Ch.6 : Misi Hendra

115 21 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 13.00 saat dosen di kelas Bian sudahi materi hari itu, biarkan para mahasiswanya beristirahat atau mencari makan siang sebelum kelas berikutnya kembali dimulai pukul tiga sore nanti.

Bian sedikit regangkan tubuh yang kaku setelah seharian duduk dalam posisi sama, mengeluh pelan saat rasakan sesuatu berbunyi dari tulang di punggungnya. Sementara Sang Teman fokus rapikan barang-barangnya dan bersiap lari menuju kantin, sebelum tiba-tiba Bian tarik paksa lengannya hingga kembali duduk di kursi dengan kasar.

"Bro, lu tau anak-anak Pbing[1] jam istirahatnya sama kayak kita apa nggak?"

Dengar pertanyaan ini, Hendra seketika lupakan rasa sakit di bokong dan langsung angkat sebelah alis curiga. "Kurang tau gue, tapi harusnya sama sih."

Dalam hati, pemuda itu menebak apa yang akan Si Lawan Bicara katakan berikutnya, 'Pasti deh, mau nyamperin–'

"Kak Nata udah keluar belum ya? Ke sono yuk, makan siang bareng. Mumpung lama jedanya."

"–NAH 'KAN!"

Bian sedikit terlonjak saat tiba-tiba Sang Teman bersorak heboh. Beruntung kelas sudah sangat sepi, tinggal mereka berdua saja, mungkin mereka sudah jadi sasaran kritik publik sekarang.

"Ish! Apaan sih!? Bikin kaget tau nggak!"

"Sst! Jangan ngomong apa-apa lagi. Giliran gue nanya dulu, jawab yang jujur oke," ujar Hendra sambil tepuk keras bahu pemuda di depannya, pasang tampang tengil disertai senyum miring.

Sial, perasaan Bian tidak enak soal ini. Entah kenapa Tuan Jantung jadi berdegup kencang saat Hendra mulai kikis jarak di antara mereka.

"Heh, Bian. Lo itu..."

Si Pemilik Nama ikuti insting dengan tarik tubuh ke belakang, bersiap hindari apapun yang akan pemuda itu lakukan nantinya.

"A-apaan?"

Hendra tarik salah satu sudut bibirnya semakin tinggi, hampir membentuk sebuah seringai yang buat bulu kuduk Bian meremang.

"Lo itu... SUKA 'KAN SAMA KAK NATA!?!?!?!"

Pertanyaan bervolume tinggi tersebut buat Bian seketika rasakan dua hal hinggapi hatinya. Satu, ia lega Sang Teman ternyata tidak berniat lakukan apapun padanya. Dua, dia sangat ingin tinju wajah Hendra saat ini juga. Ayolah! Suara berisiknya bisa saja terdengar sampai keluar kelas dan tertangkap oleh siapapun yang lewat di koridor sana.

"KAMPRET!" Satu jitakan keras berhasil Bian daratkan di atas kepala Hendra yang langsung mengaduh kesakitan dengan kencang. "Kalo nanya tuh gak usah heboh bisa gak sih!? Nanti kalo kedengeran sampe luar, sama dosen gimana?! Lu mau tanggung jawab jelasin hah!!!?"

Si Korban Omelan hanya terus fokus usak cepat kepala yang terasa berdenyut tanpa pedulikan ceramah panjang Bian, pilih untuk potong pembicaraan yang semakin tidak jelas ini dengan subjek awal setelah beberapa menit kemudian.

"Stop! Berenti ngabisin waktu cuma buat lo khusyuk ngomel-ngomel kayak gini, gue mau tau jawabannya. Cepet, biar bisa nyamper Kak Nata." Hendra naik-turunkan satu alis saat di akhir kalimat, sengaja ledek Sang Sahabat yang seketika sudahi sesi marah-marahnya.

Bian palingkan wajah ke arah lain, menimang dalam hati apakah ia harus atau tidak menjawab Hendra. Di akhir, ia pilih buka rahasia pada pemuda itu daripada terus-menerus dengar pertanyaan seperti ini di kemudian hari.

"Ck! Iya, gue suka sama dia! Kenapa? Lo mau ngeledek gue, ngumumin ke satu kampus? Sono deh, bodo amat gue." Bian langsung beranjak pergi keluar kelas tepat setelah ia selesaikan kalimatnya, buat Sang Teman terkikik geli sebelum berlari kejar pemuda tersebut.

Comethru || Taegyu✔️Where stories live. Discover now