Stand Kebab

21 6 10
                                    

Happy Reading:3

"Mau yang spesial atau... Hainin?"

Panggil penjual kebab itu membuatku menatap semakin lekat. Tahu lihat wajahnya tapi lupa namanya. Coba kuingat-ingat dulu.

"Masa lupa? Aku Bobi!" serunya membuat tangan yang tadi mengetuk-ketuk dagu sekarang menjadi menampar dahi.

"Owalah iya Bob. Maaf lupa," cengirku. Inilah aku ketika sedang kecapean. Tahu apa itu tapi lupa akan namanya. Aneh gak si?

"Masih muda udah main lupa-lupaan gimana tua nanti?" candanya sambil tertawa.

"Makin pikun," responku.

Dia tertawa lalu, "Banyak amat belanjaannya. Sini duduk dulu," ucapnya lalu menyiapkan satu kursi tanpa senderan berwarna merah.

"Makasih," ucapku lalu melangkah menuju kursi.

Ketika sudah terduduk, "Kaki mu kenapa? Kok jalannya pincang gitu?" tanya Bobi membuatku terdiam. Aku lupa ini kan masih sakit mana belum aku obatin lagi.

"Kamu habis jatuh atau gimana Nin?" tanya Bobi lagi ketika belum mendapatkan respon yang tepat dariku.

"Ah iya jatuh. Habis jatuh. Makanya agak tertitah jalannya," bohongku. Karena kalau jujur ini karya lindasan kaki Abah tak mungkin juga Bobi peduli. Iya kan?

Bobi hanya mengangguk saja menandakan dia percaya apa yang aku katakan.

"Tunggu sebentar ya aku buatin kebab paling spesial disini!" serunya.

Membuatku tertawa. "Bisa aja kamu Bob. Oh ya ini usaha apa kamu kerja ikut orang?" tanyaku. Jika usaha bolehlah daku join untuk menambah uang selama dikos.

Laki-laki yang setia dengan peci putih dan masih menggunakan seragam hari ini pun menjawab. "Alhamdulillah usaha sendiri. Sebenarnya lapak ini ada yang jaga tapi lagi sakit jadi terpaksa aku yang gantiin." Sambil  berkutak dengan kebab nya.

"Wah syukur. Udah ada banyak lapak Bob?"

"Mau buka enam tuh diperempatan A. Yani. Mampir untuk opening ya. Insyaallah besok akhir bulan," ucapnya lagi.

Daripada cari pekerjaan pada orang tak dikenal mending ikut Bobi aja yang sudah berteman. Ok, aku akan melamar sebagai penjaga stand nya.

"Emm...Bob aku boleh jaga salah satu stand kamu gak?" diriku bertanya yang seketika memberhentikan aktifitas pembuatan kebab nya.

"Aku gak salah denger Hainin? Kamu? Jaga stand kebab aku? Hainin-Hainin orang tua kamu itu udah terlanjur sultan. Kamu bisa peroleh yang lebih baik dari penjaga stand. Bukannya gak mau tapi aku,"

"Mandiri. Yah aku belajar mandiri Bob. Aku ingin kerja apapun yang penting halal!" seruku menyahut ucapannya sambil tersenyum ceria.

Bobi mendekat kearahku. Tampak berfikir dan ragu untuk menerima ku. Lagian sesultan apapun Abah kalau nelantarin anaknya apa bisa disebut sultan? Astagfirullah mulut ku!

"Pliisss. Aku gak tahu mau minta bantuan siapa lagi," pintaku dengan sangat memohon.

Dia kembali kelapaknya. Mengambil celemek dilaci atas. "Sini pakai celemeknya. Aku ajarin buat jadi nanti kalau ada pelanggan kamu bisa," ucapnya membuat mataku berbinar.

"Beneran Bob? Kamu nerima aku untuk jaga stand? Makasih!" Ucapku lalu berjalan agak cepat kearahnya walau terpincang dan masih sakit.

"Hati-hati Hainin. Kaki mu masih sakit tadi katanya," beritahu Bobi dan aku hanya menyengir saja. "Pakai," lanjutnya ketika aku sudah ada disampingnya.

Bisakah Kembali? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang