, ya sudah ini udah malam Abyan antar ummi ke kamar ya istirahat."
Abyan pun berdiri lalu merangkul umminya untuk menuju kamar yang berada tak jauh dari kamarnya itu
***
"Assalamualaikum, maaf ustadzah mengganggu."
Syafa yang saat itu sedang memangku buku fikih hasil pinjamannya kepada Aisyah pun mendongak.
"Gak ganggu kok, ada apa memangnya ?." Ucap Syafa ramah pada santriwati di depannya.
Syafa memang sejak pulang mengajar tadi ia langsung menuju kursi di bawah pohon depan kamar santriwati, sambil memahami isi buku tebal itu dengan perlahan.
"Ustadzah tadi dicari Ning Aisyah katanya ada hal penting yang mau yai sampaikan."
"Terimakasih ya kalau gitu saya ke ndalem dulu." Ucap Syafa terburu buru karena gadis itu takut membuat Abi menunggunya terlalu lama.
Sesampainya di ndalem Syafa dapat melihat Abi, ummi dan kedua anaknya yang sedang duduk di ruang keluarga, kakinya semakin cepat melangkah menuju pengasuh pesantren itu lalu menyalimi tangannya.
"Maaf Abi ummi Syafa sudah buat kalian menunggu."
"Tidak apa apa, Abi sama ummi cuma mau ngasih tau kalau undangan pernikahan kalian sudah selesai di cetak."
Mata Syafa tertuju pada tumpukan undangan yang berada di dekat kursi Abi, undangan berwarna marun dengan ukiran berwarna emas itu cukup membuat mata Syafa berbinar indah.
"Kalau kalian ada yang mau undang sahabat atau temen kalian, silahkan. Kalian bebas mau mengundang siapa saja asalkan mereka harus tau bahwa acara ini di pesantren, jadi harus berpakaian layak untuk tamu perempuan." Jelas Abi.
"Abyan." Panggil ummi pada putra sulungnya.
"Iya ummi ?"
"Jangan lupa undang temen temen seperjuanganmu ketika mondok di luar dulu, acara pernikahan itu harus di umumkan jangan sampai ada teman kalian yang belum tau lalu saat bertemu nanti akan terjadi salah faham, ingatlah kalian putra putri pesantren." Jelas ummi.
"Iya ummi insyaAllah Abyan sampaikan undangannya sama mereka."
"Ya sudah kalau gitu Abi mau istirahat dulu, anak anak Abi jangan lupa istirahat Syafa juga ya."
Syafa tersenyum manis, "iya Abi."
Setelah semuanya beranjak menuju kamar masing masing, Abyan mengambil satu undangan itu lalu menuju kamar, dia menduduki tepi ranjang itu dengan mata menatap undangan yang sudah terukir namanya dan nama gadis di sebelah kamarnya.
Abyan menghembuskan nafasnya, terhitung tinggal lima hari lagi dia sudah akan menjabat sebagai suami, rasanya pundak milik Abyan semakin berat, pria itu kini menanggung banyak tanggung jawab terutama membimbing istrinya kelak.
Abyan merogoh ponselnya yang terletak di atas nakas lalu mencari room chatnya bersama seseorang, seseorang yang akhir akhir ini entah kenapa semakin menghilang kabarnya, seseorang yang awalnya sangat dekat dengan Abyan.
Abyan
Bisa kita bertemu ?Kedai kopi yang biasa kita datangi
Pukul 19.30
Aku tunggu.----------------------------
Hai hai apa kabar readers tercinta ?
Masih nungguin Syafa sama Abyan kan ?
Author harap sih iya, ya walaupun makin kesini ceritanya makin gajelas banget kan ya ?Gak tau kenapa author ngerasa cerita Assalamualaikum Gus terlalu bertele tele:)
Huhh ya semoga aja kalian suka ya, doain author rajin ngetik biar bisa up tiap hari bukan tiap malem Minggu doang😭
Semoga kalian tetep sabar ya hehe
Salam cinta🤍Ig: dyana.27

KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Gus
Teen FictionBila nanti lisanku tak sampai untuk mengatakannya biarkanlah tulisan ini yang menjadi pengungkap disegala cerita. "Aku memperjuangkanmu Bahkan sebelum aku menemukanmu Tak henti hentinya kuterbangkan namamu dalam langit doaku Aku berharap Semoga tuha...