[Stage 32] Kenyamanan

10.5K 1K 19
                                    

"Mesem-mesem terus, sih, dhek." Tepukan sedikit keras di bahunya membuat Arum hampir tersedak. Ditatapnya si empu tangan yang kini melemparinya tatapan tanpa dosa setelah menggeser kursi tepat di sebelah Arum.

"Nge-chat sopo [1], sih?" tanya lelaki itu, menggodainya lagi.

Arum merengut, membuang muka dan meletakkan ponselnya dengan posisi terbalik di atas meja makan. "Mas Garfild kepo." sungutnya.

"Eleuh eleuh," Garfild berdecak. Sembari menyendok nasi dalam tumbu dengan centong, Garfild terus menyerobot Arum dengan kalimat-kalimat yang membuat adiknya meradang. "mentang-mentang udah gede main rahasia-rahasiaan sama Mas-nya. Dulu aja waktu SD, nangis koar-koar pulang sekolah. Ngelapor sama Mas tentang teman cowokmu yang cium kamu tiba-tiba." Dia menoleh sekilas pada Arum yang sudah memasang tampang sangar.

"Terus ingat enggak, dulu kamu sampai guling-guling di lapangan sepak bola gara-gara kesel mas lebih milih main bola sama teman-teman?"

"MAS!" seru Arum, menghentakkan kakinya di bawah meja. "Jangan diungkit lagi, dong!"

"Kalian ini pagi-pagi udah berantem aja." Ratna menggerutu saat berjalan keluar dari balik dapur, mendekati meja makan yang sudah dikelilingi suaminya, Aling, dan kedua anak yang persis Tom and Jery kalau sudah ketemu.

"Kamu juga Fild!" Ratna duduk tepat di seberang anak lelakinya setelah meletakkan sepiring capcay untuk mendampingi menu ayam goreng dan lalapan di atas meja. "Demen bener, sih, buat adikmu nangis." ujarnya seraya bergeleng-geleng.

"Tinggal lelepin susu kambing aja, Bu, ntar juga diam." cengiran Garfild langsung lenyap ketika suara bariton ayahnya terdengar.

"Kamu itu pulang ke rumah jarang-jarang, kan. Sekalinya pulang, Ayah enggak mau dengar kalian berantam." Pria berusia lima puluh delapan tahun itu melipat koran. Meletakkannya di nakas dekat meja makan, sebelum menerima piring yang sudah berisi makanan dari istrinya.

Aling menatap Garfild lagi. "Daripada ngomel-ngomel, mending habis ini kamu bantu mandiin si Selena."

Arum tertawa pelan melihat kakak lelakinya setengah terperanjat.

"Astaghfirullahalhadzim." Garfild mengelus-elus dada. "Kalau mandiin Selena Gomez, sih, enggak masalah, Yah. Tapi ini, kan, kambing!"

"Lambe-mu, ya! [2]" cetus Aling, menatap kesal Garfild yang langsung mengatupkan kedua tangan di dahi, memohon pengampunan. "Ampun, Paduka Aling! Siap laksanakan! Habis ini ta' mandiin itu si Selena pake minyak arab!"

Garfild menoleh ke Arum yang kini cekikikan. Arum memeletkan lidah, membuat Garfild memiting leher sang adik yang langsung berseru kesal. Injakan Arum yang mendarat mulus di kakinya, membuat Garfild spontan melepas pitingan lalu tertawa menyeringai setelah berhasil mengganggu Arum.

"Cepet habisin makannya terus bantu Ayah di kebun, Fild." ucapan tegas Ratna membuat Garfild bersungut-sungut.

"Iyaaa." sembari mengaduk-aduk nasi di piringnya, Garfild berdesis sebal. "Lagian enggak ada nama lain apa buat kambing peliharaan? Kudu banget pake nama kebarat-baratan."

"Masih ngomel lagi, kamu enggak usah makan ayam gor-" Tangan sang ibu sudah bersiap mengangkat mangkuk berisi ayam goreng yang berada tepat di hadapan Garfild, tapi gerakannya terhenti karena si sulung menangkap sisi lain piring tersebut.

"Pangapunten [3], Ibu Ratna Kasih yang terhormat." ujar Garfild.

"Ngelesmu." celetukan ayahnya melahirkan seringaian Garfild.

Arum mendesah tanpa suara, menatapi semua anggota keluarganya. Hampir saja ia ketahuan ber-chat dengan Gallend. Kalau tadi Garfild sampai tau, habis sudah. Kakak lelakinya yang jahil itu pasti tidak akan berhenti menggoda. Ini juga yang menjadi alasannya enggan membiarkan Gallend berkunjung ke rumahnya dulu selagi masih ada Garfild di Jogja.

Precious StageDove le storie prendono vita. Scoprilo ora