Part 11

28.2K 1.7K 15
                                    

Mobil sport BMW 850i Convertible tampak terparkir cantik di garasi rumah milik pasangan suami istri. Mobil dengan warna merah tersebut tampak elegan dan feminin.

Berulang kali Sashi mengelus bodi mobil kesayangannya. Meski bahagia luar biasa tapi gadis itu masih menyimpan rasa kecewa. Pasalnya dia tidak jadi shooping dan ke salon. Semua karena tiba-tiba saja Jaxton mendapat panggilan untuk meeting mendadak di kantor.

Namun, Sashi harus tetap berpuas diri. Mobil dengan harga hampir 2 milyar tersebut adalah bentuk keseriusan seorang Jaxton. Jadi, tidak ada salahnya dia memberi apresiasi besar bentuk pertanggungjawaban perkataan pria itu.

Merasa lelah setelah mencoba duduk dan memandang mobil itu terus menerus. Sashi menjadi bosan, dia juga lapar. Tadi saat pergi belum sempat sarapan dan makan siang. Ditambah saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga siang. Sangat terlambat sekali dirinya untuk mengisi perut agar kenyang.

"Mau dimasakin apa, Nona?" tanya Bi Siti ramah ketika mendapati istri tuannya melangkah menuju dapur.

Bingung dan sedikit kurang berselera. Sashi mengetuk dagunya berpikir. "Mie goreng aja, Bi. Jangan lupa dikasih telur ceplok, suiran daging ayam, bakso, dan sosis ya!"

"Sayurannya enggak, Nona? Kan bagus buat pertumbuhan," ujarnya pelan sedikit takut membuat Sashi tersinggung.

Sashi menggeleng. "Nggak usah. Bosen sayur mulu."

Lagian dia tinggal di rumah sendiri tidak di kediaman sang mertua. Jadi dia bebas ingin makan apa saja tanpa harus mendengar komentar mereka.

Ngomong-ngomong Sashi sebenarnya sedikit merasa sungkan karena pulang tanpa langsung pamit kepada para mertua dan keluarga Jaxton. Ya, meskipun tadi sudah memberi kabar lewat telepon.

Sembari menunggu mie goreng dihidangkan. Gadis itu duduk di meja makan seraya fokus mengotak-ngatik ponselnya. Scroll Instagram paling utama. Sejujurnya Sashi cukup aktif di media sosial. Namun, entah kenapa semenjak menikah dia malas membuka akunnya.

Tidak lama kemudian, sepiring penuh mie goreng beserta toping tersedia di meja makan. Tidak lupa Bi Siti membuatkan jus jeruk untuk gadis dengan rambut dicepol berantakan.

Cuaca hari ini entah kenapa sangat terasa panas dan gerah. Padahal beberapa jam lagi sudah menampakan langit malam. Saking kelaparan dan kehausan tak membutuhkan waktu lama Sashi menandaskan makanannya.

Sesudah itu dia beranjak keluar hendak menyambut kepulangan Jaxton. Memang tadi suaminya memberi kabar akan tiba di rumah jam 4 kurang. Begitu Sashi membuka pintu dan melangkah ke teras. Mobil pria itu tampak memasuki pintu gerbang.

Sashi tersenyum lebar menyambut kepulangan Jaxton. Astaga, suaminya terlihat tampan dan gagah saat berjalan dengan pakaian jas mewah melekat di badan.

"Selamat datang. Gimana lancar tadi meeting nya?" Sashi bertanya saat keduanya melangkah bersisian.

Karena lelah, Jaxton hanya mengangguk sebagai jawaban. Lagi pula dia sedikit merasa aneh. Bukan tanpa alasan Jaxton berpikir seperti itu. Pasalnya sedari dulu dia pulang kerja tidak ada yang menyambut atau bertanya-tanya. Sekarang dia seolah menjalani pernikahan bahagia. Ah, Jaxton pusing memikirkannya.

"Om jangan lupa ajarin Sashi nyetir loh." Peringat gadis itu saat melihat Jaxton membuka kancing kemejanya.

"Besok kita sudah berangkat ke Palembang. Jadi, tidak bisa sekarang." Kini Jaxton sudah bertelanjang dada dan Sashi sedikit bersemu melihat otot-otot terpahat indah di tubuh suaminya.

Mencoba biasa saja, gadis itu berdehem. "Berangkat jam berapa emangnya, Om?"

"Jam enam pagi sudah stay di bandara," jawabnya sebelum memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mengetahui Jaxton sudah tak tampak lagi. Sashi menghela napas. Dia masih tak menyangka mempunyai mobil mewah yang terpakir di garasinya. Oh, ayolah ayahnya saja hanya memiliki mobil tak sampai 200 juta. Perbedaan di antara mereka sangat jauh sekali ternyata.

Asyik merebahkan diri di ranjang, Sashi terlonjak kaget begitu mendengar pintu kamarnya di gedor seseorang. Dia pun bangkit lalu turun dari kasur. Sedikit mendumel dia pun membuka pintu.

"Kenapa sih, Bi?" kesal Sashi.

Bi Siti berdiri gelisah. "Anu itu di gerbang ada wanita marah-marah minta masuk."

"Wanita?" gumamnya pelan. "Siapa sih?"

"Iya daritadi gedor-gedor pintu gerbang. Satpam juga dimaki-maki sama wanita itu, Nona."

Penasaran karena kedatangan tamu tak diundang serta sangat tidak sopan. Gadis dengan penampilan sedikit seksi itu akhirnya menghampiri ke arah keributan.

"Buka cepetan. Saya itu pacar majikan kalian!"

"Maaf, Nona. Anda bisa pergi sekarang."

"Hey, dibilang saya mau bertemu pacar saya. Jax keluar kamu. Aku nggak mau ya diginiin. Aku marah ya, aku nggak terima, kamu pembohong."

Sashi yang menyaksikan keributan dan teriakan seketika terpaku. Dia menghentikan langkah sembari mengintip dari balik jendela. Sadar jika wanita itu adalah pacar om suaminya. Sashi memutuskan tidak jadi keluar. Bisa bahaya nanti. Sasji berjanji untuk sekarang tidak menampakan diri di depan wanita itu.

"Bi, pokoknya jangan sampai wanita itu dibolehin masuk sebelum om Jaxton datang. Sashi ke atas dulu." Gadis itu tergesa-gesa ke lantai atas dan diangguki bi Siti sang asisten rumah tangga.

Saat pintu kamar terbuka, Sashi bernapas lega melihat suaminya sudah berpakaian lengkap. Dengan napas tersengal, Sashi berlari mendekati.

Jaxton menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah aneh Sashi.

"Om gawat!" Sashi terlihat geregetan.

"Ada apa?" Tenang Jaxton.

"Di luar pacar Om lagi ngamuk."

"Apa maksud kamu?" Jaxton tampak mengerutkan keningnya.

Mendapati suaminya tak juga paham malah terkesan santai. Sashi berdecak kesal. "Pacar Om ada di luar nyariin Om. Cepetan samperin sana sebelum menghebohkan satu komplek perumahan."

Sontak Jaxton terlihat kaget. Dia tidak menyangka Swara nekat mendatanginya. Tanpa banyak kata, pria itu turun dan langsung menemui wanitanya.

"Huh! Bikin kesel aja," geram Sashi. Namun, tak lupa dia mengintip dari balik jendela kamarnya. Penasaran ingin melihat apa yang dilakukan mereka.

Tepat di depan gerbang, Jaxton menghela napas panjang saat berhadapan dengan wanita yang menjadi kekasihnya itu.

"Bisakah kamu tidak membuat saya sakit kepala?" tanya Jaxton dengan suara datar.

Melihat respons sang kekasih. Swara merengut sembari bersedekap dada hingga memperlihatkan belahan dadanya yang membusung indah.

"Harusnya kamu yang nggak buat aku kesel, Jax. Kamu udah janji sore ini antar aku ke bandara. Aku pulang hari ini dan harusnya kamu ngerti," ucap Swara dengan nada kecewa.

Tak juga goyah melihat raut wajah terluka wanita di hadapannya. Jaxton menghela napas, tidak ada pilihan lain untuk menuruti kemauan Swara sebelum semua rencananya berantakan.

"Masuk ke mobil!"

Langsung saja netra Swara berbinar. "Kamu mau antar aku?"

"Hem," sahutnya malas.

Tak butuh waktu lama mobil yang dikendarai mereka meninggalkan pelataran rumah yang dihuni Jaxton dan Sashi.

Dari balik tirai jendela, Sashi mendengkus melihat kepergian mereka. Ternyata semua pria sama saja. Dekat sini perhatian sama sana juga perhatian.

Jujur Sashi merasa sesak melihat mereka berduaan. Ternyata menikahi pria seperti Jaxton harus rajin-rajin bersabar.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang